Sukses

Nelayan Tak Setuju jika Susi Pudjiastuti Kembali jadi Menteri KKP, Ini Alasannya

Posisi Edhy Prabowo sebagai menteri KKP saat ini sedang diisi sementara oleh Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan.

Liputan6.com, Jakarta - Pasca ditetapkan tersangka dan ditahan KPK, Edhy Prabowo mengundurkan diri, baik sebagai Menteri KKP maupun Wakil Ketua Umum (Waketum) Partai Gerindra.

Posisi Edhy Prabowo sebagai menteri KKP saat ini sedang diisi sementara oleh Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Panjaitan.

Sejumlah nama lantas mencuat dan disebut-sebut akan mengisi posisi Edhy Prabowo, salah satunya mantan menteri KP sebelumnya, yakni Susi Pudjiastuti.

Namun, Ketua Serikat Nelayan Tradisional (SNT), Kajidin mengaku kurang setuju jika Susi kembali menjadi Menteri Kelautan dan Perikanan. Sebab, Kajidin menilai Susi kurang bisa membaur dengan nelayan.

“Secara pribadi maupun secara pribadi saya agak kurang cocok karena memang ada sisi bagusnya tapi beliau kurang bisa diajak komunikasi dan menerima aspirasi. Yang ada adalah keputusan yang beliau terapkan itu berdasarkan cara berpikir sendiri tidak pernah menerima persoalan-persoalan yang ada,” ujar da kepada Liputan6.com, Minggu (29/11/2020).

Dibanding Susi, Kajidin lebih tertarik untuk mengusulkan Mantan Dirjen Perikanan Tangkap KKP Zulficar untuk menggantikan Edhy Prabowo. Alasannya, Zulficar dinilai lebih bisa membaur dan mendengar nelayan, juga tak jauh berbeda dengan Edhy Prabowo yang dinilainya lebih bisa membaur.

Meski begitu, Kajidin tak memungkiri bahwa Susi merupakan orang yang cerdas dan tegas. Hanya saja ia menyayangkan sikap Susi yang dinilainya cuek.

“Ada acara, pas kita ajak ngobrol langsung pergi. Nggak mau komunikasi. Sedangkan kemampuan manusia ada batasnya. Memang positifnya oke beliau tegas dalam konteks kapal asing, tapi kurang komunikasi. Sehingga banyak hal-hal yang kurang masuk,” keluhnya.

Dihubungi secara terpisah, Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Kelautan dan Perikanan Yugi Prayanto tak terlalu ambil pusing soal siapa yang akan menggantikan Edhy Prabowo. Baik dari partai maupun profesional.

“Kalau bisa yang punya komitmen kuat untuk membesarkan perikanan indonesia, kerja ikhlas, kerja tuntas, eksekusi cepat di lapangan. Program-program budidaya yang diharapkan Presiden tuntas dan jaga hubungan dengan nelayan atau stakeholder baik,” beber dia.

“Dari partai dan profesional, monggo,” sambung dia.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Pesan Menohok Susi Pudjiastuti: Kipas Kematian Lobster di Indonesia

Di tengah pemberitaan tertangkapnya Menteri Kelautan dan Perikanan (KP) Edhy Prabowo terkait kasus suap ekspor benih lobster atau benur, nama Susi Pudjiastuti turut jadi sorotan.

Hal ini lantaran Susi merupakan mantan Menteri Kelautan dan Perikanan yang menolak ekspor benih lobster. Pada masa jabatannya (kabinet kerja 2014-2019), Susi melarang penangkapan lobster, kepiting, dan rajungan dari spesies atau genus tertentu, yang dalam keadaan bertelur dan dalam ukuran tertentu.

Pelarangan itu diatur dalam Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 1/2015. Spesies atau genus yang dilarang adalah lobster Panulirus spp., kepiting Scylla spp., dan rajungan dari Portunus pelagicus spp.

Susi kerap bersuara mengenai ekspor benih lobster ini di sosial media, seperti Twitter dan Instagram. Sekarang, pendapat-pendapat itu kembali mencuat lantaran apa yang selama ini diwanti-wanti oleh Susi terjawab sudah.

Seperti salah satu video yang diunggah Susi pada Februari 2019 lalu, “Ini kipas kematian untuk keberadaan lobster di Indonesia,” ujar Susi seperti dikutip, Sabtu (28/11/2020).

“Apabila kita tidak peduli dan tidak mau menghentikan pengambilan benih-benih lobster, kita hanya akan memperkaya Vietnam dan Indonesia tidak akan pernah lagi lihat lobster-lobster di lautan kita,” sambung dia.

Susi menyebutkan, dulu nelayan Trenggalek mampu menghasilkan 0,5 hingga 1 ton lobster besar yang diekspor dengan nilai Rp 1 hingga 2 juta. Ironisnya, kini benih lobster diperoleh dari nelayan mendapatkan harga yang sangat kecil dibandingkan harga ekspor.

“Sekarang harga lobster sudah Rp 4 juta lebih. Namun benihnya diambil dengan harga Rp 10 ribu, Rp 30, dan Rp 100 ribu. Tapi kita amenggali kematian keunahan dari lobster-lobster kita,” kata Susi.

Terakhir, Susi berpesan agar pengambilan benih lobster segera dihentikan jika tak ingin lobster enyah dari laut Indonesia “Tolonglah, kalau bisa kita semua sadar, laut masa depan bangsa kita, dijaga dan hentikan pengambilan benih. Biarkan mereka hidup dan besar,” tutur dia.

Informasi saja, mengutip laman instagram @idx_channel, berikut rincian harga benih lobster:

1. Harga benih / benih udang raksasa (lobster air tawar) di kisaran Rp 2.500

2. Harga benih lobster air tawar berkualitas di kisaran Rp6.000

3. Harga benih lobster air tawar ukuran 2 inchi up di kisaran Rp 3.500

4. Harga benih Lobster Air Tawar 2.5-3 inch up di kisaran Rp 5.000

5. Harga benih lobster pasir di kisaran Rp 4.500

6. Harga benih lobster mutiara di kisaran Rp 15.000 sampai Rp 20.000.

 

Sedangkan apabila sudah dewasa, harga lobster sangat tinggi.

1. Lobster batu: Rp 210.000 – Rp 400.000 per kg

2. Lobster Pakistan: Rp 400.000 per kg

3. Lobster pasir: Rp 390.000 per kg

4. Lobster bambu: Rp 250.000 – Rp 1.200.000 per kg

5. Lobster batik: Rp 900.000 per kg

6. Lobster mutiara: Rp 1.500.000 per kg 

3 dari 3 halaman

Infografis Penangkapan Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.