Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Sudah Lesu, Ini Buktinya

Ekonom Universitas Indonesia, M Chatib Basri mengungkapkan bahwa ekonomi Indonesia mulai menunjukkan gejala perlambatan.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 22 Des 2023, 18:44 WIB
Suasana Gedung bertingkat di Jakarta, Selasa (30/5/2023). Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2024 akan dipengaruhi oleh prospek ekonomi global. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta Ekonom Universitas Indonesia, M Chatib Basri mengungkapkan bahwa ekonomi Indonesia mulai menunjukkan gejala perlambatan.

Menurutnya, perlambatan itu ditandai dengan masyarakat kelas menengah yang mulai mengerem konsumsi. Chatib menyebut, konsumsi yang kuat terjadi hanya pada kebutuhan pokok.

"Mandiri Spending Index menujukkan pattern konsumsi mulai defensif dengan porsi terbesar adalah makanan,” ungkap Chatib dalam Seminar Nasional Outlook Perekonomian Indonesia di St. Regis Jakarta, Jumat (22/12/2023).

”Itu ciri ekonomi yang melambat, mengurangi konsumsi secondary dan tertiary goods. Ada kemungkinan tekanan terhadap konsumsi," sebutnya.

Chatib Basri juga membeberkan, konsumsi di antara kelompok masyarakat dengan pengeluaran di bawah Rp 5 juta masih kuat namun tetapi penyimpanan/tabungan mulai menurun

“Pertanyaannya, dia biayai dari mana?,” ujar dia.

Keberhasilan Chile

Chatib pun mencontohkan pencapaian Chile, yang berhasil mengurangi angka kemiskinan dari 53 persen menjadi hanya 6 persen.

“Ternyata pemerintah Chile overlook ke middle class karena sebagian besar policy fokus kepada 10 persen ke bawah," imbuhnya.

Dalam kesempatan itu, Chatib juga menyampaikan harapannya pada pemerintahan dari presiden terpilih 2024. Ia berharap presiden baru nantinya bisa meningkatkan fasilitas umum.

"Ke depan, orang terpilih menjadi presiden harus bisa selesaikan masalah sampah, parkir, fasilitas umum, dan sebagainya karena urbanisasi," ucapnya.

2 dari 3 halaman

Tabungan Masyarakat Makin Terkuras, Pertumbuhan Ekonomi RI 2024 Bakal Melambat

Ekonom Chatib Basri

 Ekonom Senior yang sekaligus Mantan Menteri Keuangan priode 2013-2014 Chatib Basri,  mengatakan saat ini terjadi penurunan tingkat tabungan yang akan semakin mendorong pertumbuhan konsumsi mulai melambat.

Chatib menjelaskan, saat ini masyarakat mulai mengurangi permintaan baik untuk barang sekunder dan tersier.

"Itu ciri ekonomi yang mulai melambat kalau dia mulai mengurangi permintaan terhadap secondary dan tersier goods, kita mulai melihat adanya tekanan pada konsumsi," kata Chatib  Basri dalam acara seminar Nasional Outlook Perekonomian Indonesia 2024 di Hotel St Regis, Jakarta, Jumat (22/12/2023). 

Kendati demikian, Chatib menilai langkah yang dilakukan pemerintah saat ini sudah tepat, yakni dengan memberikan bantuan sosial (bansos) dan bantuan langsung tunai. 

Menurutnya, pemberian bansos tersebut setidaknya bisa mempertahankan daya beli masyarakat, utamanya bagi masyarakat miskin.

Survei Bank Indonesia

Adapun fenomena penurunan tingkat tabungan masyarakat Indonesia diungkapkan melalui survei konsumen yang dirilis Bank Indonesia. 

Bank Indonesia (BI) merilis data Survei Konsumen per Oktober 2023 yang menunjukkan banyak warga Indonesia yang harus menggunakan tabungannya guna memenuhi kebutuhan sehari-hari.

3 dari 3 halaman

Rasio Simpanan Turun

Ekonom Senior dan Co-Founder Creco Research Institute Muhammad Chatib Basri dalam acara Bank BTPN Economic Outlook 2023, Senin (5/12/2022).

BI mencatat rasio tabungan terhadap pendapatan per Oktober 2023 turun jauh dibandingkan posisi sebelum pandemi Covid-19 atau Oktober 2019.

Tercatat rasio simpanan terhadap pendapatan masyarakat Indonesia sebesar 15,7 persen pada Oktober lalu.

Sedangkan pengeluaran rasionya mencapai 76,3 persen dan pembayaran cicilan 8,8 persen. Kemudian, pada November 2023, hasil survei menunjukkan rasio simpanan terhadap pendapatan masyarakat Indonesia kembali turun menjadi 15,4 persen.

Sementara, proporsi pendapatan konsumen untuk membayar cicilan atau hutang mengalami kenaikan menjadi 9,3 persen pada November 2023 dibandingkan Oktober 8,8 persen.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya