Sukses

Keuntungan dari Bisnis Geothermal di Indonesia Baru Bisa Dinikmati 5 Tahun Lagi

Keuntungan hasil ekspansi bisnis panas bumi atau geothermal baru dapat dinikmati sekitar 3 tahun hingga 5 tahun ke depan.

Liputan6.com, Jakarta CEO Schroders Indonesia Michael T. Tjoajadi menyatakan ekspansi yang akan dijalankan PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) bakal berlangsung lambat seiring risiko linear bisnis energi sektor panas bumi.

Michael Tjoa, sapaan akrabnya mengatakan investor saham belum akan menikmati keuntungan perseroan pada tahun ini. “Baru bisa dinikmati hasilnya pada jangka waktu yang cukup lama. Ekspansi perseroan di 2023 tidak akan mendatangkan hasil di tahun ini ataupun tahun depan,” katanya kepada wartawan, Rabu (1/3/2023).

Michael memprediksi keuntungan hasil ekspansi PGEO baru dapat dinikmati sekitar 3 tahun hingga 5 tahun ke depan. “ Ini biasa. Mengingat lamanya proses pengembangan bisnis geothermal," ungkapnya.

Beberapa pihak menyatakan bahwa rasio profitabilitas perseroan terbilang minim. Dengan perolehan laba Rp2,2 triliun pada kuartal III-2022, dan ekuitas sebesar Rp29,3 triliun pasca-IPO, maka ROE PGEO hanya 7,5 persen.

Seperti diketahui, PGEO menargetkan peningkatakan basis kapasitas terpasangnya yang dioperasikan sendiri, dari 672 MW saat ini menjadi 1.272 MW pada 2027.

Saham PGEO sendiri masih mengalami koreksi cukup dalam pada perdagangan Selasa, 28 Februari 2023. Terdapat sejumlah alasan yang melatari kondisi tersebut.

Sebelumnya, sejumlah pengamat pasar modal menganggap PGEO merupakan entitas dengan tipikal intensive capital yang menyiratkan kebutuhan modal sangat tinggi dalam menjalankan bisnisnya. Dalam hal ini, membuat PGEO tergolong pada high risk stock investment atau saham dengan risiko tinggi.

Sentimen lain yang membuat saham PGEO dipilih karena bisnis perseroan yang terbilang masih butuh banyak pengembangan karena perseroan berada pada industri energi baru terbarukan (EBT).

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Kepincut Geothermal Indonesia, Jepang Jajaki Proyek Hidrogen Hijau Bareng PGE

PT Pertamina Geothermal Energy Tbk. (PGE, IDX: PGEO), anak usaha PT Pertamina Power Indonesia (Pertamina NRE) yang merupakan bagian dari PT Pertamina (Persero) dikunjungi oleh Duta Besar Jepang untuk Indonesia sekaligus membawa New Energy and Industrial Technology Development Organization (NEDO) dan Tokyo Electric Power Company Holdings, Incorporated (TEPCO HD) untuk studi bersama pengembangan Hidrogen Hijau pada Minggu (26/02) di Kantor PGE Area Lahendong di Kota Tomohon, Sulawesi Utara.

Kunjungan ke PGE Area Lahendong dihadiri oleh Duta Besar Jepang untuk Indonesia Kanasugi Kenji, Executive Vice President & Chief Innovation Officer (CIO) TEPCO Chikara Kojima, Chief Representative NEDO Jakarta Yamashita Naoto, Chief Executive Officer (CEO) Pertamina NRE Dannif Danusaputro, dan Direktur Utama PGE Ahmad Yuniarto.

Pertamina NRE dan TEPCO HD akan menggabungkan teknologi Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) milik PGE dan teknologi produksi hidrogen milik TEPCO HD untuk mengembangkan teknologi operasional yang optimal dan mencapai produksi serta transportasi hidrogen hijau yang hemat biaya melalui studi bersama ini dan akan di support pengembangannya oleh NEDO.

Pada kesempatan yang sama Duta Besar Jepang untuk Indonesia menyampaikan Jepang dan Indonesia sepakat dalam mewujudkan konsep Asia Zero Emission Community (AZEC).

“Indonesia memiliki potensi geothermal yang sangat besar yaitu terbesar kedua di dunia, Jepang dan Indonesia memiliki tujuan yang sama untuk memperkuat kerja sama transisi energi, Hal ini juga merupakan kesepakatan kedua kepala negara antara Presiden Joko Widodo dengan Perdana Menteri (PM) Jepang Fumio Kishida dalam pertemuan bilateral pada saat KonferensiTingkat Tinggi (KTT) G20 di Bali,” ucap Duta Besar Jepang Untuk Indonesia, Kanasugi Kenji.

Produksi hidrogen merupakan salah satu area bisnis geothermal Pertamina NRE ke depan. Pihaknya sedang mengembangkan pilot project untuk hidrogen hijau di area geothermal PGE dengan target produksi 100 kg per hari.

"Dengan potensi yang dimiliki, kami yakin dapat menjadi pionir dalam menghasilkan hidrogen hijau dan berkontribusi untuk pengurangan emisi karbon. Kami antusias agar dapat bekerja sama dengan TEPCO HD dalam pengembangan ini juga dengan NEDO,” ungkap Chief Executive Officer Pertamina NRE, Dannif Danusaputro.

3 dari 3 halaman

Geothermal Terbesar di Dunia

Direktur Utama PGE, Ahmad Yuniarto menjelaskan, PGE memiliki visi untuk menjadi perusahaan energi hijau kelas dunia dengan kapasitas geothermal terbesar di dunia dengan didukung oleh tiga pilar strategis yaitu mengoptimalkan area operasi yang sudah ada, memperluas geothermal value chain, dan mengembangkan area geothermal baru.

"Dengan kunjungan ini kami berharap dapat bekerja sama untuk menambah value pada energi geothermal,” ujar dia.

PGE dalam menjalankan bisnis terus berkomitmen untuk pengembangan panas bumi dan memastikan implementasi Environment, Social, and Governance (ESG) menjadi bagian terintegrasi dari bisnis panas bumi PGE.

Penerapan aspek-aspek ESG ini merupakan upaya dalam memberikan nilai tambah serta dukungan PGE pada program pemerintah terkait pemanfaatan energi baru terbarukan yang ramah lingkungan khususnya panas bumi.

Komitmen PGE dalam pengembangan energi panas bumi dapat berkontribusi dalam mencapai target pembangunan berkelanjutan goals ke 7 (energi bersih dan terjangkau), goals 12 (konstruksi dan produksi yang bertanggungjawab), goals 13 (penanganan perubahan iklim), dan goals 15 (ekosistem darat) pada SDGs (Sustainable Development Goals).

PGE saat ini mengelola 13 Wilayah Kerja Panas Bumi (WKP) dengan kapasitas terpasang sebesar +1,8GW, dimana 672 MW dioperasikan dan dikelola langsung oleh PGE dan 1.205 MW dikelola dengan skenario Kontrak Operasi Bersama.

Kapasitas terpasang panas bumi di wilayah kerja PGE berkonstribusi sebesar sekitar 82 persen dari total kapasitas terpasang panas bumi di Indonesia, dengan potensi pengurangan emisi CO2 sebesar sekitar 9,7 juta ton CO2 per tahun. 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.