Sukses

3 Hal Ini Jadi Penentu Ketahanan Pangan di Tengah Pandemi Corona

Ketiga aspek tersebut antara lain ketersediaan, keterjangkauan dan pemanfaatan pangan.

Liputan6.com, Jakarta - Pandemi corona kini mulai berdampak pada ketahanan pangan negara. Pembatasan mobilitas manusia membuat ketersediaan bahan pangan berkurang.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menilai ketahanan pangan ditentukan tiga aspek. Aspek ketersediaan, keterjangkauan dan pemanfaatan pangan.

"Kalau dilihat dari ketahanan pangan ini kita harus melihat pada 3 aspek yaitu ketersediaan, keterjangkauan dan pemanfaatan," kata Airlangga dalam Webinar IPMI bertema 'Triple Helix Innovation for Sustainable Food System in Indonesia Amid Covid-19', Jakarta, Selasa (16/6).

Aspek ketersediaan meliputi produksi pangan domestik, cadangan pangan dan ekspor-impor. Aspek keterjangkauan meliputi distribusi, stabilisasi pasokan dan harga, sistem logistik, manajemen stok, daya beli masyarakat dan akses terhadap pasar dan informasi.

Sedangkan aspek pemanfaatan meliputi perbaikan pola konsumsi, penganekaragaman konsumsi, perbaikan gizi dan keamanan mutu pangan.

Airlangga mengatakan, pemerintah sudah memiliki undang-undang yang mengatur ketahanan pangan yakni UU Nomor 18 tahun 2020 tentang Pangan. Selain itu, selama masa pandemi ini pemerintah memiliki pengalaman hambatan pangan saat pelaksanaan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).

Kebijakan PSBB rupanya menghambat proses distribusi dan transportasi. Sebab beberapa wilayah ada yang menerapkan karantina kepada para supir angkutan bahan pangan selama 14 hari. Akibatnya biaya pengeluaran transportasi membengkak.

Hal yang sama juga terjadi di pelabuhan-pelabuhan. Beberapa pelabuhan melarang para awak kapal untuk turun ke darat saat kapal bersandar.

"Ini membuat cost transportasi meningkat dan jadi bahan pelajaran (penerapan) PSBB)," kata dia.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Produksi Pangan

Mantan Ketua DPR ini menilai ketersediaan pangan produksi nasional juga masih tergantung pada impor bahan pangan. Pada April 2020 pemerintah membuka keran impor bahan pangan karena permintaan yang tinggi sementara produksi dalam negeri tak mencukupi.

Pemerintah pun dituntut untuk mengatur hal ini. "Jadi yang paling penting ketersediaan dan nilai tukar petani," kata dia.

Dilihat dari demografi, masyarakat desa dan kota dari berbagai kelas sosial memiliki kebutuhan konsumsi yang berbeda. Masyarakat kota lebih membutuhkan makanan jadi. Sedangkan masyarakat desa kebutuhan padi dan protein tinggi.

"Minuman dan makanan siap saji ini beberapa hal yang jadi catatan (pemerintah)," ujar Airlangga mengakhiri.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.