Sukses

Jelang Natal dan Tahun Baru, Harga Telur Ayam Tembus Rp 33 Ribu per Kg

Sejumlah komoditas pasar semisal harga telur ayam dan daging sapi diprediksi akan turun jelang memasuki libur Nataru (Natal 2022 dan Tahun Baru 2023.

Liputan6.com, Jakarta Sejumlah komoditas pasar semisal harga telur ayam dan daging sapi diprediksi akan turun jelang memasuki libur Nataru (Natal 2022 dan Tahun Baru 2023), setelah sebelumnya mengalami kenaikan luar biasa.

Kendati begitu, baik harga telur ayam maupun daging sapi di DKI Jakarta terhitung masih lebih tinggi dibanding rata-rata nasional. Mengutip data infopangan.jakarta.go.id, Senin (19/12/2022), harga telur ayam ras di kawasan ibukota yang dibanderol Rp 31.260 per kg, naik Rp 94.

Pasar Mayestik di Jakarta Selatan menawarkan harga tertinggi, Rp 33.000 per kg. Angka tersebut jauh lebih tinggi dibanding harga rata-rata telur ayam ras di tingkat nasional.

Melansir data update terakhir Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasional (PIHPS), itu dibanderol Rp 31.250 per kg (harga tetap). Secara tren, harga telur ayam ras dalam beberapa hari berada di kisaran Rp 31.250-31.500 per kg.

Senada, harga daging sapi di Jakarta juga terbilang masih tinggi, meskipun sudah mengalami penurunan dan berada di bawah Rp 150.000 per kg.

Ambil contoh, daging sapi murni atau daging semur, yang dijual pada kisaran Rp 141.413 per kg, turun Rp 253. Kendati begitu, komoditas ini masih dijual dengan angka tertinggi Rp 160.000 per kg di Pasar Johar Baru, Jakarta Pusat.

Sedangkan nilai jual daging sapi has (paha belakang) di Jakarta berada di kisaran Rp 146.250 per kg, turun Rp 377. Kendati begitu, Pasar Petojo Ilir di Jakarta Pusat masih memasang harga tertinggi Rp 170.000 per kg.

Sementara untuk tingkat nasional, data terakhir menunjukan adanya kenaikan harga daging sapi kualitas 1 menjadi Rp 137.800 per kg. Nilai jualnya terpantau terus mengalami lonjakan dari 137.400 per kg pada 5 hari sebelumnya.

Untuk harga daging sapi kualitas 2 dibanderol tetap Rp 128.050 per kg. Tapi, menurut grafik itu pun terus mengalami kenaikan dari sebelumnya Rp 127.700 per kg pada 5 hari terakhir.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Jelang Akhir Tahun, Harga Daging Sapi Hampir Sentuh Rp 150 Ribu per Kg

Seperti tahun-tahun sebelumnya, harga kebutuhan pokok dan pangan mengalami kenaikan menjelang pergantian tahun. Di Di Desember 2022 ini, kenaikan tertinggi dialami oleh daging sapi.

Ketua Bidang Organisasi DPP IKAPPI Teguh Stiawan menjelaskan, sejumlah harga bahan pokok di pasar tradisional DKI Jakarta mulai merangkak naik jelang perayaan Natal 2022 dan Tahun Baru 2023 (Nataru). Kenaikan tertinggi terjadi pada daging sapi yang saat ini sudah mendekati Rp 150.000 per kilogram (kg). 

"Kita tahu bahwa per hari ini data dari pasar-pasar di DKI Jakarta harga daging sampai Rp 142 ribu per kilogram," kata Teguh di Jakarta, Rabu (14/12/2022).

Selain daging sapi, harga telur ayam juga ikut melambung Rp 35.000 per kg dari harga normal berkisar Rp 25.000 per kg. Harga ayam potong juga naik berkisar Rp 35.000 per kg sampai Rp 40.000 per kg. 

"Sayur kol (naik) dari Rp 12.000 (kg) menjadi Rp 15.000. Tomat Rp 16.000 sampai Rp 20.000 per kg," ucapnya. 

Oleh karena itu, Ikappi mendesak pemerintah untuk segera turun tangan mengantisipasi kenaikan harga pangan jelang Nataru. Mengingat, sejumlah harga pangan berpotensi terus mengalami kenaikan seiring meningkatnya permintaan. 

