Sukses

Lihat Kurs USD dan Mata Uang Asing Lainnya Hari Ini 3 Februari 2023

Kurs jual USD terhadap Rupiah hari ini berada di Rp14.942,34 per USD, dan kurs beli Rp 14.793,66.

Liputan6.com, Jakarta - Kurs dolar Amerika Serikat atau USD terhadap Rupiah berada di kisaran Rp 14.900 pada Jumat hari ini, 3 Februari 2023 

Melansir laman resmi Bank Indonesia, Jumat (3/2/2023) kurs jual USD terhadap Rupiah hari ini berada di Rp14.942,34 per USD, dan kurs beli Rp 14.793,66. 

Mata uang bernilai besar lainnya adalah Poundsterling Inggris, yang kurs jualnya Rp 18.495,63 per pound dan kurs beli Rp 18.304,20. Sedangkan nilai jual Euro berdiri di Rp 16.429,10, dan kus beli sebesar Rp 16.262,67.

Selanjutnya ada dolar Australia dengan kurs jual hari ini mencapai Rp 10.673,31 per AUD dengan kurs beli Rp 10.559,71 per AUD.

Sementara di kawasan Asia, kurs jual Yen Jepang dipatok di Rp 11.616,53 per 100 Yen dan harga beli Rp 11.496,47 per 100 Yen. Adapun Yuan China dengan kurs jual Rp 2.222,64 dan Rp 2.200,06 untuk kurs beli.

Kemudian kurs jual Won Korea Selatan kini di Rp 12,21 dan kurs beli Rp 12,09 per Won. Kurs jual dolar Hong Kong hari ini sebesar Rp 1.905,28 per HKD dan kurs beli Rp 1.886,25.

Di negara tetangga Asia Tenggara, yaitu kurs jual dolar Singapura kini mencapai Rp 11.448,31 dan kurs beli Rp 11.330,06 per SGD. Adapun harga jual Ringgit Malaysia kini di Rp 3.521,65 per Ringgit dan kurs beli Rp 3.482,50. 

Adapun kurs jual Peso Filipina hari ini dipatok Rp 277,58 dan kurs beli Rp 274,67 per PHP.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Rupiah Hari Ini Melemah Seiring Kenaikan Imbal Hasil Obligasi AS

Sementara itu, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak melemah pada perdagangan Jumat pagi ini.

Melemahnya nilai tukar rupiah seiring dengan naiknya imbal hasil obligasi AS.

Pada Jumat (3/2/2023), rupiah hari ini dibuka turun 22 poin atau 0,15 persen ke posisi 14.910 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya 14.888 per dolar AS.

"Rupiah diperkirakan melemah karena dolar AS rebound (menguat kembali) dan naiknya imbal hasil obligasi AS," kata Analis DCFX Futures Lukman Leong dikutip dari Antara.

Imbal hasil obligasi pemerintah AS tenor 2 tahun naik ke level 4,094 persen dan tenor 10 tahun meningkat ke posisi 3,376 persen.

Penguatan kembali dolar AS ditopang oleh data tenaga kerja yang masih kuat dengan klaim pengangguran AS yang lebih baik dari perkiraan. Investor juga akan menantikan data penting tenaga kerja AS terkait Non-Farm Payrolls (NFP) malam ini.

3 dari 4 halaman

Prediksi Terkini Soal Nilai Rupiah

Non-Farm Payroll adalah data tingkat ketenagakerjaan di Amerika serikat selain dari sektor pertanian, pemerintahan, rumah tangga, dan lembaga-lembaga nonprofit.

Data pada Kamis (2/2/2023) menunjukkan bahwa jumlah orang Amerika yang mengajukan klaim baru untuk tunjangan pengangguran secara tak terduga turun minggu lalu karena pasar tenaga kerja tetap tangguh meskipun biaya pinjaman lebih tinggi dan kekhawatiran akan resesi meningkat.

Produktivitas pekerja AS juga meningkat lebih cepat dari yang diharapkan pada kuartal keempat, menghasilkan moderasi dalam pertumbuhan biaya tenaga kerja.

Rilis ekonomi utama AS minggu ini adalah laporan ketenagakerjaan pada Jumat untuk bulan Januari, yang diharapkan menunjukkan bahwa pemberi kerja menambahkan 185.000 pekerjaan di bulan tersebut.

Lukman memproyeksikan rupiah bergerak di kisaran 14.850 per dolar AS hingga 15.000 per dolar AS.

4 dari 4 halaman

Fundamental Ekonomi Kuat, BI Yakin Rupiah Tak Bakal Melemah di 2023

Sebelumnya, Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak menguat sejak awal tahun ini. Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan, gerak nilai tukar rupiah sepanjang tahun cenderung mengalami penguatan seperti yang telah terjadi di awal tahun. Hal ini dasarkan pada perbaikan kondisi fundamental perekonomian Indonesia hingga akhir 2022.

"Kami meyakini nilai tukar rupiah akan menguat karena faktor fundamental, semuanya memberikan justifikasi bahwa nilai tukar akan menguat," kata Perry dalam acara Laporan Transparansi dan Akuntabilitas Bank Indonesia (LTABI) 2022 di Jakarta, Senin (30/1/2023).

Perry menyampaikan, kian membaiknya faktor fundamental tersebut tercermin dari peningkatan aliran modal asing yang masuk ke pasar keuangan Indonesia. Perry mencatat, aliran modal asing masuk sebesar USD 2,4 miliar ke pasar keuangan Indonesia.

Selain itu, tren laju inflasi di Tanah Air juga masih terkendali hingga memasuki akhir tahun 2022. Perry optimis, tingkat inflasi inti akan berada di bawah 4 persen pada semester I 2023, sementara inflasi umum akan berada di bawah 4 persen di semester II 2023.

"Inflasi dari 5,5 persen kami pastikan inflasi inti di semester satu (2023) di bawah 4 persen," tekan Perry.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.