Sukses

Potensi Sumber Daya Ikan Indonesia Lebih dari 12 Juta Ton per Tahun

Potensi sumber daya ikan di 11 wilayah pengelolaan di Indonesia lebih dari 12 juta ton.

Liputan6.com, Jakarta Duta Besar AS untuk Indonesia, Sung Y. Kim, menyatakan Amerika merupakan salah satu negara tujuan ekspor produk perikanan dunia. Didukung dengan data International Trade Centre pada 2020 lalu, nilai impor produk perikanan Amerika Serikat tahun merupakan yang paling tinggi di seluruh, yaitu mencapai sekitar 15,34% dari total nilai impor produk perikanan dunia.

"Potensi sumber daya ikan di 11 wilayah pengelolaan di Indonesia lebih dari 12 juta. Tentu ini bukan angka yang sedikit. Adapun, komoditas ekspor produk perikanan Indonesia meliputi rajungan, tuna, udang, lobster, kerapu, dan yang lainnya," kata dia dikutip Rabu (12/7/2023).

"Ini adalah sumber daya yang patut dioptimalkan oleh orang-orang yang benar-benar memahami sektor tersebut dengan matang. Tak heran apabila IVLP menjadi sebuah kesempatan besar untuk belajar," lanjut dia.

Sementara itu, sepanjang bulan Juni 2023, Co-Founder dan Chief Sustainability Officer Aruna Utari Octavianty, mengikuti International Visitor Leadership Program (IVLP) yang dikelola oleh Kantor International Visitors di Biro Pendidikan dan Kebudayaan Deplu Amerika Serikat (AS).

Utari adalah salah satu dari 6 orang yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia dan lintas profesi yang terpilih untuk mengikuti program ini. 5 orang lainnya terdiri dari perwakilan dari Kementerian Kelautan dan Perikanan Indonesia (KKP), asosiasi sarjana perikanan, private sector dan pabrik.

Program pembelajaran ini mengangkat tema tentang Pengelolaan Perikanan Berkelanjutan (Sustainable Fisheries Management), yang merupakan pentahelix untuk implementasi perikanan berkelanjutan di Amerika.

Indonesia juga menunjukkan ketertarikannya akan program ini guna untuk memperkuat jaringan dan kolaborasi dalam pengelolaan perikanan berkelanjutan dengan akademisi, peneliti, dan organisasi non-pemerintah di AS.

Aruna menyambut positif keikutsertaannya atas program ini dan terlebih Amerika merupakan salah satu market terbesar untuk ekspor produk tangkapan nelayan lokal asal Indonesia.

"Adalah kesempatan yang berarti bagi Aruna dan saya secara pribadi untuk dapat belajar mengenai Sustainable Fisheries Management yang dilaksanakan melalui program pembelajaran IVLP ini," tuturnya.

"Banyak sekali hal yang saya pelajari—yang semula tak saya ketahui sama sekali, kini hal-hal tersebut bisa menjadi tolak ukur yang mendasari tiap keputusan strategis Aruna di masa mendatang, apalagi Amerika masuk salah satu negara ekspor kami. Saya juga berharap semoga perikanan di Indonesia juga semakin bisa menerapkan konsep dan implementasi perikanan keberlanjutan secara lebih menyeluruh," ungkap Utari.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Sasar Pasar Jamaah Haji di Arab Saudi, KKP Siap Ekspor 500 Ton Ikan

Sebelumnya, Direktur Pemasaran Ditjen Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (PDSPKP) Erwin Dwiyana mengatakan Indonesia akan merencanakan ekspor ikan untuk kebutuhan jamaah haji di Arab Saudi. Rencananya, ekspor tersebut sebanyak 500 ton.

"Rencananya nilai belum tapi memang kalau tidak salah sekitar 500 ton," ujar Erwin dalam konferensi pers, Jakarta, Selasa (21/2).

