Sukses

Mendag Jamin Stok Kebutuhan Pokok Selama Ramadan dan Lebaran Aman

Mendag mengatakan beberapa kebutuhan pokok yang sudah disiapkan antara lain gula, daging sapi, daging kerbau, dan beras.

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Perdagangan (Mendag) Muhammad Lutfi, memastikan stok kebutuhan bahan pokok untuk Ramadan dan Lebaran tahun ini sudah terpenuhi. Ia sudah memastikan mengenai hal ini sejak akhir 2020.

"Kita sudah bekerja untuk memastikan kecukupan dari bahan pokok dan bahan penting tersebut. Saya sudah memerintahkan untuk yang impor-impor," kata Lutfi dalam konferensi pers virtual pada Kamis (25/2/2021).

Diungkapkannya, beberapa kebutuhan pokok yang sudah disiapkan antara lain gula, daging sapi, daging kerbau, dan beras. Namun, ia menolak mengungkapkan total barang yang diimpor, serta harga dan waktunya.

"Jumlah, harga dan kapan datangnya itu ada di kantong saya. Tapi saya yakin kita akan melalui Lebaran ini dengan baik," tuturnya.

Ia pun mengatakan Kemendag bergerak aktif memastikan ketersediaan semua kebutuhan tersebut.

"Impor-impor tersebut sudah beres sejak saya laksanakan 24 Desember, dimana saya baru dilantik tanggal 23 Desember. Bukan mereka yang nanya izin impor ke saya, tapi saya yang menelepon untuk tanya ke mereka apakah barang sudah dikirim atau belum," ungkap Mendag.

**Ibadah Ramadan makin khusyuk dengan ayat-ayat ini.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Mendag: Ekspor Januari 2021 Turun karena Libur Natal dan Tahun Baru

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), ekspor Indonesia pada Januari 2021 mencapai USD 15,30 miliar, turun 7,48 persen dari Rp 16,54 miliar pada Desember 2020. Begitu pula dengan nilai impor pada bulan yang sama mencapai USD 13,34 miliar, turun 7,59 persen (MoM) dari USD 14,44 miliar.

Menteri Perdagangan, Muhammad Lutfi, mengatakan penurunan MoM tersebut disebabkan periode musim liburan yaitu Natal dan Tahun Baru. Periode Januari, Februari, dan Maret disebut sebagai masa istirahat perdagangan dunia.

"Ini disebabkan yang disebut dengan Holiday Blues.Desember dan Januari adalah musim liburan yaitu Natal dan Tahun baru, dan biasanya tiga bulan pertama dari tahun berjalan biasanya juga dimana orang restocking, dan memang itu adalah masa yg kita anggap bisa slowdown per tahun," jelas Lutfi dalam konferensi pers virtual pada Kamis (25/2/2021).

Oleh sebab itu, katanya, pencapaian pada Januari tidak bisa menjadi patokan untuk performa perdagangan untuk satu tahun.

"Januari itu tidak bisa mengilustrasikan the whole year. Karena biasanya masa istirahat perdagangan dunia itu adalah Januari, Februari, dan Maret, disebabkan Desember itu ada Natal, Tahun baru, Thanksgiving pada akhir November, mereka kerjanya luar biasa. Jadi liburnya Januari sampai Maret," sambungnya.

Meski ada penurunan karena musim liburan, tapi secara YoY terjadi perbaikan terutama dari sektor ekspor migas dan non migas.

Ekspor Indonesia secara YoY pada Januari 2021 tumbuh 12,24 persen dari USD 13,63 miliar. Ekspor migas pada Januari 2021 tumbuh 8,31 persen YoY, tapi turun 13,24 persen (MoM). Sedangkan ekspor non migas naik 12,49 persen (YoY) pada Januari 2021 dengan nilai mencapai USD 14,42 miliar, tapi dibandingkan Desember 2020 turun 7,11 persen.

Sementara impor secara YoY mengalami kontraksi 6,49 persen. Impor migas pada Januari 2021 tumbuh 4,74 persen (MoM) dengan nilai USD 1,55 miliar, sedangkan secara YoY turun 21,90 persen. Untuk impor non migas turun 9 persen (MoM) dengan nilai mencapai USD 11,79 miliar, sedangkan secara YoY turun 4 persen.

Neraca perdagangan Januari 2021 surplus USD 1,96 miliar.

"Kalau kita melihat MoM meski tidak bisa menggambarkan secara akurat karena ini musim liburan. Jadi kalau kita lihat kita dapat surplus balance tahun 2021 ini yaitu 1,96 miliar dolar," tutur Lutfi.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.