Sukses

Pabrik Baterai Mobil Listrik Karawang Bakal Serap Puluhan Ribu Tenaga Kerja

Pembangunan pabrik baterai mobil listrik di Kabupaten Karawang, Jawa Barat akan menyerap puluhan ribu tenaga kerja.

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia menyebutkan, pembangunan pabrik baterai mobil listrik di Kabupaten Karawang, Jawa Barat akan menyerap puluhan ribu tenaga kerja.

Bahlil menjanjikan, jika pabrik baterai listrik tersebut sudah jadi dan beroperasi, itu secara langsung akan menarik sekitar 1.100 orang tenaga kerja.

"Ketika pabrik ini jadi, kalau sudah jadi benar, tenaga kerja langsung di situ sekitar 1.100 orang, itu yang jadi langsung," ujar dia dalam sesi teleconference, Jumat (17/9/2021).

Sementara saat masa konstruksi, ia melanjutkan, belasan ribu tenaga kerja akan langsung terserap. Jika ditambah sektor pendukung yang punya peran tidak langsung dalam pembangunan pabrik tersebut, maka akan membutuhkan puluhan ribu tenaga kerja.

"Yang tidak langsung berarti puluhan ribu. Sub kontraktornya, UMKM makanannya, terus untuk bahan-bahan materialnya. Kemudian orang yang punya alat," ungkapnya.

"Jadi tenaga kerja kalau masa konstruksi itu sekitar 13 ribuan, belum yang tidak langsung. Tetapi ketika pabrik itu sudah jadi itu sekitar 1.100 orang," terang Bahlil.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Pembangunan Diresmikan Jokowi

Adapun pabrik baterai kendaraan listrik di Karawang ini telah memulai proses pembangunannya sejak proses peletakan batu pertama (groundbreaking) oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada Rabu, 15 September 2021.

Jokowi menilai, pembangunan pabrik ini merupakan wujud keseriusan pemeirntah untuk melakukan hilirisasi industri. Kehadiran pabrik baterai mobil listrik ini pun disebutnya jadi pertanda era kejayaan komoditas bahan mentah sudah berakhir.

"Kita harus berani mengubah struktur ekonomi yang selama ini berbasis komoditas untuk masuk ke hilirisasi, masuk ke industrialisasi, menjadi negara industri yang kuat dengan berbasis pada pengembangan inovasi teknologi," imbuhnya.

"Karena itu strategis besar bisnis negara adalah keluar secepatnya dari jebakan negara pengekspor bahan mentah, melepaskan ketergantungan dari produk-produk impor dengan mempercepat revitalisasi industri pengolahan. Sehingga bisa memberikan peningkatan nilai tambah ekonomi yang semakin tinggi," paparnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.