Sukses

Penyalur Kedelai Kini Bentuk Perkumpulan, Ingin Pasokan dan Harga Stabil

Jaminan pasokan kedelai dan harga yang stabil menjadi harapan pagi para pelaku usaha yang menggunakan kedelai sebagai bahan baku utama.

Liputan6.com, Jakarta Kebutuhan kedelai Indonesia tercatat rata-rata setiap tahunnya 2,9 juta ton, 90 persen diantaranya impor dari beberapa negara.

Jaminan pasokan kedelai dan harga yang stabil menjadi harapan pagi para pelaku usaha yang menggunakan kedelai sebagai bahan baku utama.

“Perkumpulan Penyalur Kedelai Nasional (PPKN) memiliki komitmen mengkoordinir distribusi kedelai dan juga berkontribusi mendukung bisnis para pelaku usaha yang berkaitan dengan industri kedelai,” kata Ketua PPKN Darmini Lesmana di Jakarta,Kamis (2/3/2023).

keberadaan PPKN selain menghimpun dan mengkoordinasikan semua pelakuusaha yang berkaitan dengan industri kedelai dan turunannya, juga menjadi jembatan dalam menyuarakan aspirasi.

Dia menambahkan, PPKN akan berkolaborasi dengan pemerintah dan pihak-pihak terkait dalam menjalankan program-program terkait industri kedelai secara berkeadilan, transparan dan menghindari terjadinya praktik usaha tidak sehat pihak-pihak tertentu.

“PPKN optimistis, semua program-program yang dijalankan dapat dirasakan manfaatnya oleh semua pihak,”jelas Darmini.

Hadir dalam acara peresmian PPKN, Deputi Bappanas, Satgas Pangan dan Direktur Barang Kebutuhan Pokok dan Barang Penting (Kementerian Perdagangan).

PPKN saat ini mewadahi hampir 100 penyalur kedelai dan sekitar 5000 perajin tempe dan tahu dari berbagai daerah di Indonesia.

Acara peresmian diikuti pelantikan para pengurus PPKN perdana dan perekrutan anggota baru yang diharapkan bisa menjangkau 38 provinsi di Indonesia.

Acara peresmian dilanjutkandengan pemberian bantuan kepada perajin tempe dan tahu yang kurang mampu berupa modal usaha yangterdiri dari kacang kedelai, paket peralatan sekolah dan paket sembako.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Harga Pangan Terpantau Stabil jelang Puasa, Gula dan Beras Masih Mahal

Badan Pusat Statistik (BPS) mengingatkan potensi kenaikan inflasi akibat kenaikan harga pangan pada momentum Ramadan dan Lebaran 2023. Merujuk pada data di Ramadan dan Lebaran sebelumnya, inflasi selalu menanjak karena kenaikan harga bahan pangan.

Namun sejauh ini, harga beberapa bahan pangan terpantau masih stabil. Berdasarkan situs resmi Kementerian Perdagangan di kemendag.go.id, Kamis (2/3/2023) harga gula pasir masih terpantau stabil di kisaran Rp 14.400 per kilogram.

Meskipun stabil, harga gula pasir ini masih di atas Harga Eceran Tertinggi (HET). Seperti diketahui, saat ini HET gula pasir dipatok Rp 13.500 per kilogram.  

Tak hanya gula pasir yang harganya stabil, ada komoditas beras premium masih Rp 13.700 per kg. Sementara, beras Medium naik tipis dari semula Rp 11.800 per kg menjadi Rp 11.900 per kg.

Meskipun stabil, harga beras ini juga masih di atas harga normal. Seharusnya harga beras medium dan premium di bawah Rp 10 ribu per kilogram.   

Harga minyak goreng curah juga stabil di kisaran Rp 14.600 per liter, minyak goreng kita Rp 15.000 per liter. Sedangkan, minyak goreng kemasan premium naik menjadi Rp 21.100 per liter dari sebelumnya Rp 21.000 per liter.

Berikut rincian harga kebutuhan pokok menjelang puasa 2023:

Bahan pokok yang naik

  • Beras Medium Rp 11.900 per kilogram
  • Minyak goreng kemasan premium Rp 21.100 per liter
  • Daging ayam ras Rp 34.000 per kilogram
  • Cabai rawit merah Rp 62.700 per kilogram
  • Cabai Merah besar Rp 45.700 per kilogram

Bahan pokok yang turun

  • Cabai merah keriting Rp 43.800 per kilogram
  • Bawang merah Rp 37.200 per kilogram

Bahan pokok yang stabil

  • Beras Premium Rp 13.700 per kilogram
  • Gula Pasir Rp 14.400 per kilogram
  • Minyak goreng curah Rp 14.600 per liter
  • Minyak goreng Kita Rp 15.000 per liter
  • Daging sapi paha belakang Rp 137.300 per kilogram
  • Telur ayam ras Rp 28.700 per kilogram
  • Tepung Terigu Rp.13.300 per kilogram
  • Kedelai impor Rp 15.600 per kilogram
  • Bawang Putih Rp 30.300 per kilogram.
3 dari 3 halaman

BPS Beri Peringatan Pemerintah soal Ancaman Inflasi Ramadan

Menjelang momentum Ramadan dan Lebaran tahun 2023, Badan Pusat Statistik (BPS) mengingatkan potensi kenaikan inflasi. Hal ini merujuk pada data inflasi BPS dari tahun ke tahun yang mencatatkan kenaikan saat bulan Ramadan. 

“Sebagaimana diketahui sebentar lagi kita akan mendekati bulan Ramadan. (Biasanya) tingkat inflasi (meningkat) karena kecenderungan di bulan Ramadan,” kata Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini di Gedung BPS, Jakarta Pusat, Rabu (1/3/2023).

Dia membeberkan, pada 2019 bulan Ramadan jatuh pada bulan Mei. Saat itu, tingkat inflasi sebesar 0,68 persen yang utamanya didorong oleh kenaikan harga komoditas cabai merah dan daging ayam ras, bawang putih, ikan segar, angkutan antar kota, dan telur ayam ras.

Kemudian, Ramadan tahun 2020 jatuh di bulan April. Saat itu terjadi inflasi sebesar 0,08 persen yang utamanya didorong oleh kenaikan harga komoditas bawang merah, emas perhiasan, gula pasar, bahan bakar rumah tangga, pepaya dan juga rokok kretek filter.

Pada tahun 2021, bulan Ramadan bertepatan dengan bulan April. Kala itu terjadi inflasi sebesar 0,13 persen yang utamanya didorong oleh kenaikan harga komoditas daging ayam ras, miyal goreng, jeruk, bahan bakar rumah tangga, emas perhiasan, dan anggur.

Di tahun berikutnya, Ramadan tahun 2022 bertepatan dengan bulan April. Saat itu terjadi inflasi sebesar 0,95 persen. Tingkat inflasi tersebut didorong oleh kenaikan harga komoditas minyak goreng, bensin, daging ayam ras, tarif angkutan udara, bahan bakar rumah tangga, dan telur ayam ras.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.