Negara Kutub Utara Ini Minta Waktu Wilayahnya Jadi 26 Jam Sehari, Apa Bisa?

Punya waktu lebih 2 jam bisa dipakai untuk aktivitas tambahan.

oleh Ibrahim Hasan diperbarui 15 Apr 2024, 12:30 WIB
Pemandangan fenomena alam Aurora Borealis atau Northern Lights di Kepulauan Lofoten, Bostad, lingkaran Arktik, Norwegia, Sabtu (3/3). Cahaya Aurora biasa terlihat di sekitar daerah Kutub Utara dan Selatan. (Olivier MORIN/AFP)

Liputan6.com, Jakarta Sudah menjadi ketetapan umum, dalam sehari terdiri dari 24 jam. Perhitungan pembagian waktu ini pertama kali dicetuskan orang Mesir Kuno. Dengan mengamati matahari dan bintang, kaum Mesir Kuno menciptakan 24 jam per hari. Namun belakangan ada kelompok orang yang menginginkan waktu sehari ditambah 2 jam. 

Wilayah utara Norwegia tengah mengajukan rencana yang cukup unik kepada Komisi Eropa, mengganti 24 jam sehari dengan 26 jam. Sebuah upaya yang dianggap aneh, namun memiliki alasan tersendiri.

Kota terpencil Vadso di Norwegia menjadi inisiator dari ide kontroversial ini. Menurut lad Bible, kota tersebut ingin mendapatkan lebih banyak waktu untuk warganya.

"Kami memerlukan perpanjangan waktu satu hari dari 24 menjadi 26 jam," ungkap siaran pers dari kota Vadso, 

Otoritas setempat merasa ada perasaan khusus akan kedamaian dan ketenangan yang memungkinkan konsep waktu yang berbeda. Namun apakah proposal ini disetujui? Berikut selengkapnya Liputan6.com merangkum ide unik mengubah waktu 26 jam sehari melansir dari Lad Bible, Senin (15/4/2024). 

2 dari 3 halaman

Punya Lebih Banyak Waktu Luang

Pelari Indonesia, Fedi Fianto, tertantang untuk mengikuti Triathlon ekstrem di Norwegia setelah menaklukkan lomba lari marathon di Kutub Utara. (Instagram/@gapaitinggi)

Walikota Vadso, Wenche Pederson, menjadi juru bicara dari rencana ambisius ini. Dia mengklaim bahwa jam kerja 26 jam sehari akan memberikan warga lebih banyak waktu untuk berbagai kegiatan. "Kegiatan seperti memancing, berburu, belajar bahasa baru, atau sekadar berkumpul dengan orang-orang terkasih," ujarnya kepada Komisi Eropa.

Proyek ini diberi nama 'MOREtime', dengan tujuan untuk merayakan dan mempromosikan gaya hidup unik yang ingin mereka ciptakan. "Apa enaknya tinggal di sini? Ini saatnya," tegas Pederson kepada Politico.

Seperti yang diketahui, Norwegia menjadi salah satu negara di lintang Kutub Utara setelah Islandia, Greenland, hingga Rusia. Perbedaan suhu dan paparan matahari berbeda jauh dari negara Khatulistiwa.  

Keinginan untuk memiliki zona waktu 26 jam sehari ini juga diharapkan dapat meningkatkan minat orang untuk pindah ke Vadso. Terlebih lagi, kota ini berada di dekat perbatasan Rusia, yang saat ini tengah menjadi sorotan internasional akibat perang dengan Ukraina.

 

 

3 dari 3 halaman

Masih Dipertimbangkan

Seorang surfer melihat Cahaya Utara atau aurora borealis di Utakleiv, Norwegia utara (9/3). Cahaya kutub terbentuk dari interaksi medan magnet Bumi dengan lapisan terluar Matahari atau Korona. (AFP/Olivier Morin)

Walikota berharap, dengan diperpanjangnya hari, Vadso bisa menjadi tujuan menarik bagi banyak orang. Meskipun masih ada kebingungan tentang siapa yang akan mengabulkan permohonan ini, Pederson yakin bahwa keunikannya sebagai kawasan dengan zona waktu khusus akan menarik perhatian.

Meski niatnya baik, Pederson mengakui bahwa mereka belum memiliki gambaran jelas tentang bagaimana sistem zona waktu baru ini akan berfungsi. "Kami belum terlalu memikirkan hal itu," katanya. "Jam akan berjalan dari pukul 12 hingga 13… dan kita harus melihat bagaimana kelanjutannya."

"Dalam hal ini kami adalah salah satu kawasan terkaya di Eropa karena kami memiliki lebih banyak waktu," tambah Pedersen. Sebuah klaim yang menarik dan cukup ambisius dari wilayah utara Norwegia ini.

 

 

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya