Sukses

RI Gelar Pemilu 2019, Bagaimana Efeknya terhadap Pasar Saham?

Indonesia akan gelar pemilihan umum (Pemilu) pada 2019. Hajatan politik tersebut akan menjadi katalis bagi pasar modal Indonesia termasuk laju IHSG.

Liputan6.com, Jakarta - Indonesia akan gelar pemilihan umum (Pemilu) pada 2019. Hajatan politik tersebut akan menjadi katalis bagi pasar modal Indonesia termasuk laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

Analis PT Panin Sekuritas, William Hartanto mengatakan, dampak tahun politik dengan pelaksanaan pemilihan presiden (Pilpres) terutama terhadap pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) hanya bersifat periodik semata. Yang justru harus diperhatikan ialah pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS).

"Untuk 2019, faktornya adalah dari pergerakan rupiah, dan stabilitas ekonomi, sedangkan dari eksternal tidak ada, karena mayoritas masalah dari dalam negeri. Pilpres efeknya juga singkat, yang diperhatikan adalah arah pemerintahan periode barunya," ucap dia kepada Liputan6.com, Jumat (4/1/2019).

Sementara itu, Managing Director Jagartha Advisors, FX Iwan mengungkapkan, defisit transaksi berjalan (current account deficit/CAD) turut menjadi perhatian dari dalam negeri terhadap industri pasar modal. Pembenahan struktural mesti dilakukan untuk menekan CAD agar semakin lebih kecil.

Pada tahun politik ini, Iwan menekankan, yang paling terutama adalah menjaga stabilitas politik di dalam negeri. Itu disebabkan hal ini berhubungan langsung dengan optimisme investor ke dalam pasar domestik.

"Menurut saya, yang paling penting bagi investor adalah adanya stabilitas politik selama tahun pemilu sehingga dapat memberikan kepastian bagi investor yang akan masuk ke Indonesia," ujar dia.

Adapun saham rekomendasi pada 2019 ialah beberapa saham yang atraktif secara valuasi dan juga memiliki momentum perbaikan earnings growth

Menurut Iwan, saham tersebut antara lain saham PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI), PT Waskita Karya (Persero) Tbk (WSKT), PT Mayora Indah Tbk (MYOR), PT Indosat Tbk (ISAT), PT Indah Kiat Pulp and Paper Tbk (INKP) dan PT Bank Danamon Tbk (BDMN).

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

IHSG Naik Tipis pada Penutupan Perdagangan 2018

Sebelumnya, laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akhirnya berbalik arah ke zona hijau pada penutupan perdagangan saham 2018.

Pada Jumat 28 Desember 2018, IHSG menguat tipis 3,85 poin atau 0,06 persen ke posisi 6.194,49. Indeks saham LQ45 susut 0,53 persen ke posisi 982,73. Indeks saham acuan pun bervariasi.

Sebanyak 179 saham melemah sehingga menahan penguatan IHSG. 242 saham menguat dan 124 saham diam di tempat.

Transaksi perdagangan saham cukup ramai. Total frekuensi perdagangan saham 410.389 kali dengan volume perdagangan saham 24,1 miliar saham. Nilai transaksi harian saham Rp 10,4 triliun. Investor asing melakukan aksi beli Rp 351,19 miliar di pasar regular. Posisi dolar Amerika Serikat (AS) berada di kisaran Rp 14.560.

Sebagian besar sektor saham menghijau kecuali sektor saham barang konsumsi turun 1,52 persen, sektor saham manufaktur tergelincir 0,62 persen dan sektor saham perdagangan merosot 0,19 persen.

Sektor saham pertanian naik 2,36 persen, dan bukukan penguatan terbesar. Disusul sektor saham tambang naik 1,58 persen dan sektor saham industri dasar menanjak 0,78 persen.

Saham-saham yang membukukan top gainers antara lain saham INTD naik 34,83 persen ke posisi Rp 240 per saham, saham VINS melonjak 34,04 persen ke posisi Rp 126 per saham, dan saham PEHA melonjak 24,89 persen ke posisi Rp 2.810 per saham.

Sedangkan saham-saham yang tertekan antara lain saham JKON melemah 24,79 persen ke posisi Rp 364 per saham, saham TIRA merosot 23,40 persen ke posisi Rp 216 per saham, dan saham OKAS tergelincir 17,33 persen ke posisi Rp 167 per saham.

Analis PT Binaartha Sekuritas, Nafan Aji menuturkan, awal sesi IHSG sempat menguat didorong katalis positif dari bursa saham regional dan wall street. Selain itu, harga komoditas terutama harga minyak yang menguat juga mendukung penguatan IHSG.

"Selain itu sentimen perang dagang juga minim sentimen. Manajer investasi juga lakukan aksi window dressing,” ujar Nafan saat dihubungi Liputan6.com.

Ia menambahkan, jelang penutupan pelaku pasar memanfaatkan aksi ambil untung. Hal itu membuat laju IHSG sempat tertekan.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.