"Kami minta kepada pemerintah untuk menjaga dan memastikan stok terjaga dengan baik yang ada di pasar tradisional, sehingga natal dan tahun baru kenaikannya tidak siginifikan," ucapnya. 

3 dari 4 halaman

Jaga Stok dan Inflasi, NFA Desak Daerah Wajib Punya Neraca Pangan

Badan Pangan Nasional atau National Food Agency (NFA) kembali menekankan urgensitas daerah untuk memiliki neraca pangan. Itu didorong untuk menjaga ketersediaan stok sekaligus inflasi pangan.

Deputi 3 Bidang Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan Badan Pangan Nasional, Andriko Noto Susanto, pihaknya telah melakukan berbagai strategi dan upaya ekstra dalam pengendalian inflasi pangan.

Itu dimulai dengan penyusunan data pangan yang terintegrasi jadi satu data neraca pangan, yang kini sedang disinkronisasikan oleh Badan Pangan Nasional bersama Badan Pusat Statistik (BPS), Kementerian Perdagangan, Kementerian Pertanian, hingga Perum Bulog.

"Saya mendorong data neraca pangan ini juga dilakukan di masing-masing provinsi dan kabupaten, agar dapat diambil kebijakan yang tepat sesuai kondisinya masing-masing," pinta Andriko dalam acara Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan Wilayah Bali Nusra, Jumat (9/12/2022).

Arahan itu juga bentuk tindak lanjut penerapan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 125 Tahun 2022, tentang Penyelenggaraan Cadangan Pangan Pemerintah (CPP).

Itu dilakukan melalui konsolidasi penguatan Cadangan Pangan Pemerintah Daerah (CPPD) bersama seluruh Dinas Urusan Pangan Daerah, yang menjadi tugas Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota.

Bila sudah terbentuk data neraca pangan, Andriko melanjutkan, maka mobilisasi pangan dari daerah surplus ke daerah defisit akan lebih efektif. Termasuk untuk operasi pasar hingga gelar pangan murah serentak di seluruh wilayah Indonesia.

"Sebelumnya, pada Agustus 2022 kami telah melaksanakan pengiriman gula dan minyak goreng ke NTT dengan tol laut. Kami juga telah memobilisasi sapi dari Sumbawa ke Jakarta, jagung dari NTB ke daerah sentra peternak, dan bawang merah ke daerah konsumen," paparnya.

"Langkah ini jadi quick win pengendalian inflasi menjelang HBKN (Hari Besar Keagamaan Nasional) dan Nataru 2022-2023," pungkas Andriko. 

4 dari 4 halaman

Terungkap, Biang Kerok Bulog Sulit Serap Beras Petani

Perum Bulog terus berupaya untuk bisa menyerap beras impor untuk bisa menjaga stok cadangan beras pemerintah (CBP) pada akhir 2022 ini. Pasalnya, Bulog mengaku kesulitan untuk bisa menyerap beras dari dalam negeri.

Anggota Ombudsman RI Yeka Hendra Fatika mengutarakan, data yang dihimpun pihaknya sampai dengan 6 Desember 2022, stok beras total yang dimiliki oleh Bulog mencapai 503.000 ton. Sebanyak 61 persen diantaranya merupakan CBP.

Sementara Bulog memperkirakan, pada Desember 2022 masih harus mengeluarkan stok sebanyak 200.000 ton. Sehingga sisa stok yang ada hanya sekitar 300.000 ton.

Menurut Yeka, apabila melihat data kebutuhan beras nasional dalam sebulan rata-rata mencapai 2,5 juta ton, serta angka stok beras minimum sesuai penugasan kepada Perum Bulog dari Rakortas rata-rata sekitar 1,5 juta ton, maka dengan stok beras yang ada saat ini terdapat gap yang masih perlu dipenuhi dengan berbagai skema yang bisa dilakukan.

“Proses pemenuhan kekurangan stok beras yang akan dilakukan dihadapkan pada pilihan yang cukup krusial, dimana ketika pilihan dijatuhkan kepada penyerapan dalam negeri, maka akan dihadapkan pada kondisi tingginya harga gabah,” tutur Yeka, Kamis (8/12/2022).  

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.