Sukses

Jelang BI Rate, Rupiah Lesu Ke Level 13.190 per Dolar AS

Pelemahan rupiah ke level 13.190 per dolar AS dipicu spekulasi aksi BI yang diprediksi akan melonggarkan kebijakan moneternya

Liputan6.com, Jakarta Nilai tukar rupiah kembali melemah pada perdagangan hari kedua pekan ini ke kisaran 13.190 per dolar AS. Pelemahan ini dipicu spekulasi mengenai aksi Bank Indonesia (BI) yang diprediksi melonggarkan kebijakan moneternya setelah defisit neraca berjalan berkurang.

Kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dolla Rate (JISDOR) Bank Indonesia, Selasa (19/5/2015), mencatat nilai tukar rupiah melemah ke level 13.183 per dolar AS pada perdagangan hari ini. Nilai tukar rupiah melanjutkan pelemahan dari perdagangan sebelumnya di level 13.116 per dolar AS.

Sementara itu, data valuta asing Bloomberg, menunjukkan nilai tukar rupiah melemah 0,4 persen ke level 13.184 per dolar AS pada perdagangan pukul 9.52 waktu Jakarta. Nilai tukar rupiah memang dibuka melemah di level 13.170 per dolar AS dari penutupan sebelumnya di kisaran 13.139 per dolar AS.

Hingga menjelang siang, nilai tukar rupiah masih berkutat di kisaran 13.167 - 13.190 per dolar AS.

BI akan mempertimbangkan pelonggaran kebijakan jika inflasi dan defisit neraca berjalan dapat terkendali. Sementara 3 dari delapan analis yang disurvei Bloomberg memprediksi adanya penurunan suku bunga (BI rate) ke level 7,25 persen hari ini.

Sementara beberapa analis lain memprediksi BI akan menggunakan berbagai langkah guna mendorong pertumbuhan ekonomi yang saat ini sedang melambat.

"Defisit neraca berjalan menyempit sementara pertumbuhan melambat dan proyeksi inflasi melunak. Jadi kami memprediksi adanya pemangkasan suku bunga. Selama pemangkasan suku bunga disesuaikan dengan data ekonomi, BI bisa melakukannya, tapi rupiah masih akan bereaksi negatif," kata Ekonom Senior Standard Chartered Plc. Eric Sugandi.

Bulan lalu, BI menahan suku bunganya tetap di level 7,5 persen setelah pemangkasan yang cukup mengejutkan terjadi pada Februari. Ekonom Senior Nomura Holdings Inc. Euben Paracuelles mengatakan, meski tak memiliki banyak ruang untuk memangkas suku bunga, BI tetap fokus pada perlambatan pertumbuhan ekonomi yang sedang terjadi.

Sementara itu, Ekonom Bank Permata Joshua Pardede mengatakan, ada harapan BI Rate akan dipangkas membuat investor cenderung wait and see. Hal itu juga membuat investor memindahkan dananya ke dolar AS. "Investor cenderung antisipasi rilis BI Rate. Sehingga investor di pasar saham dan obligasi melakukan aksi jual dulu," kata Joshua.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini