Sukses

Proyek MRT Jakarta Fatmawati-Taman Mini Telan Dana Rp 21 Triliun, Kapan Dibangun?

Secara proyeksi waktu, bila proses pendanaannya cepat, groundbreaking proyek MRT Jakarta Fase 4 dilakukan lewat penandatanganan dengan Special Purpose Company (SPC).

Liputan6.com, Jakarta PT MRT Jakarta (Perseroda) menyatakan, kebutuhan dana untuk membangun proyek MRT Jakarta Fase 4 koridor Fatmawati-Taman Mini sepanjang 12 km mencapai Rp 21 triliun.  Direktur Utama MRT Jakarta Tuhiyat mengatakan, angka tersebut keluar berdasarkan hasil perhitungan studi kelayakan atau feasibility study (FS) yang pertama. 
 
"Kebutuhan dana sampai dengan saat ini itu berdasarkan perhitungan FS yang pertama sekitar Rp 21 triliun, untuk 10 stasiun fully underground," jelas Tuhiyat di Travoy Hub TMII, Jakarta, Rabu (5/4/2023).
 
Namun, ia menyebut pembangunan proyek MRT Jakarta Fase 4 masih menunggu hasil evaluasi kelayakan oleh Pemprov DKI Jakarta. Meskipun belum final, Tuhiyat berujar pembangunannya bakal menggunakan skema Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU). 
 
Saat ini, dia menambahkan, K-Consorsium selaku konsorsium buatan Korea Selatan sudah melakukan inisiatif FS. Hasilnya pun sudah diserahkan kepada Pemprov DKI sejak 2 bulan lalu.  
 
"Sekarang adalah masa proses evaluasi. Selesai evaluasi, mudah-mudahan Mei selesai, nanti diserahkan letter of proceednya. Kemudian ditunjuk siapa pemenangnya, mencari satu financing. Kita serahkan ke mereka. Begitu didapat, maka dilakukan bidding untuk melakukan konstruksi," paparnya. 
 
Secara proyeksi waktu, bila proses pendanaannya cepat, groundbreaking proyek MRT Jakarta Fase 4 dilakukan lewat penandatanganan dengan Special Purpose Company (SPC). 
 
Rencananya, penyerahan proyek MRT Fatmawati-Taman Mini kepada SPC selaku pihak yang akan melakukan operasi dan konstruksi pun dilakukan pada 2024. 
 
Penentuan perusahaan pemenang bidding itu sendiri akan berlangsung lama hingga satu tahun, lantaran menggunakan proses lelang internasional atau International Competitive Bidding (ICB). 
 
"Fase 4 groundbreaking-nya bukan financial close, tapi tandatangan dengan SPC, Special Purpose Company yang akan meng-operate, konstruksi dan sebagainya. Katakanlah masih Korea, dia harus mencari pendanaan. Katakan pendanaannya cepat, mungkin 2-3 bulan sudah oke," tuturnya. 
 
"Sejak saat itu dia harus bidding untuk melakukan konstruksi, antara 8 bulan sampai 1 tahun. Kemudian fase 4 pun tahun depan memperoleh SPC," pungkas Tuhiyat. 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Proyek MRT Cikarang-Balaraja Butuh Rp 160 Triliun, Inggris dan Eropa Minat Biayai

PT MRT Jakarta (Perseroda) menyatakan, Inggris dan Eropa sudah menyampaikan minat untuk ikut mendanai proyek MRT Jakarta Fase 3 Timur-Barat, atau East-West Line rute Cikarang-Balaraja, khususnya di area Jawa Barat.

Sebelumnya, Japan International Cooperation Agency (JICA) telah memberikan dukungan teknis untuk proyek Fase 3 di wilayah Jakarta, dari Medan Satria hingga Kembangan.

Inggris melalui United Kingdom Export Finance juga telah mengirimkan keberminatan, atau expression of interest (EOI) mendanai proyek sebesar USD 1,2 miliar, atau Rp 19,3 triliun.

Menurut perkiraan awal, proyek sepanjang 84,1 km tersebut butuh pembiayaan hingga Rp 160 triliun. Selain Inggris, Direktur Utama MRT Jakarta Tuhiyat mengatakan, Eropa juga tertarik untuk ikut masuk membiayai proyek MRT Jakarta Cikarang-Balaraja.

"Kami kemarin roadshow ke UK dan Eropa dalam rangka menggali financing dari sumber lain. Karena timur-barat dari Cikarang sampai Balaraja, Jawa Barat ke Banten," ujar Tuhiyat di Travoy Hub TMII, Jakarta, Rabu (5/4/2023).

"Itu kami tawarkan ke Jawa Barat (MRT Cikarang-Balaraja), tentunya via Kementerian Perhubungan yang akan menentukan nanti. Kementerian Perhubungan kami persilakan. Nanti ada beberapa sumber antara lain dari UK Export Finance, EIB (European Investment Bank), Eropa, itu kami serahkan kepada Kementerian Perhubungan," ungkapnya.

 

3 dari 3 halaman

Investasi Masih Bisa Bertambah

Terkait kebutuhan biaya Rp 160 triliun, Tuhiyat bilang itu masih bisa bertambah. Angka resminya nanti akan keluar jika sudah dilakukan basic engineering design (BED).

"Saat ini kita BED-nya phase 1 stage 1, Medan Satria-Tomang itu sudah hampir selesai di DJKA (Kementerian Perhubungan). Nanti akan diserahkan," imbuh dia.

Untuk menampung pemasukan dana, proyek MRT Jakarta Cikarang-Balaraja bakal melalui skema lelang internasional, atau International Competitive Bidding (ICB). "Yang penting kita sekarang fokus di area Jakartanya, sudah scheme dengan Jepang. Saya fokus ke area Jakarta dulu. Di luar Jakarta kendalinya di Kementerian Perhubungan," sebutnya.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.