Sukses

Kementan: Harga Beras Turun pada Februari

Kementan perkirakan harga beras akan turun pada Februari lantaran produksi petani diperkirakan mulai masuk ke pasaran.

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Pertanian (Kementan) menyatakan harga beras akan turun pada Februari mendatang. Bukan lantaran ada impor, melainkan beras produksi petani diperkirakan mulai masuk ke pasaran.

‎Kepala Badan Ketahanan Pangan Kementan Agung Hendriadi mengatakan, sebenarnya tren kenaikan harga beras memang biasa terjadi pada setiap periode Desember-Januari. Jadi lonjakan harga beras bukan hanya terjadi kali ini saja.

"Itu sudah bertahun-tahun kejadian seperti itu. Yang namanya Desember-Januari harga pasti tinggi. Harga saat ini juga tidak lebih tinggi dari harga tahun lalu. Harganya hampir sama. Memang trennya seperti itu," ujar dia saat berbincang dengan Liputan6.com di Jakarta, Senin (22/1/2018).

Namun pada Februari tren harga beras akan turun seiring dengan masuknya beras petani. Bahkan jika produksi petani terus meningkat, harga gabah di tingkat petani akan anjlok.

‎"Saya pastikan bulan Februari harga turun. Maret petani teriak-teriak. Jadi biarkan (saat ini) petani menikmati sedikit saja," ujar dia.

Diberitakan sebelumnya, Kementerian Pertanian (Kementan) memperkirakan pada empat bulan pertama di 2018 Indonesia mengalami suplus hingga hampir 5 juta ton beras. Hal tersebut menyusul mulai masuknya masa panen padi di sejumlah daerah di Indonesia mulai Januari-April 2018.

Dari data Kementan, pada Januari ini luas lahan panen mencapai 854.369 hektare (ha) dengan hasil 4.519.612 ton gabah kering giling (GKG) atau setara dengan 2.835.605 ton beras. Sedangkn rata-rata konsumsi per bulan sebesar 2.506.285 ton, sehingg ada suplus 329.320 ton.

Kemudian pada Februari luas lahan panen akan meningkat menjadi 1.638.391 ha dengan hasil GKG 8.667.088 ton atau setara 5.437.731 ton beras. Jika konsumsi beras 2,5 juta ton, maka akan ada suplus 2.931.446 ton beras.

Di Maret, luas lahan panen kembali meningkat menjadi 2.252.962 ha dengan hasil 11.918.169 ton GKG atau setara 7.477.459 ton beras. Dengan perkiraan besaran konsumsi yang sama, maka ada suplus beras 4.971.174 ton.

Pada April, luas lahan panen turun menjadi 1.664.187 ha, yang menghasilkan 8.803.549 ton GKG atau setara 5.523.347 ton beras. Meski produksi turun, namun pada bulan tersebut diperkirakan masih akan suplus beras 3.017.062 ton.

Berdasarkan data Food Station, stok beras mencapai 27,58 juta ton hingga 21 Januari 2018. Sementara itu, harga beras per 22 Januari 2018 antara lain harga beras Cianjur Kepala Rp 14.875, Cianjur Slyp Rp 13.725, harga beras Setra senilai Rp 13.825, harga beras Saigon senilai Rp 13.125.

Sementara itu, harga beras jenis Muncul I senilai Rp 13.100, Muncul II Rp 12.300, Muncul III senilai Rp 11.750. Selain itu, harga beras IR-64 senilai Rp 12.650, harga beras IR 64-11 senilai Rp 12.000, IR-64 III senilai Rp 8.900, IR-42 senilai Rp 12.600.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

 

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Jokowi Ingin Petani Jual Beras

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) ingin para petani menjual hasil panennya dalam bentuk beras, bukan lagi hanya gabah. Sebab, keuntungan terbesar dari menanam padi sawah terjadi saat pascapanen bukan pada saat panen.

Pernyataan ini disampaikan Presiden Joko Widodo ketika berbicara pada Pengembangan Produk Unggulan Kawasan Perdesaan (Prukades) Terintegrasi di Kawasan Transmigrasi, KTM Kabupaten Mesuji, Minggu 21 Januari 2018. Selama ini, kata dia, petani mengurus sawah dengan mengairi, memupuk dan panen, setelah itu menjualnya dalam bentuk gabah.

"Padahal keuntungan besar itu pada saat jadi beras. Jadi saya sampaikan agar jualnya dalam bentuk beras. Syukur sudah dikemas. Ini di penggilingan padi modern ini bisa dilakukan,” ujar dia dalam keterangan resmi di Jakarta, Senin 22 Januari 2018.

Di lokasi Kawasan Transmigrasi, KTM Kabupaten Mesuji, terdapat pabrik penggilingan padi. Presiden ingin melihat produktivitas dari penggilingan padi tersebut.

"Saya mau lihat dulu apa kapasitas di sini cukup atau enggak. Kalau enggak bisa ditambah. Bermanfaat atau tidak bermanfaat. Kalau tidak sudah tinggalkan. Kalau bermanfaat akan dibesarkan lagi sehingga kapasitasnya memenuhi yang ada di masyarakat," kata dia.

Saat ini, ‎gabah yang dihasilkan petani hanya dihargai sebesar Rp 3.500 setiap kilogram (kg). Sedangkan harga beras berada di kisaran Rp 10 ribu-Rp 11 ribu per kg.

"Ini yang perlu kita lakukan bersama-sama sehingga sekali lagi produk pertanian kita tidak ketinggalan zaman. Ada pengerjaan setelah panen, pengeringan, digilang, dikemas baik apalagi diberi nama baik juga dikemas dalam kelompok besar petani, diberi merek. Itu akan memberi nilai tambah dengan menaikkan harga," jelas Jokowi.

Selain itu, para petani harus mulai memikirkan untuk menjual hasil sawahnya tidak hanya di sekitar Mesuji. "Kalau dikemas yang baik orientasinya bisa dijual ke provinsi lain, bisa ke Lampung, bisa ke luar pulau atau kalau berasnya organik sekarang ini permintaan ekspor juga banyak sekali," lanjut dia.

Penjualan dapat dilakukan secara online melalui e-commerce dan media sosial. "Mulai harus seperti itu. Jadi pembelinya tidak sekitar itu kalau mulai online semua orang seluruh Indonesia, dunia, bisa membeli," kata dia.

Jokowi juga mengingatkan pentingnya petani melakukan konsolidasi dalam kelompok besar sehingga memiliki skala produksi yang besar. "Jangan bergerak sendiri akan sulit. Kalau bisa berproduksi dalam skala besar, nanti petani bisa bersaing," kata dia.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.