Sukses

Meskipun Ada Ramadan, Belanja Iklan Tetap Anjlok di Kuartal II 2020

Penempatan iklan terbesar masih berada di televisi, yakni 72 persen. Disusul digital 20 persen, media cetak 7-8 persen, lalu radio 1 persen.

Liputan6.com, Jakarta - Perusahaan Informasi dan Pengukuran Global Nielsen mengeluarkan hasil risetnya terkait belanja iklan selama masa pandemi Covid-19. Dari penelitian tersebut ditemukan, belanja iklan sempat jatuh pada kuartal II 2020, namun perlahan mulai merangkak naik di Juli 2020.

Executive Director Nielsen Media Hellen Katherina mengungkapkan, berdasarkan pengamatan pihaknya, angka belanja iklan di suatu negara secara rata-rata drop hingga 20 persen. Bahkan, ada negara tertentu yang anjlok hingga lebih dari 50 persen.

"Yang menarik, akhir-akhir ini di negara-negara tersebut sudah terjadi recovery sejak Juni ke Juli, slowly mereka open up, berhasil me-maintain virus itu sehingga ada beberapa pelonggaran. Kami melihat terjadi pergerakan menuju recovery di negara-negara tersebut," ujarnya dalam sesi teleconference, Selasa (25/8/2020).

Khusus untuk di Indonesia, ia melanjutkan, Nielsen memantau pergerakan data iklan selama Januari-Juli 2020 lewat 4 macam media. Penempatan iklan terbesar masih berada di televisi, yakni 72 persen. Disusul digital 20 persen, media cetak 7-8 persen, lalu radio 1 persen.

Dari hasil pengamatan tersebut, ditemukan pergerakan iklan pada triwulan pertama tahun ini masih baik. Dimana secara angka pada Januari sebesar Rp 15,4 triliun, lalu Februari naik 14 persen menjadi Rp 17,5 triliun, dan masih memperhatikan algoritma positif sampai akhir Maret.

Berkebalikan pada kuartal II, ketika angka pengiklan menjadi sangat tertekan. Hellen menyebutkan, pada Maret ke April angkanya turun jadi 14 persen, kemudian stagnan di periode April-Mei, dan kembali terpangkas -11 persen di Mei ke Juni.

"Tetapi, memasuki bulan Juli kita lihat sudah terjadi peningkatan 17 persen. Jadi angkanya kembali lagi, jadi di Juli sudah sekitar Rp 18,3 triliun. Ini memperlihatkan mulai kembalinya confidence dari banyak pengiklan," kata dia.

Hellen mengatakan, pergerakan iklan pada April dan Mei 2020 sebenarnya masih tertolong berkat adanya bulan Ramadan. Dia menyampaikan, pergerakan iklan selama 4 pekan bulan puasa bisa sedikit terangkat naik. Namun kembali jatuh ketika memasuki masa Idul Fitri.

"Tapi di minggu terakhir Mei drop lagi. Padahal itu minggu Lebaran, 24 Mei. Kita lihat drop banget. Tapi ini biasanya pola yg kita lihat tiap tahun. Di minggu pertama lebaran pengiklan akan stop. Karena pada saat lebaran orang pada pergi keluar, sehingga menurun," tuturnya.

 

** Saksikan "Berani Berubah" di Liputan6 Pagi SCTV setiap Senin pukul 05.30 WIB, mulai 10 Agustus 2020

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Proyeksi

Ke depan, Hellen memproyeksikan jumlah belanja iklan bisa kembali terangkat setelah pemerintah melepas periode Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) menuju masa transisi.

"Di awal Juni, pemerintah mulai sosialisasi new normal dengan beberapa catatan. Dengan ini kita lihat belanja iklan mulai naik, tapi masih ragu-ragu, wait and see terhadap new normal," ucap dia.

"Tapi memasuki Juli, confidence sudah kembali membaik, belanja iklan juga semakin meningkat konsisten. Harapan kita bersama, ini menjadi tanda awal dari recovery," tandasnya.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini