Sukses

Menteri Susi Ingin Konsumsi Ikan di RI Bisa Samai Jepang

Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti kembali menegaskan bahwa laut Indonesia adalah sumber protein yang sangat tinggi.

Liputan6.com, Jakarta - Dalam rangka memperingati Hari Ikan Nasional Ke-5 yang jatuh pada 21 November 2018 lalu, Kementrian Kelautan dan Perikanan (KKP) menggelar soft launching kampanye program pemerintah bertajuk Seafood Lovers Milennial (Sealovemi) yang mengajak masyarakat untuk gemar memakan ikan.

Acara tersebut dihadiri oleh masyarakat yang tengah menikmati CFD (Car Free Day) di Plaza Timur Kawasan Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta. Dalam acara ini, KKP menyediakan 2.000 nasi kotak gratis dengan menu ikan.

Dalam sambutannya, Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjiastuti mengimbau masyarakat untuk mengerti pentingnya memakan ikan.

"Jadi kita ingin manusia-manusia Indonesia mulai makan ikan untuk mencapai pertumbuhan konsumsi ikan Indonesia ini sama dengan Jepang. Jepang nih sudah 80 kilogram (per-kapita per-tahun), sementara Indonesia tahun kemarin 46 kilogram, tahun ini ingin target 50 kilogram," ucap Susi di GBK, Senayan, Jakarta, Minggu (25/11/2018).

Susi mengakui, masih ada beberapa wilayah di Indonesia yang baru mengonsumsi sekitar 9 sampai 15 kilogram ikan perkapita per tahun.

Menurut Susi, stunting atau cacat pertumbuhan masih menjadi salah satu masalah utama karena kurangnya konsumsi ikan di masyarakat. Indonesia sendiri menduduki posisi kedua tertinggi untuk level stunting.

"Di beberapa wilayah seperti Jateng dan Jatim bahkan kita penetrasi khusus masuk ke pesantren-pesantren karena itu wilayah-wilayah yang sangat rendah konsumsi ikannya," tutur Susi.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Kurangi Sampah Plastik

Selain itu, Susi juga mengimbau pentingnya mengurangi sampah plastik seperti sedotan dan kantong plastik sekali pakai. Hal ini demi menjaga kebersihan laut.

"Karena Indonesia ini menjadi penyumbang sampah terbesar nomor dua di dunia ke laut. Tahun 2030 kalau kita tidak kurangi, sampah akan lebih banyak daripada ikan di laut kita. Mau kita makan sampah? Nggak," ujarnya.

Susi menganjurkan agar masyarakat mulai membawa tas sendiri ketika berbelanja. Dia juga meminta untuk mengurangi pemakaian sedotan.

Peraturan Presiden tentang penanganan sampah laut juga telah dikeluarkan. Yaitu, Peraturan Presiden Nomor 83 Tahun 2018. "Sudah ditandatangani Pak Presiden tahun ini, tahun 2018. Sudah ada rencana aksi nasional penanganan sampah plastik di laut sudah ada," tukasnya.

Susi berharap agar aksi ini dapat menjadi program nasional di Indonesia. Selain itu, dia mencontohkan ketegasan dirinya sendiri dalam menangani sampah plastik. "Di KKP (Kementerian Kelautan dan Perikanan) sudah ada. You bawa mineral water ke KKP saya denda Rp 500 ribu, ujar Susi sembari tertawa.

 

3 dari 3 halaman

Perang

Selain masalah sampah, Susi kembali menegaskan bahwa laut Indonesia adalah sumber protein yang sangat tinggi. Perang di kemudian hari juga dinilainya akan terjadi bukan karena ideologi politik, namun sumber pangan.

"Keamanan pangan yang akan menyebabkan perang antar negara. Nah laut kita ini terancam, kecurian ikan dah diselesaikan sama KKP, TNI dan lain sebagainya."

Menurutnya, ikan sekarang mudah untuk didapatkan. Harganya juga lebih murah dibanding daging merah, dan memiliki protein serta kolestrol yang jauh lebih sehat.

"Karena sekarang ikan banyak sekali. Kenapa ikan banyak? Karena malingnya sudah pergi. Kenapa pada pergi? Karena takut ditenggelemin. Nah saya juga kampanyenya kalau anda tidak makan ikan ketahuan Bu Menteri pasti juga ditenggelemin, lanjutnya sembari tertawa.

Reporter: Ratu Annisa Suryasumirat, Yayu Agustini Rahayu

Sumber: Merdeka.com

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.