Sukses

Sri Mulyani Sindir Rusia: Seharusnya Bangun Jembatan dan Bukan Tembok

Dalam Presidensi G20, Indonesia ingin menjadi jembatan dari ketegangan yang terjadi antara Rusia dan Ukraina.

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengatakan, pandemi Covid-19 memporak-porandakan ekonomi seluruh dunia. Hal ini bertambah lagi dengan adanya perang antara Rusia dengan Ukraina.

Ia pun meminta agar negara-negara di dunia terutama yang tergabung dalam G20 untuk saling bekerja sama untuk menghadapi tantangan ini. Mengingat dampak dari dua peristiwa tersebut ke masing-masing negara tidak sama. 

Sri Mulyani menjelaskan, harga komoditas energi dan dan pangan mengalami kenaikan drastis selama pandemi dan perang. Hal ini membuat pemulihan ekonomi tersendat. Indonesia siap berkomunikasi dengan berbagai pihak untuk bisa bangkit bersama dari dampak pandemi dan perang ini.

"Kami akan terus membangun jembatan dan kami tidak membangun tembok, karena kami sangat percaya bahwa dunia semakin membutuhkan lebih banyak jembatan dan koneksi, bukan perang dan perang," kata Sri Mulyani dalam pembukaan 3rd Finance Ministers & Central Bank Governors di Bali Nusa Dua Convention Center (BNDCC) I, Nusa Dua, Bali, Jumat (15/7/2022).

Sri Mulyani menilai negara-negara dunia seharusnya memperkuat semangat multilateralisme. Membangun jaring pengaman untuk kerja sama di masa depan dan memperkuat komitmen untuk kemakmuran global bersama.

Dalam Presidensi G20 ini, Indonesia ingin menjadi jembatan dari ketegangan yang terjadi antara Rusia dan Ukraina. Mengingat ketegangan dua negara ini ini telah membuat harga energi dan pangan melonjak.

"Kami melihat peran kami sebagai broker yang jujur. Kami bertujuan untuk membangun jembatan," kata dia. Indonesia kata Sri Mulyani telah berkomitmen untuk mengambil tindakan kolektif yang cepat dan menggunakan semua alat yang tersedia untuk mengatasi tantangan ekonomi dan keuangan. Saat ini sudah ada beberapa kemajuan yang signifikan di beberapa bidang.

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Financial Intermediary Fund

Salah satunya menuntaskan pembentukan Dana Perantara Keuangan atau Financial Intermediary Funds (FIF). Lembaga ini dibuat untuk memperkuat kapasitas Pembiayaan Kesiapsiagaan, Pencegahan dan Respons (PPR) pandemi di tingkat nasional, regional, dan global dengan fokus pada negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah.

"Kami telah sepakat untuk mendirikan sebuah peternakan perantara keuangan baru atau FIF untuk pencegahan, kesiapsiagaan dan respon pandemi yang bertempat di Bank Dunia," tuturnya.

Lembaga baru ini pun telah menghimpun dana sebesar USD 1,1 miliar dari para pendiri. Tiap negara pendiri FIF mendonasikan dana yang berbeda-beda.

Amerika Serikat dan Uni Eropa masing-masing menyumbangkan USD 450 juta atau setara Rp 6,67 triliun. Indonesia menyumbang dana sebesar USD 50 juta atau setara Rp 741,82 miliar. Singapura mendonasikan USD 10 juta atau setara Rp 148,36 miliar.

Kemudian Jerman mendonasikan 50 juta Euro, setara Rp 781,47 miliar. Sedangkan Yayasan Wellcome Trust sebesar 10 juta Poundsterling atau setara 182,15 miliar.

 

3 dari 4 halaman

Sri Mulyani: Menkeu Italia Puji Kepemimpinan Indonesia yang Berhasil Sepakati Pembentukan Financial Intermediary Funds

Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapka bahwa Menteri Keuangan Italia Daniele Franco mengapresiasi kepemimpinan Indonesia yang berhasil menyepakati pembentukan Financial Intermediary Funds (FIF) for Pandemic Prevention Preparedness and Response (PPR) dalam agenda Joint Finance and Health Task Force.

Daniele Franco mengatakannya saat mengadakan pertemuan bilateral dengan Sri Mulyani secara virtual pada Senin 11 Juli 2022. Dalam pertemuan ini, kedua pihak juga menegaskan pentingnya peran G20 sebagai forum ekonomi dalam membantu mengatasi berbagai risiko global, seperti inflasi, krisis energi, dan krisis pangan.

Dalam pertemuan ini, Indonesia dan Italia juga setuju untuk membentuk kerangka kerja tranisisi dalam agenda keuangan berkelanjutan untuk mendukung transisi yang adil dan terjangkau.

“Kami mengapresiasi komitmen Presidensi Indonesia dalam mempersiapkan pendanaan bagi pandemi di masa depan dan menjaga ekonomi dunia melalui FIF,” kata Franco dalam keterangan pers Kementerian Keuangan, Jakarta, Selasa (12/7/2022).

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengapresiasi dukungan Italia terhadap Presidensi Indonesia. Dia menegaskan Indonesia sebagai Presidensi G20 akan berupaya semaksimal mungkin agar kesepakatan-kesepakatan tersebut dapat tercapai dalam Presidensi tahun ini.

“Dalam rangka mengatasi tantangan ekonomi global, dunia perlu memiliki mekanisme yang disepakati bersama, dan hal ini lah yang menjadi prioritas kita bersama di G20,” kata Sri Mulyani.

 

4 dari 4 halaman

Dana Perantara Keuangan

Di samping itu, Indonesia juga akan terus berkonsultasi dengan negara-negara anggota G20, tidak hanya dalam penyusunan Communique tetapi juga dalam upaya mengkomunikasikannya kepada pemangku kepentingan di luar G20. Komunikasi tersebut penting untuk memperkuat kepercayaan masyarakat internasional terhadap peran G20 di tengah dinamika global.

Pertemuan bilateral tersebut dilakukan pada hari pertama rangkaian Pertemuan Ketiga G20 Finance Ministers and Central Bank Governor Meeting (FMCBG) yang akan diselenggarakan pada tanggal 15-16 Juli mendatang.

Sebagai informasi, Presidensi G20 telah menyepakati pembentukan Dana Perantara Keuangan atau Financial Intermediary Fund (FIF). Total dana yang telah terkumpul sebesar USD 1,13 miliar atau setara Rp 1.676,5 triliun.

Dana tersebut berasal dari negara-negara pendiri dengan jumlah donasi yang berbeda-beda. Amerika Serikat dan Uni Eropa masing-masing menyumbangkan USD 450 juta atau setara Rp 6,67 triliun.

Reporter: Anisyah Al Faqir

Sumber: Merdeka.com

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.