Sukses

Masyarakat Menengah Atas Masih Ogah Belanja, Konsumsi Masih Terbatas

Ekonom senior Core Indonesia Hendri Saparini mengatakan, pemulihan ekonomi rumah tangga masih lambat, dan masih jauh di bawah kondisi sebelum pandemi

Liputan6.com, Jakarta Ekonom senior Core Indonesia Hendri Saparini mengatakan, pemulihan ekonomi rumah tangga masih lambat, dan masih jauh di bawah kondisi sebelum pandemi. Hal ini lantaran peningkatan mobilitas belum sepenuhnya berdampak pada peningkatan konsumsi.

“Yang penting bagi kita adalah ada spending atau tidak. Kalau tidak ada spending maka tidak akan bisa pulih. Nah spending juga akan tergantung bagaimana kita mengelola pandemi. Ini kita tunjukan karena sebenarnya mobilitas orang itu sudah terjadi,” kata Saparini dalam Webinar Menakar Efektivitas Stimulus Ekonomi, Selasa (4/5/2021).

Namun menurutnya, mobilitas tidak sama dengan konsumsi, karena orang sudah bergerak seolah terlihat dimana-mana sudah cukup ramai, tetapi kalau dilihat dari sisi konsumsi itu belum terjadi.

“Data menunjukkan bahwa normalnya konsumsi rumah tangga itu tumbuh 5 persen. Memang pada yang lalu konsumsi rumah tangga kita sudah negatif 3,6 persen,” ujarnya.

Disisi lain, indeks penjualan riil juga masih tajam negatifnya. Artinya konsumsi rumah tangga ini belum mendorong pada penjualan ritel atau produk-produk yang diminati oleh masyarakat.

Kenapa bisa demikian? Hendri menyebutkan hal itu disebabkan karena masyarakat menengah atas belum melakukan membelanjakan uangnya. Mereka masih menyimpan uangnya di bank sebagai upaya untuk mempersiapkan dana darurat jika sewaktu-waktu terpapar Covid-19.

“Tentu saja karena struktur daripada konsumsi kita, kita tahu bahwa 20 persen pendapatan paling tinggi, 40 persen menengah dan 40 persen paling bawah. Kita tahu bahwa 20 persen paling atas dan 40 persen menengah itu porsi konsumsinya 82 persen,” jelasnya.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Kelas Menengah Atas

Baginya, mereka akan tetap bertahan dalam kondisi seperti ini, karena bagi mereka kesehatan itu nomor satu.  Kenapa kemudian konsumsi rumah tangga ini belum balik dengan cepat? karena kelas menengah atas itu adalah penentu konsumsi rumah tangga kita yakni 82 persen.

Sementara untuk kelas, kata hendri, mereka sangat bergantung pada bantuan sosial. Selain itu, belum naiknya konsumsi lantaran 2,9 juta pekerja kehilangan pekerjaannya di masa pandemi dan mereka belum mendapatkan lapangan pekerjaan baru. 

“Jadi, inilah yang kemudian menjadi PR besar bagi Indonesia karena 56 persen ekonomi kita adalah konsumsi. Maka bagaimana kita mengembalikan konsumsi kita,” pungkasnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.