Sukses

Ini Rencana Bulog Impor 2 Juta Ton Beras di 2023

Mengimpor beras didahului dengan membaca neraca pangan. Jika dari hasil amatan neraca pangan membutuhkan impor, maka proses kontrak akan dilakukan dengan jumlah kebutuhan yang ditentukan.

Liputan6.com, Jakarta - Perum Bulog telah mendapat tugas untuk melakukan impor beras sebesar 2 juta ton sepanjang 2023. Tahap awal, impor beras tersebut sudah dijalankan pada Maret kemarin. Untuk tahap selanjutnya, impor beras akan dilakukan sesuai dengan kebutuhan. 

Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso menjelaskan, Bulog tidak langsung meneken kontrak impor 2 juta ton. Kontrak antara Bulog dengan negara yang akan mengekspor beras ke Indonesia, hanya dilakukan sesuai dengan jumlah kebutuhan.

"Oh kita enggak bisa kontrak sebanyak itu ya, artinya bertahap," ujar Budi di kantor Perum Bulog Kanwil Jakarta dan Banten, Jakarta Utara, Kamis (6/4/2023).

Mengimpor beras didahului dengan membaca neraca pangan. Jika dari hasil amatan neraca pangan membutuhkan impor, maka proses kontrak akan dilakukan dengan jumlah kebutuhan yang ditentukan.

"Jadi nanti prediksi nanti kan neraca pangannya seperti apa, begitu nanti Pak Arif sebagai kepala Badan tangan nasional melihat 'oh kita butuh nih bulan depan' umpamanya 100.000 ya kita datangkan 100.000," jelasnya.

Indonesia mengimpor beras dari Myanmar, Vietnam, Thailand, India, dan Pakistan. Estimasi waktu pengiriman hingga bongkar muat tergantung dari kesiapan negara dan jarak negara tersebut dengan Indonesia.

"Kurang lebih 10 hari dan itu tergantung dari kesiapan negara itu mereka pasti mengarungi dulu, kita survei juga yang akan dikirim seperti apa jangan sampai sini wah ini enggak sesuai dengan kualitas, ini proses yang tidak mudah," tutupnya.

Reporter: Yunita Amalia

Sumber: Merdeka.com

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Jokowi soal Impor Beras 2 Juta Ton: Persiapan Hadapi Kemarau Panjang

Presiden Joko Widodo (Jokowi) menekankan, kebijakan impor beras 2 juta ton dimaksudkan untuk menjaga ketahanan pangan nasional. Sehingga impor beras bukan untuk menjatuhkan harga gabah petani.

Khususnya, guna mengamankan stok pangan selama musim kering atau kemarau panjang. Walhasil, Perum Bulog tidak perlu kebingungan mengimpor beras di kondisi terdesak.

"Itu (impor beras 2 juta ton) untuk cadangan Bulog. Karena kemungkinan akan ada yang namanya El Nino, musim kering panjang. Sehingga Bulog, Badan Pangan Nasional, mempersiapkan diri dengan memperkuat cadangan berasnya," ujarnya, Kamis (6/4/2023).

"Jangan sampai nanti pas sudah musim kering panjang kita bingung mau beli beras ke Thailand, ke Vietnam, ke India, ke Pakistan barangnya enggak ada," kata Jokowi.

Jokowi tidak ingin situasi itu terjadi. Pasalnya, harga gabah dan harga beras di pasaran juga bisa ikut terkerek gara-garanya.

"Ini yang kita hindari, karena El Nino (kemarau) tidak hanya di Indonesia saja, di negara-negara itu juga terjadi. Sehingga itu mengantisipasi dan itu tidak mengganggu harga gabah petani," tuturnya.

3 dari 4 halaman

Soal Impor Beras

Sebagaimana diketahui, pemerintah berencana kembali mengimpor beras di tahun ini sebanyak 2 juta ton. Rencana ini tertuang dalam surat penugasan Badan Pangan Nasional (Bapanas) yang ditandatangani oleh Kepala Bapanas, Arief Prasetyo Adi.

Meskipun melakukan impor beras, pemerintah memastikan tetap akan melakukan penyerapan beras petani dengan maksimal.

Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi menjelaskan, pemerintah memiliki prioritas menyerap beras dalam negeri, meski izin impor beras sudah keluar. Impor beras ini dilakukan hanya untuk menutupi kekurangan.

"Sekarang semua yang kita kerjakan adalah fokus di dalam negeri, impor itu hanya untuk melengkapi jika kekurangan," ujar Arief di Perum Bulog Kanwil Jakarta dan Banten, Kamis (6/3/2023).

4 dari 4 halaman

Tak Ganggu Petani

Dia merujuk pada importasi 500.000 ton beras yang dilakukan pada akhir 2022. Saat itu, harga gabah dan beras di tingkat petani tidak terganggu. Untuk itu, ia meminta masyarakat tidak hanya fokus terhadap importasi 2 juta ton yang direncanakan dimulai pada tahun 2023.

"Apakah impor yang 500.000 tahun kemarin yang dilakukan Bulog itu mengganggu harga gabah atau beras petani? Tidak sama sekali, itu artinya pemerintah melakukan importasi yang terukur dengan harga di tingkat petani itu terjaga," ungkapnya.

  

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini