Sukses

Kunci Selamatkan Rupiah, Jaga Surplus Neraca Perdagangan

Pemerintah harus bisa menjaga surplus neraca perdagangan dalam jangka waktu yang lama agar nilai tukar rupiah terhadap dolar AS tidak tumbang terlalu jauh.

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terus mengalami tekanan. Pelemahan nilai tukar rupiah ini terjadi di tengah surplus neraca perdagangan September 2022.

Pengamat Ekonomi dari Indonesia Strategic and Economic Action Ronny P Sasmita, menyarankan agar Pemerintah harus bisa menjaga surplus neraca perdagangan tersebut dalam jangka waktu yang lama. Tujuannya, agar pasokan dolar AS dari ekspor tidak melebihi kebutuhan untuk impor.

“Pemerintah harus bisa menjaga surplus ini dalam waktu lama, agar supply dolar AS tidak melebihi kebutuhan dolar AS untuk impor,” kata Ronny kepada Liputan6.com, Selasa (18/10/2022).

Dia menegaskan, surplus neraca perdagangan adalah sumber utama devisa Indonesia, selain penerbitan surat utang berdenominasi dolar AS baik oleh pemerintah maupun swasta. Oleh karena itu sebisa mungkin surplus neraca perdagangan ini dijaga dan jika memungkinkan terus ditingkatkan.

“Semakin besar surplus akan semakin bagus untuk rupiah, karena meningkatkan devisa nasional dan menambah tenaga untuk BI melakukan intervensi mencegah efek negatif capital outflow,” jelasnya.

Sebagai informasi, Badan Pusat Statistik (BPS) telah merilis neraca perdagangan barang Indonesia mengalami surplus USD 4,99 miliar pada September 2022, dengan nilai ekspor USD 24,8 miliar dan USD impor 19,81 miliar.

Neraca perdagangan Indonesia sampai September 2022 membukukan surplus selama 29 kali berturut-turut sejak Mei 2020.

Dengan demikian neraca perdagangan RI pada Januari-September 2022 mengalami surplus sebesar USD 39,87 miliar dengan surplus neraca perdagangan nonmigas sebesar USD 58,75 miliar, dan defisit neraca perdagangan migas USD 18,89 miliar.

2 dari 3 halaman

Data Manufaktur AS Jeblok, Rupiah Menguat Lawan Dolar AS

Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada Selasa pagi menguat seiring data Indeks Manufaktur Amerika Serikat (AS) yang lebih buruk dari perkiraan.

Rupiah pagi ini menguat 20 poin atau 0,13 persen ke posisi 15.468 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya 15.488 per dolar AS.

"Dolar AS melemah karena pesimisnya data Empire State Manufacturing Index AS," tulis Tim Riset Monex Investindo Futures dalam kajiannya dikutup dari Antara, Selasa (18/10/2022).

Data Empire State Manufacturing Index AS yang dirilis kemarin hasilnya lebih buruk dari estimasi yaitu mencapai minus 9,1 dibanding estimasi pasar minus 4,3.

Banyak pendapatan perusahaan yang kuat di Wall Street mendorong selera risiko dan mendorong para pedagang untuk menjauh dari dolar AS.

Kendati demikian, aset berisiko tinggi seperti saham dan valuta asing adalah pihak yang diuntungkan lebih besar dari tren tersebut.

Laporan pendapatan yang lebih baik dari perusahaan-perusahaan besar Wall Street juga mendorong pembelian dengan harga murah, setelah pasar saham anjlok minggu lalu.

3 dari 3 halaman

Prospek Suku Bunga AS

Di sisi lain, prospek kenaikan suku bunga AS, terutama dengan inflasi yang tetap dekat dengan level tertinggi 40 tahun.

Federal Reserve (Fed) juga telah mengisyaratkan bahwa suku bunga akan mengakhiri tahun pada tingkat yang lebih tinggi daripada yang terlihat selama krisis keuangan 2008, di tengah memburuknya prospek ekonomi.

Pelaku pasar juga menyambut baik pernyataan dari menteri keuangan Inggris yang baru Jeremy Hunt yang akan menghapus sebagian besar anggaran mini multi miliaran pound pemerintah.

Pada Senin (17/10) lalu, rupiah ditutup melemah 61 poin atau 0,39 persen ke posisi 15.488 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya 15.427 per dolar AS.