`Jokowi Potensial Gantikan Megawati`

Pengamat sosial politik Universitas Gajahmada, Kuskridho Ambardi menilai Jokowi potensial gantikan Megawati maju sebagai capres 2014.

oleh Riz diperbarui 04 Jun 2013, 09:56 WIB

Menjelang Pemilu 2014, nama Gubernur DKI Jakarta Jokowi terus dielu-elukan untuk menjadi calon presiden. Dalam sejumlah survei, pria bernama lengkap Joko Widodo itu selalu menjadi jawara capres.

Bahkan, Jokowi disebut-sebut sebagai sosok potensial untuk menggantikan Ketua Umum DPP PDIP Megawati Soekarnoputri untuk maju sebagai capres pada Pemilu 2014.

"Jokowi potensial menggantikan Megawati karena popularitas dan elektabilitasnya stabil," kata pengamat politik Universitas Gadjah Mada, Kuskridho Ambardi, Selasa (4/6/2013).

Dia menjelaskan, sejak mencalonkan diri sebagai gubernur DKI Jakarta hingga saat ini, Jokowi masih menjadi sorotan media massa karena kebijakannya yang populis, dekat dengan isu-isu publik, dan citranya yang baik di mata masyarakat.

"Jika Jokowi dibandingkan dengan anak Megawati, Puan Maharani, mereka sama-sama potensial. Namun Jokowi paling dekat dengan isu publik dan memiliki 'karpet' untuk maju pada Pemilu 2014," ujar Kuskridho.

Menurut Kuskridho, isyarat yang menunjukkan Megawati tidak akan mencalonkan diri sebagai bakal capres pada Pemilu 2014 merupakan sinyal positif bagi elektabilitas PDIP.

"Alasan personalnya, karena Megawati sudah 3 kali mencalonkan diri sebagai presiden dan kalah. Maka, untuk yang keempat kali sebaiknya Megawati tidak mencalonkan lagi," saran Kuskridho.

Beri kesempatan

Kuskridho menambahkan, Megawati memiliki pendukung yang sangat loyal, namun sebaiknya PDIP memberi kesempatan tokoh lain yang dinilai lebih potensial untuk maju dalam panggung Pemilu 2014.

"Pendukung Megawati sangat setia, namun jumlahnya cenderung tidak bertambah, yaitu sekitar 20 persen. Jadi sebaiknya tokoh lain diberi kesempatan," ucap Kuskridho

Selain itu, Kuskridho mengemukakan, masyarakat kelas menengah yang tinggal di perkotaan lebih mendambakan tokoh baru dalam Pemilu 2014. Kehadiran tokoh baru tersebut mampu memberikan harapan baru bagi masyarakat, mengingat belum memiliki rekam jejak yang negatif di mata masyarakat.

"Harapannya untuk tokoh baru adalah minimal mereka tidak membuat Indonesia lebih buruk, karena kehadiran tokoh lama dalam memimpin, dinilai tidak membuat perubahan apa-apa," tutup Kuskridho. (Ant/Riz/Yus)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya