Sukses

IMF: Ekonomi Global Tak Seburuk yang Diramal, tapi Masih Rentan Krisis

Direktur pelaksana IMF Kristalina Georgieva mengakui bahwa kondisi ekonomi dunia tidak seburuk dari yang dikhawatirkan beberapa bulan lalu, tetapi masih ada risiko krisis lanjutan.

Liputan6.com, Jakarta - Direktur pelaksana Dana Moneter Internasional (IMF) Kristalina Georgieva kembali mengingatkan bahwa perekonomian dunia masih berada di titik sulit, meskipun ada optimisme di antara para ekonom dan bisnis dengan melambatnya inflasi.

Hal itu disampaikan Georgieva saat menghadiri panel di World Economic Forum di Davos, Swiss pada Jumat (20/1).

Melansir CNN Business, Senin (23/1/2023) Georgieva mengakui bahwa kondisi ekonomi dunia sudah tidak seburuk dari yang dikhawatirkan beberapa bulan lalu, tetapi mengingatkan masih adanya risiko krisis lanjutan.

Dia mengatakan, dampak dari kenaikan suku bunga oleh negara ekonomi terbesar dunia "belum menekan," dan dapat meningkatkan pengangguran - situasi yang sulit ditanggapi oleh pemerintah yang kekurangan dana untuk ditanggapi secara memadai.

"Situasinya bisa sangat berbeda bagi konsumen yang mengalami (krisis) biaya hidup dan lapangan pekerjaan, daripada yang sudah mengalami (krisis) biaya hidup dan tidak memiliki pekerjaan," katanya.

Seperti diketahui, bank sentral Amerika Serikat Federal Reserve masih berfokus untuk mencapai target inflasinya di 2 persen.

Presiden Bank Sentral Eropa (ECB) Christine Lagarde pun menyatakan bahwa pihanya akan tetap esuai rencana dalam menaikkan biaya pinjaman untuk menurunkan inflasi ke target 2 persen bank sentral.

Selain itu, baik kepala IMF maupun ECB juga memperingatkan bahwa dibukanya kembali kegiatan ekonomi China setelah kebijakan nol-Covid-19 akan mendorong harga komoditas, termasuk minyak dan gas alam, karena permintaan diprediksi meningkat akhir tahun ini.

Jumlah LNG (gas alam cair) yang akan (China) beli dari seluruh dunia akan lebih tinggi dari yang kita lihat… akan ada lebih banyak tekanan inflasi yang muncul dari permintaan tambahan pada komoditas, dan khususnya energi, bebr Lagarde.

Hal itu dikhawatirkan bisa membebani pertumbuhan global, yang diperkirakan IMF pada Oktober 2022 akan merosot menjadi 2,7 persen tahun ini.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

IMF Bilang Ekonomi Global Bisa Rugi hingga 7 Persen, Ini Penyebabnya!

Dana Moneter Internasional (IMF) mengeluarkan peringatan terkait risiko fragmentasi pada ekonomi global. Lembaga keuangan dunia ini, dalam catatan terbarunya mengingatkan bahwa fragmentasi yang parah setelah beberapa dekade peningkatan integrasi ekonomi dapat mengurangi hasil ekonomi global hingga 7 persen.

IMF juga menyebut, kerugian fragmentasi dapat mencapai 8-12 persen di beberapa negara, jika teknologi juga dipisahkan.

Dikutip dari Channel News Asia, Senin (16/1/2023), Badan itu mengungkapkan, bahkan fragmentasi yang terbatas dapat memangkas 0,2 persen dari PDB global, tetapi diperlukan lebih banyak upaya untuk menilai perkiraan biaya sistem moneter internasional dan jaring pengaman keuangan global (GFSN).

Selain itu, arus barang dan modal global juga telah mendatar setelah krisis keuangan global pada tahun 2008-2009, dan lonjakan pembatasan perdagangan yang terlihat di tahun-tahun berikutnya.

"Pandemi COVID-19 dan perang Rusia-Ukraina semakin menguji hubungan internasional dan meningkatkan skeptisisme tentang manfaat globalisasi," tulis laporan IMF.

IMF melihat bahwa memperdalam hubungan perdagangan telah menghasilkan pengurangan besar dalam kemiskinan global selama bertahun-tahun, sekaligus menguntungkan konsumen berpenghasilan rendah di negara maju melalui harga yang lebih rendah.

"(Pengurangan hubungan perdagangan) akan berdampak paling buruk bagi negara-negara berpenghasilan rendah dan konsumen yang kurang mampu di ekonomi maju," katanya.

Berkurangnya arus modal juga berisiko mengurangi investasi asing secara langsung, sementara penurunan kerjasama internasional akan menimbulkan risiko terhadap penyediaan barang publik global yang vital.

3 dari 3 halaman

IMF Ramal Sepertiga Ekonomi Dunia Bakal Resesi di 2023

Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional (IMF), Kristalina Georgieva memperingatkan bahwa sepertiga dari ekonomi global akan mengalami resesi tahun ini.

"Kami memperkirakan sepertiga perekonomian dunia akan mengalami resesi," kata Georgieva, dikutip dari BBC, Selasa (3/1/2023).

"Bahkan negara yang tidak dalam resesi, akan terasa seperti resesi bagi ratusan juta orang," ujarnya dalam program berita CBS Face the Nation.

Georgieva sebelumnya juga sudah mengatakan bahwa 2023 akan menjadi tahun yang "lebih sulit" daripada tahun lalu karena Amerika Serikat, Eropa, dan China melihat perlambatan ekonomi.

Perlambatan ini didorong sejumlah isu global yang membebani ekonomi global, salah satunya adalah perang Rusia-Ukraina, lonjakan inflasi, suku bunga yang tinggi, dan penyebaran Covid-19 di China.

Georgieva pun memperingatkan bahwa China, yang merupakan negara ekonomi terbesar kedua di dunia, akan menghadapi awal tahun 2023 yang sulit.

"Untuk beberapa bulan ke depan, akan sulit bagi China, dan dampaknya terhadap pertumbuhan ekonomi akan negatif, dampaknya terhadap kawasan akan negatif, pertumbuhan global juga bisa negatif," sebutnya.

Tak hanya negara Barat, Komentar Georgieva juga tidak terkecuali bagi negara Asia yang mengalami tahun yang sulit di 2022.

IMF pada Oktober 2022 telah memangkas prospek pertumbuhan ekonomi global untuk tahun 2023 ini. Penurunan proyeksi IMF didorong oleh perang di Ukraina yang berkepanjangan serta suku bunga yang tinggi di berbagai bank sentral di seluruh dunia untuk mengendalikan inflasi.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.