Sukses

Pandemi Covid-19 Belum Reda, Angka Pengangguran Naik Signifikan

Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziah menyebut pandemi COVID-19 menyebabkan kenaikan angka pengangguran yang ada di Indonesia.

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziah menyebut pandemi COVID-19 menyebabkan kenaikan angka pengangguran yang ada di Indonesia.

"Data BPS (Badan Pusat Statistik) menunjukkan ada peningkatan jumlah dan tingkat pengangguran yang signifikan akibat dampak pandemi. Pada bulan Agustus 2020 jumlah pengangguran mencapai 9,7 juta orang dengan TPT (tingkat pengangguran terbuka) sebesar 7 persen, ada kenaikan 1,84 persen dibanding tahun sebelumnya," katanya pada pembukaan Pelatihan Berbasis Kompetensi (PBK) Tahun Angkatan 2021 di BLK Surakarta, Rabu.

Ia mengatakan sektor ketenagakerjaan di Indonesia ikut terdampak oleh adanya pandemi COVID-19 yang berlangsung sejak tahun lalu.

"Padahal pada lima tahun sebelumnya kita sudah berhasil menurunkan tingkat pengangguran menjadi 4,99 persen pada Bulan Februari 2020," katanya dikutip dari Antara, Rabu (10/3/2021).

Sementara itu, mengenai angka pengangguran di Jawa Tengah, dikatakannya, berdasarkan data dari BPS pada bulan Agustus 2020 menunjukkan ada 1,21 juta orang penganggur. Angka ini naik sebesar 396.000 orang dibandingkan tahun sebelumnya.

"Ada kenaikan tingkat pengangguran cukup besar yaitu 2,04 persen dibanding tahun sebelumnya dan diperkirakan ada sekitar 3,97 jutaorang penduduk usia kerja yang terdampak pandemi di Provinsi Jawa Tengah," katanya.

Ia mengatakan adanya pandemi tentunya menambah tantangan kondisi ketenagakerjaan selain dari tantangan yang telah ada sebelumnya yaitu terkait kualitas SDM, kompetensi, dan produktivitas.

Data nasional menunjukkan, dari keseluruhan penduduk yang bekerja, sekitar 57 persen lebih berpendidikan rendah, yaitu SMP ke bawah dengan kemampuan terbatas.

"Untuk Provinsi Jawa Tengah angkanya lebih tinggi yaitu persentase penduduk yang bekerja dengan pendidikan rendah sebesar 65 persen. Selain dari permasalahan masih rendahnya pendidikan dan 'skill' pekerja, yang ditambah juga dengan adanya dampak pandemi, perlu diingat bahwa saat ini kita juga berada pada era revolusi industri 4.0 yang berdampak pada adanya transformasi di sektor ketenagakerjaan," katanya.

Untuk bisa menjawab tantangan tersebut, pihaknya berharap seluruh pihak dapat berkolaborasi dan bersinergi untuk menyelesaikan permasalahan terkini di sektor ketenagakerjaan.

"Salah satunya adalah dengan BLK menyelenggarakan pelatihan yang bisa mengantisipasi kebutuhan 'skill' dan kompetensi tenaga kerja di masa pandemi dan setelahnya, karena saat ini perlindungan terbaik bagi angkatan kerja baru dan para pekerja adalah perlindungan kompetensi. Dengan adanya skill, setiap individu akan punya kemampuan bekerja secara terus-menerus baik bekerja untuk orang lain maupun membuka lapangan kerja baru, yang pada akhirnya akan mampu berkontribusi meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan," katanya. 

 

**Ibadah Ramadan makin khusyuk dengan ayat-ayat ini.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Upaya Pemerintah Tekan Pengangguran Diapresiasi Buruh

Pemerintah melalui Kementerian Ketenagakerjaan (Keenaker) berupaya menekan angka pengangguran lewat program perluasan kesempatan kerja, khususnya perluasan program padat karya.

Selain itu Kemenaker juga mengoptimalkan pelatihan kerja di balai latihan kerja dan stimulus lainnya yang dapat dimanfaatkan seperti program Kartu Prakerja.

Tidak hanya itu, pemerintah juga memperbanyak program padat karya baik di Kemenaker maupun di lembaga lain. Mulai dari peningkatan infrastruktur, melakukan kegiatan tenaga kerja mandiri, dan teknologi tepat guna, serta kegiatan lain yang sifatnya perluasan kesempatan kerja dan membantu menekan jumlah pengangguran yang terdampak akibat pandemi COVID-19.

Berbagai upaya yang dilakukan pemerintah untuk mengantisipasi kondisi ekonomi para pekerja yang terdampak pandemi virus corona diapresiasi berbagai pihak, khususnya pekerja yang berkecimpung di sektor padat karya.

Salah satu sektor yang memiliki banyak tenaga kerja dan menjadi perhatian pemerintah adalah industri hasil tembakau (IHT) segmen sigaret kretek tangan (SKT).

Dengan mempertimbangkan kondisi ekonomi yang masih terdampak pandemi virus corona terutama para pelinting yang menggantungkan hidupnya di sektor ini, pemerintah memutuskan untuk tidak menaikkan cukai SKT di 2021. Ini bukan saja kabar baik bagi para pelinting namun juga memberikan sedikit kelegaan kepada mereka karena masih punya mata pencaharian.

“Sangat bersyukur dan berterimakasih kepada pemerintah karena memperhatikan rakyat kecil seperti kami dengan tidak menaikkan cukai SKT, kami sebagai pelinting yang bekerja untuk keluarga sangat lega,” ujar salah satu pekerja, Masnah, Jumat (5/3/2021).

Sebelum pemerintah mengumumkan tidak adanya kenaikan cukai di SKT, dia dan rekan sesama buruh pelinting selalu harap-harap cemas. Sebab, kenaikan cukai SKT pasti akan berdampak pada sektor yang memenuhi kebutuhan hidupnya itu. Belum lagi harus menghadapi dampak pandemi COVID-19.

“Jadi pelinting itu kan hidup dan cari uangnya dari pabrik SKT, kalau pabriknya terus tutup, kami nanti bagaimana?” ucapnya lagi.

Dengan adanya keputusan pemerintah yang melindungi SKT dan tenaga kerja dari pengangguran, Masnah dan rekan-rekannya merasa sangat lega. Ia berharap pemerintah bisa terus peduli dan melindunginya dan pelinting-pelinting yang kebanyakan wanita dan tulang punggung keluarga.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.