Sukses

Menperin Kecewa Pembangunan Kilang Minyak Tak Terlaksana

Menteri Perindustrian (Menperin) MS Hidayat menegaskan, pembangunan kilang minyak harus menjadi prioritas karena terkait konsumsi BBM.

Liputan6.com, Jakarta Menteri Perindustrian (Menperin), MS Hidayat menyayangkan tidak adanya kemajuan rencana proyek pembangunan kilang minyak di Indonesia. Padahal sebelumnya ada dua perusahaan migas asing yang berniat untuk membangun kilang di dalam negeri yaitu Kuwait Petroleum Company dan Saudy Aramco Asia Company Ltd.

Kedua perusahaan tersebut sebenarnya sudah mulai menjajaki pembangunan kilang minyak di Indonesia dan akan mengandeng PT Pertamina (Persero). Namun karena tidak ada kemajuan, tampaknya rencana tersebut batal terlaksana.

"Yang dua investor itu kelihatannya sudah batal," ujar Hidayat di Jakarta, seperti ditulis Selasa (16/9/2014).

Menurut Hidayat, pembangunan kilang minyak sebenarnya harus menjadi prioritas pemerintah guna membantu memenuhi kebutuhan bahan bakar minyak (BBM) di dalam negeri, sehingga mau tidak mau harusnya kilang minyak tersebut harus dibangun.

"Ini harus diadakan di Indonesia bagaimana pun caranya karena sangat penting bukan hanya untuk industri tapi konsumsi BBM," kata dia.

Untuk membangun kilang minyak juga sebenarnya tidak mudah. Hal ini karena membangun kilang berkapasitas 300 ribu barel per hari dibutuhkan dana investasi mencapai US$ 9 miliar. Selain itu, investor juga harus mampu mensuplai minyak mentah selama 30 tahun.

"Kalau dia (investor) bisa lakukan itu, dia pasti minta insentif yang besar seperti tax holiday di atas 10 tahun, pembebasan bea masuk untuk jangka waktu beberapa tahun. Yang butuh kilang minyak itu Indonesia, jadi investoe mau asalkan pemberian fasilitasnya sepadan," jelasnya.

Namun permintaan insentif yang besar tersebut, lanjut Hidayat, akan seimbang dengan keuntungan yang didapatkan oleh Indonesia jika kilang minyak ini terbangun. Selain akan mendapatkan tambahan suplai BBM yang banyak, adanya kilang minyak ini juga akan menumbuhkan industri hilir seperti industri petrokimia.

"Nanti akan ada industri hilir yaitu petrokimia yang jumahnya puluhan, kemudian pertumbuhan ekonomi juga terpengaruh untuk naik, lifting minyak kita naik bisa diatas 1 juta barel," lanjutnya.

Dia juga berpendapat untuk menyaring investor yang mampu membangun kilang minyak, tidak perlu adanya proses tender. Tetapi cukup dengan meminta para investor mempresentasikan bentuk proyeknya untuk dinilai.

"Kalau kita yang butuh sebenarnya perlu tender, cukup dengan beauty contest saja. Undang mereka yang mampu (membangun) dan mampu mensuplai minyak mentah. Jumlahnya paling hanya 3-5 perusahaan. Kalau broker memang ada puluhan," ungkap dia.

Untuk itu, Hidayat meminta agar kementerian terkait untuk memikirkan pemberian insentif yang lebih luas karena pembangunan kilang minyak ini akann membawa dampak jangka panjang.

"Kilang minyak ini kepentingan jangka panjang yang harus dipikirkan, termasuk industri turunannya. Itu harus dihitung kemudian pemerintah menghitung kompensasi bagi para investornya. Jadi ini jangka panjang prosesnya, maka harus dipikirkan dengan kepala dingin," tandas Menperin. (Dny/Ahm)

 

*Bagi Anda yang ingin mengikuti simulasi tes CPNS dengan sistem CAT online, Anda bisa mengaksesnya di Liputan6.com melalui simulasicat.liputan6.com. Selamat mencoba!

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.