Sukses

Bukan The Fed yang Ditakuti Asia, Tapi Efek Kebijakannya

Kebijakan The Fed dikhawatirkan dapat mengganggu dinamika pertumbuhan ekonomi masing-masing negara.

Liputan6.com, New York - Beberapa petinggi ekonomi Asia dalam pertemuan gubernur bank sentral dan menteri keuangan negara-negara G20 yang digelar di Australia mengaku khawatir menghadapi dampak pengetatan kebijakan stimulus Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed). Kebijakan The Fed dikhawatirkan dapat mengganggu dinamika pertumbuhan ekonomi masing-masing negara.

Mengutip laman CNBC, Senin (29/9/2014), sejauh ini, bukan The Fed yang ditakuti para pimpinan ekonomi di beberapa negara. Justru dampak dari kebijakan The Fed yang membuat banyak negara ketar-ketir.

Presiden perusahaan riset ekonomi MSI Global Michael Ivanovitch mengatakan, kejutan-kejutan dari kebijakan ekonomi The Fed kini menjadi kekhawatiran bagi sejumlah negara.

Menurut Ivanovitch terdapat dua hal yang dapat menahan para pimpinan ekonomi negara untuk tidak merespons berlebihan kebijakan moneter yang digelontorkan The Fed.

Pertama, dia memandang The Fed tidak akan melakukan perubahan kebijakan yang dapat mendorong negara-negara Asia untuk menaikkan suku bunganya secara berlebihan. Selain itu, kebijakan apapun yang diambil The Fed akan dilakukan secara bertahap hingga pihaknya benar-benar menaikkan suku bunganya.

Maklum, sejak krisis finansial 2008, The Fed terus mempertahankan suku bunganya di dekat level nol untuk mendorong pertumbuhan ekonominya. Beberapa penyesuaian terdapat kondisi makroenomi dipastikan dapat mengatasi berbagai dampak dari kebijakan moneter The Fed.


Kedua, sebagian besar negara Asia seperti China, Jepang, India, Korea Selatan dan Indonesia memiliki kemampuan melakukan proses normalisasi menghadapi perubahan kebijakan moneter AS. Beberapa penyesuaian di level makroekonomi dapat menyelamatkan negara-negara Asia dari hentakan kebijakan moneter The Fed

Ivanovitch juga memandang Asia sebagai kawasan yang memiliki ketahanan makroekonomi cukup baik. Beberapa negara seperti Korea Selatan bahkan tercatat memiliki harga dan nilai mata uang yang bergerak stabil termasuk perdagangan yang masih surplus.

Meski begitu, teka-teki kebijakan suku bunga The Fed sempat membuat rupiah terpuruk hingga lima pekan lamanya. (Sis/Ndw)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini