Sukses

Dihadang Isu Keamanan, Proyek Jalan Trans Papua Sisa 16 Km Lagi

Kementerian PUPR melaporkan, sampai pertengahan 2021, hanya tersisa 16 km saja agar proyek Jalan Trans Papua bisa tersambung penuh.

Liputan6.com, Jakarta Pengerjaan proyek Jalan Trans Papua sepanjang 3.462 km kerap terkendala masalah keamanan. Namun begitu, pemerintah melalui Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) terus mempercepat proses pembangunan.

Kementerian PUPR melaporkan, sampai pertengahan 2021, hanya tersisa 16 km saja agar proyek Jalan Trans Papua bisa tersambung penuh.

"Hingga pertengahan tahun ini, jalan yang telah tembus mencapai 3.446 kilometer, dengan kondisi teraspal sepanjang 1.733 kilometer dan belum teraspal 1.712 kilometer. Sedangkan yang belum tembus sepanjang 16 kilometer," terang akun Instagram resmi @kemenpupr, Selasa (5/10/2021).

Selain itu, Kementerian PUPR tengah membangun Jalan Perbatasan di Papua dengan total panjang 1.098 km. Secara progres, jalan perbatasan dengan Papua Nugini tersebut sudah tembus 931 km dengan kondisi teraspal 756 km.

Sebelumnya, Menteri PUPR Basuki Hadimuljono sempat menyoroti pengerjaan Jalan Trans Papua yang masih terkendala faktor keamanan. Padahal, ia menilai, kehadiran jalan nasional tersebut bakal membuat harga bahan pokok di Tanah Papua lebih terkendali.

"Kita tahu semua dari segi keamanan, ada wilayah yang belum kondusif. Itu harus tembus sampai Wamena, kalau tidak bakal terus mahal harga bahan pokok di sana," ungkapnya beberapa waktu lalu.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Minta Kontraktor Berhati-hati

Di samping itu, Menteri Basuki pun mengingatkan kontraktor untuk berhati-hati dalam membangun Jalan Trans Papua agar tidak merusak dan melintasi hutan lindung.

Tantangan lainnya, konstruksi Jalan Trans Papua harus berhadapan dengan kondisi topografi yang ekstrim serta akses yang minim. Menteri Basuki menilai, itu membuat ongkos pengiriman alat kontruksi melambung.

"Membawa alat berat ke lokasi proyek bahkan bisa lebih mahal dari harga alat beratnya sendiri. Kalau excavator harganya Rp 1,3 miliar, biaya mengangkat ke lokasi bisa sampai Rp 3 miliar karena dipreteli (harus diangkut) dengan helikopter," terangnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.