Sukses

Gunung Agung Siaga 3, Bali Tetap Aman Dikunjungi

Sejak 4 jam terakhir diinformasikan frekuensi dan amplitudo letusan Gunung Agung telah menurun drastis.

Liputan6.com, Jakarta Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menetapkan Gunung Agung di Bali berstatus siaga atau level 3. Ini setelah Gunung Agung kembali mengalami erupsi pada Kamis malam (27/6/2018). Meski demikian, Bali dinilai masih aman untuk dikunjungi masyarakat.

Kepala Badan Geologi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Rudi Suhendar mengatakan, setelah hampir 24 jam aktivitas vulkanik Gunung Agung mengalami peningkatan letusan embusan, sejak empat jam terakhir diinformasikan frekuensi dan amplitudo erupsi Gunung Agung telah menurun drastis.

"Pada 27 Juni 2018, pukul 22.00 Wita terjadi erupsi pertama yang membuka rekahan di dasar kawah menjadi lebih besar. Rekahan tersebut menjadi jalan terjadinya erupsi secara terus-menerus, hingga pukul 12.00 Wita esok harinya. Namun, sejak pukul 01.00 dini hari tadi frekuensi dan erupsi Gunung Agung sudah menurun drastis,” kata Rudi, di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Jumat (29/6/2018).

Rudi menjelaskan, intensitas emisi abu teramati mengalami penurunan yang ditunjukkan dengan warna asap yang teramati dominan berwarna putih. Penurunan intensitas emisi abu mengindikasikan bahwa sistem telah terbuka.

Embusan asap putih yang masih teramati saat ini berasal dari aktivitas efusi lava‎.‎ Fenomena emisi gas dan abu yang terjadi secara menerus dari kemarin hingga saat ini, merupakan bagian dari erupsi yang terjadi secara efusif yaitu berupa aliran lava segar ke dalam kawah, sehingga menciptakan pertumbuhan kubah lava. Laju penambahan volume lava belum dapat diketahui dan masih menunggu informasi dari citra satelit.

Berdasarkan analisis data secara keseluruhan, dapat disimpulkan bahwa hingga saat ini aktivitas Gunung Agung masih berada dalam level 3 atau siaga. Atas penetapan tersebut maka Badan Geologi menyatakan Bali tetap aman dikunjungi, karena abu erupsi melayang di udara ketinggian 15 ribu feet. Namun saat ini Pulau Dewata tersebut belum bisa diakses transportasi udara, karena lalu lintas udara masih tertutup abu.

"Abunya di Karangasem sendiri yang dekat (dengan Gunung Agung) tidak banyak,‎ itu melayang di udara," tuturnya.

Namun, dia mengimbau m‎asyarakat di sekitar Gunung Agung dan wisatawan untuk tidak berada, di zona perkiraan bahaya di seluruh area di dalam radius 4 km dari Kawah Puncak Gunung Agung.

‎Masyarakat yang bermukim dan beraktivitas di sekitar aliran-aliran sungai yang berhulu di Gunung Agung diminta mewaspadai potensi ancaman bahaya sekunder, berupa aliran lahar hujan yang dapat terjadi terutama pada musim hujan dan jika material erupsi masih terpapar di area puncak.

"‎Masyarakat agar tetap tenang, tapi tetap menjaga kesiapsiagaan karena aktivitas Gunung Agung belum kembali normal," tuturnya.

Badan Geologi melalu Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi akan terus memonitor aktivitas Gunung Agung, untuk mengevaluasi potensi ancaman bahaya erupsi antar waktu. Jika terjadi perubahan yang signifikan maka status aktivitas Gunung Agung atau pun rekomendasinya dapat dievaluasi kembali.

"Masyarakat diminta untuk tetap tenang, karena letusan embusan yang terjadi tidak serta merta meningkatkan status Gunung Agung tersebut," katanya.

Tonton Video Menarik Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Gunung Agung Erupsi, Bandara Ngurah Rai Ditutup hingga Pukul 19.00 Wita

Layanan penerbangan di Bandara Ngurah Rai, Denpasar, Bali, ditutup hari ini mulai pukul 03.00 hingga 19.00 Wita. Keputusan itu diambil dalam rapat koordinasi penanganan dampak erupsi Gunung Agung terhadap operasi penerbangan yang dipimpin Kepala Otoritas Bandara Wilayah IV.

“Kami kemudian menerbitkan NOTAM no A2551/18 untuk menginformasikan hal ini kepada seluruh stakeholder penerbangan, baik domestik maupun internasional. Penutupan ini akan dievaluasi pada pukul 12.00 Wita hari ini dengan mempertimbangkan data sebaran volcanic ash terkini dan hasil observasi di lapangan,” ujar Sekretaris Perusahaan AirNav Indonesia, Didiet K S Radityo, dalam keterangan resminya di Jakarta, Jumat (29/6/2018).

Dijelaskan Didiet, dalam rapat dengan seluruh stakeholder, keputusan untuk menutup sementara operasional penerbangan karena alasan keselamatan penerbangan. Stasiun Meteorologi Kelas I Ngurah Rai Denpasar memaparkan bahwa ketinggian erupsi Gunung Agung mencapai 23 ribu kaki bergerak ke arah barat daya dengan kecepatan 15 knots.

Data observasi menunjukkan tidak teramati adanya debu vulkanik (volcanic ash) di Bandara I Gusti Ngurah Rai (nil VA). Begitu pula dengan hasil paper test menunjukkan hasil nil VA.

Didiet menambahkan, data menunjukkan bahwa sebaran debu vulkanik telah menutupi koordinat Bandara I Gusti Ngurah Rai.

“Mulai pukul 23.50 Wita kemarin (Kamis, 28 Juni 2018), data menyatakan bahwa volcanic ash telah menutupi ruang udara Bandara I Gusti Ngurah Rai. Maka dari itu, jika tidak ada jalur navigasi untuk masuk atau keluar dari dan ke Bandara Ngurah Rai, maka kami menyarankan untuk menutup bandara,” kata dia.

Berdasarkan paparan dan data yang tersedia, seluruh stakeholder penerbangan yang hadir pada rapat tersebut merekomendasikan untuk menutup sementara operasional penerbangan di Bandara Ngurah Rai.

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.