Sukses

Atasi Banjir di Rancaekek, Kementerian PUPR akan Normalisasi Sungai Cikijing

Kementerian PUPR menyediakan anggaran pembebasan lahan dalam rangka normalisasi Sungai Cikijing senilai Rp 60 miliar.

Liputan6.com, Sumedang - Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) akan mencari solusi mengatasi bencana banjir yang kerap melanda wilayah Rancaekek, Kabupaten Bandung, tepatnya di kawasan sekitar PT Kahatex.

Salah satu solusi yang ditawarkan yakni menormalisasi Sungai Cikijing. Menteri PUPR Basuki Hadimuljono mengaku, sudah berkoordinasi dengan Direktur Jenderal Sumber Daya Air (SDA) Kementerian PUPR untuk menyediakan anggaran pembebasan lahan senilai Rp 60 miliar.

"Mudah-mudahan 2 sampai 3 bulan ini sudah selesai pembebasan lahannya. Bisa kita bikin normalisasi Sungai Cikijing itu," kata dia di Sumedang, Jawa Barat, Kamis (26/4/2018).

Terkait normalisasi Sungai Cikijing, dia mengaku akan bekerjasama dengan PT Kahatex. Perusahaan ini dinilai sangat kooperatif diajak bekerjasama. Perusahaan berencana membuat shortcut untuk meluruskan aliran sungai yang sebelumnya belok.

"Mereka (Kahatex) ingin kerjakan itu sendiri dengan biaya sendiri. Karena itu di dalam pabrik, mereka bikin jembatannya sendiri dengan rekomendasi desain dari PUPR," dia menambahkan.

Dia mengatakan, banjir yang sering terjadi di sana disebabkan meluapnya air dari Sungai Cikijing. Sebab itu disiapkan program untuk pengerukan dan normalisasi aliran sungai tersebut.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Antisipasi Banjir, Pemkab Tangerang Normalisasi Sungai Cisadane

Pemerintah Kabupaten Tangerang, Banten, menormalisasi anak Sungai Cisadane di Desa Kohod, Kecamatan Pakuhaji untuk mengantisipasi banjir yang kerap melanda kawasan tersebut.

"Petugas mengunakan alat berat mengeruk timbunan lumpur menghalangi aliran air," kata Kepala Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air Pemkab Tangerang, Slamet Budi di Tangerang, Jumat (20/4/2018).

Slamet mengatakan pengerukan lumpur dan material lainnya sepanjang 500 meter itu dilakukan karena belakangan ini, sungai tersebut mulai dangkal.

Dia mengatakan upaya tersebut untuk menanggapi keluhan warga bila musim hujan sering dilanda banjir karena air Sungai Cisadane meluap mengenangi perkampungan penduduk.

Menurut dia, Desa Kohod merupakan langganan banjir karena selain di daerah itu lokasinya sebagian rendah, tapi juga akibat sungai telah dangkal.

Penyebab sungai dangkal karena timbunan lumpur dan sampah sehingga alur air tidak lancar menuju muara hingga ke perairan Laut Jawa.

Antara melansir, di musim hujan, ketinggian air mencapai 60 cm hingga 70 cm pada lokasi tertentu di Desa Kohod.

Demikian pula ketika air laut pasang, maka air bertambah tinggi memasuki rumah penduduk, karena Sungai Cisadane tidak mampu menampung.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.