Sukses

Investor Tunggu Hasil Pertemuan AS-China Bikin Wall Street Jatuh

Pasar saham sempat AS jatuh lebih dari 1 persen di awal sesi.

Liputan6.com, New York - Bursa Amerika Serikat (AS) aau wall Street jatuh menjelang negosiasi perdagangan antara Amerika Serikat dan Cina. Pasar tetap merosot meskipun Presiden AS Donald Trump mengatakan masih ada peluang untuk mencapai kesepakatan antara kedua negara.

Melansir laman Reuters, pasar saham sempat AS jatuh lebih dari 1 persen di awal sesi tetapi kemudian menguat, setelah Trump mengatakan dia telah menerima surat dari Presiden Cina Xi Jinping.

Dow Jones Industrial Average turun 138,97 poin, atau 0,54 persen, menjadi 25.828,36. Sementara indeks S&P 500 kehilangan 8,7 poin, atau 0,30 persen menjadi 2.870,72 dan Nasdaq Composite turun 32,73 poin, atau 0,41 persen menjadi 7.910,59.

Rencananya, para negosiator kedua negara akan bertemu pada pukul 5 sore hari ini waktu setempat. Mereka akan melanjutkan pembicaraan membahas perdagangan kedua negara.

Namun, dikatakan jika AS belum mundur dari rencana kenaikan tarif barang-barang China senilai USD 200 miliar menjadi 25 persen.

Trump juga mengatakan bahwa telah ada dokumen prakarsa untuk memungut tarif 25 persen bagi barang-barang China senilai USD 325 miliar.

Bahkan dengan kemungkinan tarif lebih lanjut berlaku, beberapa investor tetap optimis bahwa perjanjian perdagangan dapat dicapai. Hal itu kemungkinan yang menahan penurunan pasar saham, menurut John Stoltzfus, kepala strategi investasi di Oppenheimer Asset Management.

“Kita mungkin melihat tarif diberlakukan besok, tetapi akan diselesaikan. Terlalu tidak praktis bagi kedua belah pihak untuk memperpanjang ini menjadi perang dagang yang berlarut-larut," jelas Stoltzfus.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Saham

Pada perdagangan kali ini, saham material dan teknologi mencatat penurunan paling tajam di antara sektor S&P 500, masing-masing turun 0,8 persen dan 0,7 persen.

Saham pembuat chip, yang mendapatkan sebagian besar pendapatan dari China juga terus merosot, dengan indeks semikonduktor Philadelphia berakhir lebih rendah 1,2 persen.

Indeks telah jatuh 6 persen sejauh minggu ini dan berada pada kecepatan untuk memposting persentase kerugian mingguan terbesar sejak Desember.

Saham pembuat chip juga tertekan oleh perkiraan pertumbuhan laba yang kurang dari Intel Corp. Saham Intel turun 5,3 persen dan merupakan hambatan terbesar pada S&P 500.

Kemudian saham Boeing Co jatuh 1 persen dan saham 3M Co turun 1,9 persen.

Adapun volume perdagangan di Pasar Saham AS kali ini mencapai 7,75 miliar saham, dibandingkan dengan rata-rata 6,83 miliar saham untuk sesi penuh selama 20 hari perdagangan terakhir.

3 dari 3 halaman

Saham Intel Merosot Bikin Wall Street Bervariasi

Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street bervariasi dengan indeks saham S&P 500 melemah didorong investor tetap berhati-hati mencermati perkembang terakhir negosiasi perdagangan AS dan China.

Pada penutupan perdagangan saham Rabu (Kamis pagi WIB), indeks saham Dow Jones naik tipis 1,96 poin atau 0,01 persen ke posisi 25.967,05. Indeks saham S&P 500 susut 4,51 poin atau 0,16 persen ke posisi 2.879,54. Indeks saham Nasdaq terkoreksi 20,44 poin atau 0,26 persen ke posisi 7.943,32.

Penurunan saham Intel Corp berkontribusi mendorong wall street bervariasi. Saham produsen chip ini turun 2,5 persen setelah prospek perusahaan selama investor day mengecewakan.

 

 
 

 

Adapun wall street sempat menguat pada sebagian besar sesi perdagangan terjadi setelah Juru Bicara Gedung Putih Sarah Sanders mengatakan, AS telah menerima indikasi dari Beijing kalau China ingin membuat kesepakatan perdagangan.

Perunding utama China, Wakil Perdana Menteri China Liu He akan mengunjungi Washington, AS pada Kamis dan Jumat.

Akan tetapi, pemerintah AS mengatakan akan menaikkan tarif impor barang China senilai USD 200 miliar menjadi 25 persen pada Jumat pekan ini. Kementerian Perdagangan China menyatakan akan mengambil tindakan balasan jika tarif AS dinaikkan.

Investor menilai, pernyataan bervariasi mengenai perkembangan negosiasi perdagangan mempersulit wall street untuk mempertahankan reli.

"30 menit terakhir memberi tahu Anda kalau pelaku pasar masih cenderung bearish hingga pertengahan minggu," ujar Market Strategist Robert W.Baird, Michael Antonelli, seperti dikutip dari laman Reuters, Kamis (9/5/2019).

Ketika indeks saham S&P 500 menguat pada perdagangan sore, sektor saham defensif antara lain real estate dan layanan kesehatan termasuk di antara sektor saham mencatatkan penguatan.

Sektor saham industri yang sensitif terhadap perdagangan berakhir sedikit berubah, sedangkan saham Intel melemah berdampak terhadap sektor saham teknologi.

"Ini konsisten dengan orang-orang tidak yakin tentang pada yang sebenarnya akan keluar dari Washington pada pekan ini," tutur Keith Lerner, Chief Market Strategist SunTrust Advisory Services.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.