Sukses

Catat, 10 Kesalahan yang Harus Dihindari Pengusaha Muda

Dalam menjalankan bisnis, beberapa pengusaha seringkali tidak menyadari dan memahami dengan apa yang dilakukannya.

Liputan6.com, Jakarta - Saat ini startup telah dijadikan sebagai salah satu bisnis yang paling memikat. Tidak hanya di Indonesia, tetapi juga di berbagai negara lain. Menjadi CEO dari sebuah startup adalah tujuan karier utama bagi milenial sekarang ini. Namun membangun bisnis ini, bukanlah hal mudah. Perlu usaha dan kerja keras yang harus dilakukan.

Dalam menjalankan bisnis, beberapa pengusaha seringkali tidak menyadari dan memahami dengan apa yang dilakukannya. Terkadang apa yang mereka perbuat itu justru adalah sebuah kesalahan yang seharusnya dihindari.

Oleh karena itu, sebagai pengusaha baru atau bahkan sudah berpengalaman, simaklah sepuluh kesalahan pengusaha yang harus dihindari ini agar bisa menjalankan bisnis dengan baik, seperti dikutip dari laman Enterpreneur, Sabtu (24/07/2021):

1. Cepat menyerah

Sebagai seorang pengusaha, jangan pernah mudah menyerah. Saahil Goel, seorang CEO dan salah satu pendiri dari Shiprocket mengatakan, “Ekosistem startup itu menantang, di mana ada masalah baru yang harus diselesaikan setiap harinya. Ketahanan perlu dikembangkan untuk bertahan agar bisa melalui masa-masa sulit itu.”

Menurutnya, seseorang harus fokus membangun produk yang mampu memecahkan masalah dan memiliki kesesuaian pasar produk yang baik. “Teruslah berinovasi dan iterasi produk sampai Anda menemukan ini. Jangan menyerah!” kata Goel.

2. Sering mempekerjakan dan memecat

Seorang pengusaha pun tidak boleh asal memutuskan kerja begitu saja, apalagi jika itu dalam sebuah tim.

“Jika Anda ingin mempekerjakan dan tak lama memecatnya, berada dalam ketidakstabilan pekerjaan. Tetapi, bertahan terlalu lama juga bukan ide yang bagus. Karena jika melakukannya, hal itu hanya akan menggembungkan perusahaan baru Anda yang kemudian justru akan membuat perusahaan Anda mati secara perlahan,” ujar Kausambi Manjita, salah satu pendiri dan CEO, Mason.

Seorang CEO harus mampu belajar untuk menyeimbangkan kedua hal itu.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

3. Menolak perubahan

Menjadi seorang pengusaha juga jangan sampai hanya menggunakan satu peraturan saja. Ambil contoh saat ini terkait adanya pandemi. Pasti keadaan akan berubah karena tidak memungkinkan untuk bekerja di kantor.

“Kelangsungan hidup bisnis adalah yang terpenting bahkan jika produk atau rencana bisnis perlu diubah, demi kelangsungan hidup. Banyak perusahaan memanfaatkan kompetensi mereka untuk membangun lini bisnis terbaik selama ini.” kata Padmaja Ruparel, mitra pendiri IAN Fund dan salah satu pendiri Indian Angel Network.

4. Terlalu memikirkan uang Dibanding SDM

Tidak heran bahwa pengusaha atau wiraswasta menghabiskan sebagian besar waktunya untuk meningkatkan keterampilan mereka sendiri. Bahkan sudah berkontribusi kepada perusahaan sejak awal. Namun, hal itu seharusnya tidak membuat mereka memiliki saham yang lebih tinggi sendirian.

Sebaiknya, berbagi ekuitas dengan orang-orang penting lain yang juga berkontribusi dalam pertumbuhan perusahaan. Hal itu juga penting dan harus menjadi perhatian.

“Lakukan diskusi terbuka dan jujur dengan tim dibanding memusatkan semua pikiran Anda pada keuntungan,” tambah Manjita.

5. Mengelola karyawan secara mikro

Micromanaging bisa berefek negatif untuk karyawan. Hal ini bahkan dianggap sebagai sifat yang buruk dari seorang pemimpin bisnis.

Melimpahkan wewenang kepada karyawan dan kemampuan pengambilan keputusan kepada pemimpin tim dapat sangat membantu dalam meningkatkan produktivitas. Seperti yang dikatakan salah satu pendiri Appel Steve Jobs, “Tidak masuk akal untuk mempekerjakan orang-orang pintar dan kemudian memberitahu mereka apa yang harus dilakukan. Kami mempekerjakan orang-orang pintar sehingga mereka dapat memberi tahu kami apa yang harus dilakukan.”

 

3 dari 4 halaman

6. Terlalu banyak merencanakan dan berjuang untuk sempurna

Sebagai seorang wirausahawan, seseorang perlu menerima bahwa segala sesuatunya akan berubah dalam jangka panjang. Seorang CEO berpengalaman percaya bahwa perencanaan yang berlebihan terkadang dapat membunuh buzz kreatif.

“Jangan mencoba untuk membuat produk Anda sempurnya, itu adalah proses yang tidak akan pernah berakhir dan memakan waktu. Keluarkanlah produk versi beta secepat mungkin dan mulai dapatkan feedback dari pengguna. Hanya umpan balik inilah yang dapat membantu Anda menyempurnakan produk,” jelas Jasveer Singh, salah satu pendiri DotReview.

7. Mendengarkan semua orang

Ketika baru memulai bisnis, akan ada banyak orang yang mungkin memberikan nasihat kepada Anda. Sebagai pengusaha seharusnya tidak mendengarkan hanya satu, tetapi juga tidak perlu semuanya. Hal itu bisa menjadi bencana.

Jika seseorang baru akan memulai bisnis, sebaiknya datangilah ahli atau mentor yang paham mengenai bisnis dan bisa diandalkan untuk konsultasi. Jangan hanya mendengar orang lain lalu langsung menjalankan begitu saja.

8. Tidak berkolaborasi dengan investor yang tepat

Bermitra dengan investor yang tidak sejalan dengan visi, dapat memperburuk bisnis.

“Investor memainkan peran kunci dalam pertumbuhan perusahaan dan sangat penting untuk bergandengan tangan dengan orang-orang yang memiliki visi serta nilai yang sama di luar permodalan,” ujar Sanchit Sharma, pendiri dan MD, Ayothveda.

Di samping itu, penilaian perusahaan yang tidak realistis pun dapat membuat para investor enggan bermitra. “Jadi, bersikap realistis dan praktis adalah hal yang terpenting,” tambahnya.

 

4 dari 4 halaman

9. Kurang siap

Terlalu banyak merencanakan dan menunggu produk hingga sempurna adalah suatu kesalahan. Ketidaksiapan justru dapat mendatangkan malapetaka pada hasil bisnis.

“Terjun ke pasar bisnis tanpa konsep dan kurang perisiapan adalah kesalahan yang sering dilakukan oleh sebagian besar pengusaha pemula,” kata Sharma. Sebuah ide bisnis harus memiliki sasaran pelanggan yang tepat untuk menghadirkan merek di pasar bisnis. Para ahli percaya itu.

10. Salah menilai waktu untuk meningkatkan modal

Menurut beberapa CEO yang sudah berpengalaman, waktu yang tepat untuk mengumpulkan modal adalah ketika seseorang memiliki gagasan yang jelas tentang tujuan ke depannya. Selain itu, juga kejelasan mengenai berapa banyak uang yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan tersebut.

 

Reporter: Aprilia Wahyu Melati

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.