Sukses

Bank Indonesia Genjot Kopi sebagai Produk Unggulan RI

Bank Indonesia berharap produk kopi RI bisa makin populer di pasar internasional.

Liputan6.com, Singapura - - Bank Indonesia (BI) menilai kopi sebagai produk unggulan yang dapat menunjang kinerja ekspor Indonesia.

Dukungan BI diwujudkan lewat mengajak Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) binaan BI ke expo di Singapura.

Dilansir dari keterangan tertulis BI, Cafe Asia Expo diselenggarakan di Singapura pada 21-23 Maret 2019. Sebanyak 154 exhibitor dari 25 negara turut berpartisipasi.

Para UMKM binaan BI merupakan hasil kerja sama antara BI dengan Atase Perdagangan, Kementerian Perdagangan RI dan KBRI Singapura. Di sana kopi asli Indonesia, khususnya yang dihasilkan UMKM, dipromosikan ke masyarakat internasional.

BI juga memandang Singapura sebagai negara potensial sebagai end user dan market hub komoditi kopi.

Diharapkan dengan ini, pelaku UMKM dapat terbantu dalam memasarkan produk mereka langsung ke luar negeri, serta menghubungkan mereka dengan eksportir agar jangkauan pasar semakin luas.

Expo ini juga berperan sebagai sarana dialog agar pelaku UMKM mendapat masukan terkait pasar kopi dunia, sehingga produk yang dihasilkan bisa diterima berbagai pengusaha dan penikmati kopi dunia.

Bank Indonesia (BI) berjanji untuk terus mendorong UMKM kopi binaan BI untuk meningkatkan kualitas produk mereka agar semakin diterima pasar global.

Ini juga akan menjadikan kopi sebagai sumber ekspor dan mengurangi defisit transaksi berjalan yang masih defisit karena produk impor lebih banyak dari ekspor.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Pariwisata Juga Jadi Andalan

Perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China bisa dibilang sudah mereda jika melihat negosiasi antara Presiden Donald Trump dan Xi Jinping. Prospek moneter Indonesia juga diproyeksi makin baik tahun ini. Namun, masalah baru datang dari ekonomi China yang sedang loyo.

Indonesia pun bisa kena dampak, pasalnya harga komoditas yang terpengaruh oleh kondisi ekonomi China.

Sementara, pertumbuhan ekonomi China melemah dari 6,9 persen di tahun 2017 menjadi ke 6,6 persen tahun lalu, serta diproyeksikan terus melemah hingga tahun 2021. 

"Prospek Indonesia ke depan pada 2019, jika melihat kebijakan moneter, harapannya kita akan memiliki prospek yang lebih baik dibandingkan pada 2013 dan 2018, tetapi kita masih memiliki tantangan pada ekonomi China yang akan memberi dampak ke harga komoditas," ujar Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI) Mirza Adityaswara pada acara Maybank Economic Outlook 2019, Senin, 11 Maret 2019 di Jakarta.

BI pun menekankan pentingnya diversifikasi dalam perekonomian Indonesia agar tidak terlalu bergantung pada komoditas. Solusi yang ditekankan BI adalah memperkuat sektor turisme.

Thailand bisa menjadi contoh. Negara itu berhasil menggenjot sektor pariwisata atau turisme hingga lebih dari 34 juta orang dan membantu neraca berjalan negara itu menjadi surplus, sementara Indonesia mengalami defisit sekitar 3 persen di tahun 2018.

"Jika ada defisit, kita butuh inflow. Itu dengan ekspor dan turisme. Saya percaya diri dengan turisme Indonesia," ucap Mirza seraya berkata Indonesia berhasil menambah jumlah turis dan tahun lalu kedatangan 14 juta orang turis.

Pihak BI pun meminta korporasi untuk berusaha melakukan ekspor demi membantu mengurangi defisit neraca berjalan sampai 2,5 persen di 2019. "Jadi para korporat, tolongkah ekspor. Please, please," ujarnya.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.