Liputan6.com, Jakarta Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) menekankan bahwa strategi membangun ekonomi hijau harus dimulai karena kekuatan besar ekonomi Indonesia yang juga berada pada bidang tersebut.
"Energi hijaunya ada, renewable energy-nya ada, banyak sekali. Kita memiliki kekuatan 29.000 megawatt. Kita memilki 4.400 sungai di negara kita (Indonesia)," kata Jokowi dalam acara virtual Pertemuan Tahunan Bank Indonesia 2021, Rabu (24/11/2021).
Baca Juga
"Dua sungai saja, seperti Kayan dan Mamberamo, Sungai Kayan itu bisa keluar kira-kira 13.000 megawatt, Mamberamo itu kira-kira 24.000 megawatt. Totalnya berarti sudah 37.000 megawatt, itu baru dari dua sungai. Kalau 4.400 sungai, bisa dihitung sendiri jadi berapa (totalnya)," papar Jokowi.
Advertisement
Keberadaan sungai ini, menurut Jokowi, merupakan kekuatan ekonomi hijau Tanah Air.
"Inilah kekuatan ekonomi hijau yang di produksi dari energi hijau yang kita miliki. Ini baru urusan sungai, belum geoterma, belum angin, belum arus bawah laut, belum solar shel. Inilah sebuah potensi yang kalau kita kelola dengan baik, dengan konsistensi dan keberanian untuk melakukan terobosan ke sana, akan menjadi kekuatan ekonomi kita ke depan," ujarnya.
Jokowi mengungkapkan, total renewable energy yang dimilki Indonesia mencapai kurang lebih 418 ribu megawatt.
Dalam kesempatan itu juga, Jokowi mengumumkan proyek green industrial park di Kalimantan Utara, yang akan dimulai bulan depan.
Mulanya, proyek tersebut mencakup area seluas 13.000 hektar. Namun akan diperluas menjadi 30.000 hektar.
"Saya kira ini akan menjadi green industrial park terbesar di dunia, yang berada di Kalimantan Utara," pungkas Jokowi.
Â
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Digitalisasi Ekonomi
Jokowi selanjutnya juga menyampaikan terkait digitalisasi ekonomi.
"Kita ini memiliki 229 perusahaan start up, yang kalau kita urus, juga akan menjadi sebuah kekuatan ekonomi kita.
Potensi ekonomi digital Indonesia, Jokowi mengungkapkan, sampai pada 2025 mendatang akan mencapai USD 124 miliar.
"yang paling penting jangan meninggalkan usaha kecil, usaha mikro, dan usaha menengah, kalau kita masuk ke digitalisasi," lanjutnya.
Â
Advertisement