Sukses

Masyarakat Indonesia Tak Takut Resesi, Lebih Takut Harga Sembako Naik

Menurut pemerintah dan sejumlah ekonom, Indonesia jauh dari resesi. Terbukti pertumbuhan ekonomi Indonesia masih kuat dan kinerja neraca perdagangan masih positif.

Liputan6.com, Jakarta Resesi global tengah menjadi momok bagi sejumlah negara didunia. Ancaman tersebut mulai nyata terlihat dari mulai banyaknya negara menjadi 'pasien' IMF.

Lantas bagaimana Indonesia? Tenang, menurut pemerintah dan sejumlah ekonom, Indonesia jauh dari resesi. Terbukti pertumbuhan ekonomi Indonesia masih kuat dan kinerja neraca perdagangan masih positif.

Selain itu, laju inflasi di Indonesia juga masih terjaga. Dengan demikian konsumsi masyarakat masih tinggi. Maklum saja, pertumbuhan ekonomi Indonesia penopang utamanya adalah konsumsi masyarakatnya.

Persoalan resesi global ini nampaknya memang tidak membuat masyarakat Indonesia khawatir. Seperti yang diungkapkan seorang pegawai swasta bernama Jita (28). 

"Jujur aja ya, kita lebih khawatir kalau harga sembako pada naik. Gimana nggak khawatir coba, cari uang susah ditambah lagi sembako naik terus kan," kata dia saat berbincang dengan Liputan6.com, ditulis Selasa (28/2/2023).

Hal senada diungkap Fahreza (32), salah satu pegawai swasta di Kota Bogor. Dia menyebut tak terlalu khawatir atas dampak resesi global. Dia menyebut, kondisi saat ini perlu diwaspadai di tengah upah yang cenderung tidak naik, padahal kebutuhan bertambah.

"Kalau iya sih dampak banget (kenaikan harga sembako) tapi kalau penghasilan juga naik ya aman-aman aja, seringnya harga naik pendapatan turun," ungkapnya.

Pedagan Warteg Tak Gentar

Tak hanya mereka, pedagang warteg pun juga mengaku tidak mau ambil pusing soal ancaman resesi ini. Dia lebih mengkhawatirkan harga pangan yang naik dan langkanya minyak goreng.

"Masih hunting (mencari), terutama Minyakita," kata Ketua Komunitas Warteg Nusantara (Kowantara) Mukroni kepada Liputan6.com.

Mukroni mengatakan kalau kenaikan harga bahan pokok lebih mengkhawatirkan. Pasalnya, itu bakal langsung berdampak ke kantung-kantung ekonomi masyarakat bawah.

"Dampak kenaikan harga (bahan pokok), itu yang sangat menyentuh rakyat bawah yang menjadi pelanggan warteg, itu dampaknya luar biasa," ungkapnya.

Tetap Optimis

Sementara itu, melihat adanya potensi resesi global berdampak ke ekonomi dalam negeri, Mukroni masih melihat optimisme. Apalagi adanya sumber daya yang dimiliki Indonesia.

"Sebenarnya, kalau lihat potensi sumber daya negeri ini yang kaya minera, subur tanahnya negeri ini tidak perlu khawatir," kata dia.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Tenang, Indonesia Punya Modal Kuat Hadapi Resesi Global

Sejumlah negara di dunia tengah dibayang-bayangi ancaman resesi global. Tak sedikit negara mengalami kesulitan ekonomi dan kemudian meminta bantuan dari IMF.

Lantas, bagaimana peluang Indonesia, apakah akan mengikuti arus ikut jatuh resesi? Tenang, hal itu masih jauh. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto memastikan pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini masih di kisaran 5,3 persen.

Adapun, definisi resesi adalah pertumbuhan ekonomi sebuah negara negatif dua kuartal berturut-turut.

Ekspor Masih Kuat

Menko Airlangga menjamin, banyak hal yang dipunyai Indonesia untuk tidak masuk ke jurang resesi. Ketergantungan pada pasar ekspor yang relatif rendah atau kurang dari 50 persen menjadikan negara-negara seperti Indonesia, Jepang, Brasil, Tiongkok, dan Amerika Serikat memiliki resiliensi yang tinggi melalui dukungan pasar domestik yang kuat.

Menko mencatat hingga akhir 2022, nilai ekspor Indonesia mencapai USD299,57 miliar atau tumbuh 29,40 persen (yoy). Sedangkan sisi impor juga mengalami pertumbuhan yang hampir setara yakni 25,37 persen (yoy) atau sebesar USD245,98 miliar.

Lebih lanjut, Airlangga optimis kinerja ekspor dalam perdagangan internasional Indonesia pada tahun 2023 diproyeksikan akan tumbuh sebesar 12,8 persen (yoy) dan impor akan tumbuh lebih tinggi yakni sebesar 14,9 persen (yoy).

Tidak hanya itu, kebijakan zero Covid-19 di China juga menjadi salah satu stimulus ekspor Indonesia. Maklum saja, ekspor Indonesia paling tinggi sampai saat ini adalah China. Selagi ekonomi China masih tumbuh, maka ekspor Indonesia juga masih ciamik

Masih tumbuhnya ekspor Indonesia inilah menjadi salah satu senjata hadapi ancaman resesi global.

 

3 dari 3 halaman

Konsumsi Domestik Tinggi

Senada dengan Menko Airlangga, Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo juga memastikan Indonesia tahan terhadap resesi global.

permintaan domestik khususnya konsumsi swasta diyakini akan mendongkrak perekonomian RI di tahun 2023. Berkat pencabutan kebijakan PPKM, kepercayaan konsumen semakin baik dan secara langsung menumbuhkan konsumsi swasta.

"Darimana asalnya yaitu konsumsi swasta yang lebih cepat dari yang kita perkirakan dengan adanya PPKM dan adanya confident dari konsumen. Confident dari konsumen itu menumbuhkan konsumsi swasta. Dua sumber itu terutama di samping ada sumber-sumber lain. Jadi itu adalah jawaban," ujarnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.