Sukses

BERANI BERUBAH: Uniknya Lampu Hias dari Limbah Paralon

UMKM asal Padang, Sumatera Barat menceritakan perjalanannya membangun usaha produk kerajinan yang dibuat dari limbah paralon.

Liputan6.com, Jakarta - Kisah inspiratif datang dari UMKM asal Kota Padang, Sumatera Barat. UMKM ini menyulap limbah paralon menjadi produk-produk kerajinan unik seperti lampu hias, tas, jam, hingga berbagai aksesoris lainnya. 

Pemilik kerajian lampu hias itu, yakni Apri Martin bercerita bahwa awalnya hanya membuat lampu hias saja. Apri bahkan mempelajari pembuatan produk-produknya secara otodidak, melalui platform Youtube. 

"Seperti kita bikin lampu hias dari awalnya, awal berdirinya kita bikin lampu hias. Dan peminatnya suka gitu kan. Targetnya sebenarnya untuk meneghilangkan sampah paralonnya aja. Sampah paralon malahan jadi sebuah bidang usaha," ungkap dia kepada tim Berani Berubah. 

Sebelum adanya pandemi, dia sangat senang sekali untuk penjualan lampu hias paralon karyanya itu, karena untuk pendapatan sendiri dalam per bulan bisa mencapai di angka nominal Rp 15 juta, paling rendah. Tetapi setelah pandemi terjadi pendapatan menurun.

"Cuma kami beralih profesi di saat itu untuk mengurangi penjualan, tetapi untuk kami melatih pemuda-pemuda yang menganggur. Jadi, supaya tidak ada kekosongan selama pandemi, kami melatih pemuda-pemuda yang ada di daerah-daerah yang putus-putus sekolah. Jadi kita melatih untuk mempunyai keahlian," beber dia. 

"Berawal dari karena pandemi dan saya sebagai mahasiswa tentunya kuliah online dan sangat merasa bosan dan saya butuh kegiatan. Akhirnya saya belajar tentang pengolahan limbah paralon," ungkap Putra, salah satu perajin limbah paralon. 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Minat Produk Kerajinan Limbah Paralon Sampai ke Mancanegara

Tak hanya lampu hias, Putra juga mempelajari cara membuat kerajinan limbah paralon menjadi aksesoris, tas dan berbagai barang-barang lainnya.  Produk-produk kerajinan ini pun berhasil menarik minat dan diekspor ke 8 negara. 

"Kalau untuk Indonesia sendiri, Nusantara kita sudah mencapai ke Papua. Dari Sabang sampai Merauke, kalau untuk Indonesianya," ungkap Apri.

"Tapi kalau untuk Go Internasional, kita sudah mencakup ke beberapa negara, kurang lebih 8 negara. Terakhir kita kirim ke Brasil. Brasil, Singapura, Malaysia, Brunei Darussalam, Australia, Jepang, kita kirim sama Jerman kita sudah pernah kirim," tambah dia. 

Terkait harga, Apri mengatakan dia mematok produk kerajinannya mulai dari Rp 500 ribu hingga Rp 15 juta per item.

"Barang yang kita kirim kesana itu berupa lampu hias, ada kotak rokok aksesoris, korek dan asbak. Ada tas, tas peminatnya paling tinggi dan lampu hias itu aja yang sering kita kirim. Salah satunya ada bingkai foto juga," jelas Apri. 

Salah satu pelanggan Apri, yakni Ria Mariana, mengungkapkan bahwa salah satu daya tarik dari kerajinan ini adalah desainnya, bentuknya juga unik, dan sudah melihat pemesanan untuk jam dinding, lampu hias, dan tempat handphone.

"Kalau dari segi barangnya, sesuai sekali dengan harga. Walaupun ini dari paralon, tapi ini tidak terlihat itu, terlihatnya kuat bagus tidak kalah saing lah dengan yang lain," kata Feby Melina, pembeli lainnya. 

3 dari 3 halaman

Harapan dari Perajin Limbah Paralon

Dengan keberhasilannya menyulap hingga menjual produk kerajinan limbah paralon, Apri mengungkapkan, bahwa dia bermimpi ingin menjadi salah satu pelopor di bidang sampah plastik di Kota Padang. 

"Bukan buat pribadi, untuk kami bersama-sama di bidang ekonomi kreatif itu. Jadi, impian satu impian yang ingin kami capai saat ini dan itu sudah tercatat dalam buku harian kami. Ingin membuka galeri di tengah kota, dengan mempunyai tiga konsep galeri, kafe  dan rumah baca. Itu aja sih yang pengen dicapai saat ini," katanya.

Apri mengatakan, bahwa usaha kerajinan ini dibangunnya dari isu lingkungan yang saat ini sedang beredar, yaitu tentang banyaknya sampah limbah plastik yang bertumpukan dan tidak terorganisir dengan baik.

"Dari situlah kami bersama-sama dengan tim untuk bisa mengelolanya dan menghasilkan satu sumber ekonomi bagi kami. Cuma yang harus kami pertahankan yaitu dari sifat semangat kami, selamanya kami perjuangkan, Berani Berubah!," ujarnya dengan antusias.

Kisah ini pasti menjadi inspirasi. Mari ikuti kisah ini maupun yang lainnya dalam Program Berani Berubah, hasil kolaborasi antara SCTV, Indosiar bersama media digital Liputan6.com dan Merdeka.com.

Program ini tayang di Stasiun Televisi SCTV setiap Senin di Program Liputan6 Pagi pukul 04.30 WIB, dan akan tayang di Liputan6.com serta Merdeka.com.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.