Ia mengaku telah bekerja sama dengan para pelaku usaha untuk mendorong beberapa jenis ikan yang akan diekspor. Adapun ikan yang akan diekspor nantinya yakni, Bandeng, Tuna kaleng, Patin, Ikan Kaci-Kaci, dan Ikan Manyung.

"Ini yang sekarang sedang kami siapkan untuk pemenuhan haji," terang dia.

Sebelumnya, pada tahun 2019 Indonesia pernah ekspor ikan Patin sebanyak 18 kontainer untuk jamaah haji Indonesia. "Kami upayakan karena masih ada prose-proses registrasi di otoritas Arab Saudi," tambahnya.

Sebagai informasi, Wakil Presiden, Ma'ruf Amin menyebut bahwa usulan penyesuaian Biaya Perjalanan Ibadah Haji (Bipih) untuk menjaga keberlanjutan subsidi bagi jemaah haji Indonesia.

"Subsidi yang diberikan pada ongkos haji itu terlalu besar, 59 persen. Karena itu, hasil optimalisasi dari pengembangan dana haji menjadi terambil banyak. Nah kalau itu dibiarkan (dana) pokoknya akan terambil dan (jemaah) haji yang berikutnya tidak akan bisa lagi diberikan subsidi," kata Wapres Ma'ruf Amin dikutip dari Antara di Jakarta, Rabu (25/1).

3 dari 3 halaman

Resesi Global Mengintai, KKP Bidik Konsumsi Ikan Lokal dan Katering Jemaah Haji

Ancaman resesi global bakal berdampak ke setiap sektor, termasuk sektor perikanan dan hasil turunannya. Maka, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menyusun sejumlah strategi untuk mengantisipasi dampaknya meluas.

Diantaranya adalah membidik penguatan pasar dalam negeri, pemilihan pasar ekspor non kovensional, hingga suplai pangan hasil perikanan dan kelautan untuk jemaah haji asal Indonesia. Pada poin terakhir, jumlahnya tak tanggung-tanggung, mencapai 500 ton untuk konsumsi jemaah haji.

Direktur Pemasaran Ditjen Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (PDSPKP) KKP, Erwin Dwiyana mengatakan ertumbuhan ekonomi dunia pada tahun 2023 diproyeksikan mengalami penurunan hampir di seluruh negara. Inflasi tinggi juga terjadi di negara-negara tujuan ekspor perikanan Indonesia yakni Amerika Serikat dan negara-negara Uni Eropa.

"Dari seluruh komoditas perikanan dunia, Indonesia hampir memiliki semua spesies. Jadi ini menggambarkan bagaimana kita punya comparative advantage. Kemudian ketika ada masalah di pasar tujuan utama, yang bisa kita lakukan adalah bagaimana membuka pasar baru seperti Australia yang cenderung meningkat (permintaannya)," papar Erwin mengutip keterangan resmi, Selasa (21/2/2023).

"Ada juga Korea Selatan, dan Arab Saudi dengan captive market jamaah haji. Mudah-mudahan April kita bisa ekspor untuk memenuhi katering haji jamaah Indonesia," lanjut dia.

Penyerapan Produk Perikanan

Mengacu pada data BPS, penyerapan produk perikanan di pasar domestik menunjukkan peningkatan dalam dua tahun terakhir. Tahun 2022 sebanyak 12,66 juta ton dan tahun 2022 tumbuh menjadi 13,11 juta ton.

Komoditas utama yang paling diincar masyarakat adalah tilapia, lele dan bandeng untuk perikanan budidaya, serta tongkol-tuna-cakalang, kembung, dan teri untuk produk perikanan tangkap.

"Kalau kita melihat peluang, ketika resesi mungkin terjadi di beberapa negara utama, maka kita harus melirik pasar dalam negeri. penyerapan produk perikanan dalam negeri terus meningkat, dan resesi (kemungkinan) tidak terjadilah di Indonesia," ungkap Erwin.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.