Harga Pangan Naik, Makan di Warteg Jadi Lebih Mahal Rp 1.000

Menyisati kenaikan harga pangan, pemilik warung menjamin takkan mengurangi porsi makanan yang diterima pembelinya.

oleh Dian Ihsan Siregar diperbarui 16 Jul 2013, 18:12 WIB
Kenaikan harga bahan pokok selama bulan Puasa kali ini tak hanya meresahkan ibu rumah tangga. Melonjaknya harga daging, cabai, dan bahan pangan lain juga ikut membuat pusing pada pengusaha khususnya para pemilik warung makan.

Pemilik Warung Tegal (Warteg) `Ini Ibu` di daerah Jagakarsa, Jakarta, IiS (29) mengatakan, kenaikan harga kebutuhan pokok tak membuat pendapatan yang diterimanya berubah. Dalam sehari, biasanya Iis bisa mengantongi pemasukan antara Rp 300 ribu-500 ribu per hari. Jika pelanggan tengah membludak, Iis bisa mengantongi uang lebih banyak hingga Rp 700 ribu per hari.

Namun dengan adanya kenaikan harha pangan belakangan ini, pemilik Warteg terpaksa menaikkan harga jual makanannya. Iis mengaku terpaksa menaikkan harga jual relatif kecil sebesar Rp 1.000 per porsi.

"Pelanggan biasa maka Rp 7.000 per porsi menjadi Rp 8.000 per porsi. Langkah itu kami lakukan agar bisa menjaga kepercayaan pelanggan," ungkap Iis saat ditemui Liputan6.com, Selasa (16/7/2013).

Ia mengakui, selama bulan Puasa, konsumen yang datang ke warungnya biasanya lebih banyak terjadi pada awal puasa. Selepas pertengahan puasa hingga Lebaran, konsumen umumnya datang dengan jumlah yang tak menentu.

Iis berharap. kenaikan harga bahan pokok di pasar yang berimbas pada harga sayur-sayuran bisa segera kembali normal. Dengan kondisi itu, para pemilik warteg bisa kembali mendapatkan penghasilan yang lebih optimal.

"Harga kebutuhan pokok kan naik, kami tetap memberikan porsi yang sama kepada pelanggan, tidak ada pengurangan yang diberikan pelanggan. Kami ingin menjaga kepercayaan pelanggan, kalau tidak seperti itu, pelanggan kami pada hilang," kata Iis.

Tak hanya awal Puasa, para pemilik rumah makan juga perlu mewaspadai kemungkinan adanya kenaikan harga sepekan menjelang Lebaran. Meski diakui, pendapatannya selama periode tersebut biasanya meningkat signifikan.

"Saya pantau terus kenaikan harga kebutuhan pokok ini, kalau pun ada kenaikan pendapatan sebelum lebaran itu pasti. Tapi kembali lagi, saya melakukan cara yang tepat mengambil kebijakan disaat lebaran nanti, sehingga tidak ada kerugian," tegasnya. (Dis/Shd)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya