Sukses

Harga Minyak Cetak Rekor Tertinggi dalam 2 Tahun, Sentuh USD 72,52 per Barel

Harga minyak masih akan tergerus bergerak ke level yang lebih tinggi. Prospek permintaan terus menguat dan pasokan tidak selalu mengikuti.

Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak naik ke level tertinggi dalam lebih dari dua tahun dalam perdagangan yang cukup bergejolak pada Kamis. Kenaikan ini didorong oleh optimisme permintaan yang kuat karena sudah terlihatnya pertumbuhan ekonomi di beberapa negara.

Sedangkan di AS, klaim penganguran AS turun ke level terendah sejak gelombang pertama pandemi Covid-19 menyerang di negara tersebut pada tahun lalu.

Pelaku pasar keluar dari aksi jual yang mendorong kejatuhan singkat harga minyak yang diakibatkan dari laporan media yang menyarankan Amerika Serikat mencabut sanksi terhadap pejabat minyak Iran.

Departemen Keuangan AS kemudian mengatakan telah menghapus sanksi terhadap tiga mantan pejabat Iran dan dua perusahaan yang sebelumnya terlibat dalam perdagangan produk petrokimia Iran.

Seorang pejabat AS mengatakan kepada Reuters bahwa kegiatan itu rutin dan tidak terkait dengan pembicaraan dengan Iran mengenai menghidupkan kembali kesepakatan 2015 untuk membatasi pengembangan senjata nuklirnya.

Mengutip CNBC, Jumat (11/6/2021), harga minyak berjangka Brent naik 30 sen atau 0,4 persen dan menetap di USD 72,52 per barel. Sementara harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS naik 33 sen atau 0,5 persen menjadi USD 70,29 per barel.

Angka tersebut adalah penutupan tertinggi untuk Brent sejak Mei 2019 dan WTI sejak Oktober 2018.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Data Inflasi AS

Jumlah orang Amerika yang mengajukan klaim baru untuk tunjangan pengangguran turun pekan lalu ke level terendah dalam hampir 15 bulan. Sementara inflasi atau indeks harga konsumen meningkat kuat pada Mei karena cengkeraman pandemi pada ekonomi terus mereda.

"Data pengangguran dan tenaga kerja baru-baru ini yang diterbitkan di Amerika Serikat adalah tanda positif yang pasti bahwa pemulihan di negara itu semakin cepat," jelas analis Rystad Energy, Louise Dickson.

“Lebih banyak aktivitas bisnis berarti lebih banyak konsumsi energi, dan ekonomi yang lebih baik merupakan prasyarat yang dibutuhkan untuk meningkatkan lalu lintas jalan dan udara.” tambah dia.

Organisasi Negara Pengekspor Minyak atau OPEC mengatakan permintaan minyak akan naik 6,6 persen atau 5,95 juta barel per hari (bph), tahun ini. Perkiraan bulanan tidak berubah untuk bulan kedua berturut-turut.

“Harga minyak masih akan tergerus bergerak ke level yang lebih tinggi. Prospek permintaan terus menguat dan pasokan tidak selalu mengikuti,” kata analis Again Capital LLC New York, John Kilduff.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.