Sukses

Menkop Teten: 34 Persen UMKM Digerakkan Perempuan

Menteri Koperasi dan UKM, Teten Masduki mengatakan UMKM yang dijalankan perempuan menjadi tulang punggung perekonomian nasional

Liputan6.com, Jakarta Menteri Koperasi dan UKM, Teten Masduki mengatakan UMKM yang dijalankan perempuan menjadi tulang punggung perekonomian nasional karena mendominasi sektor ini.

Setidaknya ada 34 persen UMKM yang dijalankan kaum perempuan. Dari jumlah tersebut 50 persen merupakan UMKM kelas menengah dan 52,9 persen UMKM kelas usaha mikro. Sehingga

"Jadi kalau dilihat dari angka ini perempuan yang mendominasi UMKM Indonesia," kata Teten dalam Webinar Semangat dan Aksi Perempuan Andalan untuk Indonesia, Selasa (5/10/2021).

Berdasarkan data tahun lalu, Teten mengatakan kontribusi perempuan dalam PDB mencapai 9,1 persen atau setara Rp 1.381 triliun. Jumlah wirausahawan perempuan juga menjadi yang terbesar dari rata-rata negara didunia yang hanya 8 persen. Berbagai data tersebut kata Teten menunjukkan memperjuangkan UMKM sama artinya dengan memperjuangkan ekonomi nasional dan mendukung pemberdayaan perempuan serta mengakselerasi perjuangannya.

"Jumlah wirausahawan perempuan kita mencapai 21 persen, jauh lebih baik dari rerata global yang hanya di kisaran 8 persen," kata dia.

Namun, selama pandemi 87 perempuan pemilik bisnis mengalami kerugian. Sebanyak 90 persennya melaporkan membutuhkan pendanaan mendesak. Lalu 25 persen dari mereka juga kehilangan setengah dari pendapatannya. Bahkan 2 dari 3 usaha yang dijalankan perempuan terpaksa tutup sementara atau permanen.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Tantangan

Untuk itu Teten mencatat lima tantangan yang dihadapi UMKM perempuan saat menghadapi pandemi. Mulai dari turunnya permintaan, berkurangnya liabilitas usaha, minimnya kapasitas dan fasilitas digital, kurangnya sumber daya dan berbagai hal tersebut terjadi karena kebijakan sekolah dan bekerja dari rumah.

"Ini semua terjadi bersamaan dengan kebijakan school from home dan work from home. Ini yang bikin mereka mengalami itu," kata Teten.

Teten mengatakan berbagai masalah tersebut telah diantisipasi pemerintah dalam program pemulihan ekonomi nasional. "Tapi saya kira pemerintah sudah antisipasi masalah-masalah ini dengan program PEN," kata dia mengakhiri.

Reporter: Anisyah Al Faqir

Sumber: Merdeka.com

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.