Sukses

63 Kota Alami Inflasi pada Februari 2023, Tertinggi di Ternate

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ada 63 kota yang mengalami inflasi di Indonesia. Pada saat yang sama, 27 kota lainnya mengalami deflasi.

Liputan6.com, Jakarta Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ada 63 kota yang mengalami inflasi di Indonesia. Pada saat yang sama, 27 kota lainnya mengalami deflasi.

Diketahui, secara tahunan inflasi Februari 2023 mencapai 5,47 persen, dan secara bulanan inflasinya sebesar 0,16 persen. Angka inflasi bulanan ini lebih rendah ketimbang inflasi bulanan Januari 2023 dengan 0,34 persen.

Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Pudji Ismartini menerangkan, terjadi inflasi di 63 kota di Indonesia, dengan 37 kota diantaranya mencatatkan inflasi lebih tinggi dari angka nasional, sisanya 26 kota berada di kisaran angka nasional.

"Sementara itu dalam waktu yang sama, sebanyak 27 kota mengalami deflasi,” ujarnya dalam Konferensi Pers, Rabu (1/3/2023).

Inflasi paling tinggi tercatat di kota Ternate dengan 1,85 persen secara bulanan. Ini dipengaruhi oleh ikan segar dengan andil 1,45 persen, angkatan udara 0,19 persen, cakalang diawetkan 0,12 persen, kangkung 0,09 persen, beras 0,05 persen, san rokok kretek filter 0,04 persen.

Inflasi terpantau juga terjadi di Aceh sengan 0,57 persen, Balikpapan dengan 0,31 persen, Tegal dengan 0,62 persen, Mamuju dengan 0,16 persen, dan Bima dengan 0,59 persen.

Di sisi lain, kota Gunungsitoli mengalami deflasi terdalam dengan -0,98 persen. Deflasi juga terjadi di Singkawang dengan -0,19 persen, Probolinggo sengan -0,04 persen, Kendari dengan -0,48 persen, Jayapura dengan -0,84 persen, dan Kupang -0,77 persen.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Inflasi Bulanan Februari 2023 0,16 Persen

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat tingkat inflasi bulanan di Februari 2023 sebesar 0,16 persen (mtm). Angka ini lebih rendah dari tingkat inflasi bulanan Januari 2023 sekitar 0,32 persen.

Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa Pudji Ismartini menerangkan Hal ini terjadi karena indeks harga konsumen meningkat dari 113,98 pada Januari 2023 menjadi 114,16 di Februari 2023.

"Kalau secara series, secara bulan ke bulan ini lebih rendah dibandingkan inflasi bulan sebelumnya yaitu Januari 2023 sebesar 0,34 persen," kata dia dalam konferensi pers, Rabu (1/3/2023).

Dia menerangkan, penyumbang inflasi bulanan pada Februari 2023 diantaranya adalah komoditas beras, bawang merah, cabai merah dan rokok putih.

Rinciannya, masing-masing sebesar 0,08 persen untuk beras dan 0,4 persen untuk rokok kretek filter, 0,03 persen untuk bawang merah, 0,02 persen untuk cabai merah dan 0,01 persen untuk rokok putih.

"Akan tetapi tingkat inflasi bulanan Februari 2023 ini lebih tinggi dibandingkan dengan bulan yang sama tahun lalu pada bulan Februari 2022 terjadi deflasi sebesar 0,02 persen," ujarnya.

Secara tahunan, inflasi Februari 2023 mencapai 5,47 persen, lebih tinggi dibandingkan inflasi tahunan pada bulan Januari 2023 yang sebesar 5,28 persen dan inflasi tahunan Februari 2022 yang sebesar 2,06 persen.

 

3 dari 3 halaman

Inflasi Tahunan Februari 2023 5,47 Persen

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat tingkat inflasi Februari tahun 2023 sebesar 5,47 persen (yoy). Angka ini lebih tinggi jika dibandingkan tingkat inflasi pada bulan Januari yakni 5,28 persen (yoy).

Sementara itu, secara tahun kalender atau Februari 2023 ke Desember 2022 terjadi kenaikan 0,50 persen.

"Secara year on year terjadi inflasi sebesar 5,47 peraen dan secara tahun kalender terjadi 0,50 petsen," kata Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa Pudji Ismartini, dalam konferensi pers, di Jakarta Pusat, Rabu (1/3/2023).

Pudji menjelaskan, tingkat inflasi Februari 2023 sebesar 0,16 persen (mtm). Hal ini terjadi karena indeks harga konsumen meningkat dari 113,98 pada Januari 2023 menjadi 114,16 di Februari 2023.

"Kalau secara series, secara bulan ke bulan ini lebih rendah dibandingkan inflasi bulan sebelumnya yaitu Januari 2023 sebesar 0,34 persen," kata dia.

Adapun kelompok pengeluaran terbesar dari kelompok makanan, minuman dan tembakau. Pudji menjelaskan komoditas penyumbang inflasi secara mtm terbesar dari beras, rokok kretek filter, cabai merah, bawang merah, dan rokok putih.

"Jika dirinci kelompok pengeluaran penyumbang inflasi adalah kelompok makanan minuman dan tembakau, selain itu ada kelompok pengeluaran deflasi, dengan deflasi terdalam di kelompok transportasi," katanya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.