Sukses

Harga Minyak Dunia Naik 3 Persen, Imbas Kasus Covid-19 Melonjak

China kembali melaporkan meningkatnya kasus infeksi COVID-19 setiap hari dan penyulingan China telah meminta untuk mengurangi volume minyak mentah dari Arab Saudi dan ini mempengaruhi harga minyak dunia.

Liputan6.com, Jakarta Harga minyak dunia turun lebih dari 3 persen imbas permintaan yang tertekan meningkatnya kasus COVID-19 di China serta kekhawatiran kenaikan suku bunga AS yang lebih agresif.

Harga minyak mentah Brent turun  turun 3 persen atau USD 2,81 menjadi USD 90,05 per barel. Sedangkan harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS turun USD 3,54, atau 4,1 persen menjadi USD 82,05 per barel.

“Ini semacam pukulan tiga kali lipat. Kami memiliki kasus COVID-19 yang meningkat di China, suku bunga terus meningkat di sini di AS dan sekarang kami memiliki kelemahan teknis di pasar,” kata Dennis Kissler, Wakil Presiden Senior Perdagangan di BOK Financial, melansir CNBC, Jumat (18/11/2022).

Presiden Federal Reserve St. Louis James Bullard mengatakan aturan kebijakan moneter dasar akan mengharuskan suku bunga naik setidaknya sekitar 5 persen. Sementara asumsi yang lebih ketat akan merekomendasikan suku bunga di atas 7 persem.

Dolar juga naik karena investor mencerna data ekonomi AS. Dolar yang lebih kuat membuat harga minyak dalam denominasi dolar lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya.

China kembali melaporkan meningkatnya kasus infeksi COVID-19 setiap hari dan penyulingan China telah meminta untuk mengurangi volume minyak mentah dari Arab Saudi pada bulan Desember. Serta memperlambat pembelian minyak mentah Rusia.

Sementara beban kasus COVID China lebih kecil daripada negara-negara lain, importir minyak mentah terbesar di dunia mempertahankan kebijakan ketat untuk meredam wabah awal, mengurangi permintaan bahan bakar.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Kasus Covid-19 di China

Di sisi lain, harga minyak berjangka AS pada bulan depan turun di bawah rata-rata pergerakan selama 50 hari. Ini memicu likuidasi dana. Kissler memperkirakan tekanan akan berlanjut awal minggu depan.

"Pasar benar-benar terjebak untuk potensi kehancuran permintaan yang serius, dan kami pasti melihat suasana bergeser ke sisi bawah," kata Phil Flynn, seorang analis di grup Price Futures.

Polandia dan NATO pada hari Rabu mengatakan sebuah rudal yang jatuh di dalam negara itu mungkin nyasar yang ditembakkan angkatan udara Ukraina dan bukan serangan Rusia, meredakan kekhawatiran perang Rusia-Ukraina dapat melebar.

"Syukurlah, ketakutan itu telah mereda dan situasinya tidak meningkat, yang telah membuat kenaikan minyak dibatalkan," kata Craig Erlam, Analis Pasar Senior di OANDA. "China tetap menjadi risiko penurunan untuk minyak dalam waktu dekat."

Harga minyak mendapat dukungan dari angka resmi yang menunjukkan stok minyak mentah AS turun lebih besar dari perkiraan 5 juta barel dalam minggu terakhir.

Pasokan juga mengetat pada November karena OPEC dan sekutunya, yang dikenal secara kolektif sebagai OPEC+, menerapkan kontrol output terbaru mereka untuk mendukung pasar.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.