Aksi Demonstrasi di Tel Aviv, Tuntut PM Benjamin Netanyahu Mengundurkan Diri

Telah terjadi aksi demonstrasi di Tel Aviv, Israel yang menuntut PM Benjamin Netanyahu mengundurkan diri.

oleh Teddy Tri Setio Berty diperbarui 22 Okt 2023, 16:37 WIB
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menunjukkan peta Timur Tengah Baru tanpa Palestina di dalamnya saat berpidato di Majelis Umum PBB, Jumat (22/9/2023). (Dok. Instagram/@b.netanyahu)

Liputan6.com, Jakarta Ribuan pengunjuk rasa berkumpul diTel Aviv menyerukan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu untuk mengundurkan diri.

Rekaman yang beredar di media sosial yang diunggah oleh media menunjukkan orang-orang, termasuk teman dan keluarga sandera Hamas, berkumpul di pusat Tel Aviv menuntut upaya yang lebih besar dari pemerintahIsrael.

Para pengunjuk rasa juga menuntut agar komunitas internasional untuk memulangkan orang-orang yang mereka cintai, dikutip dari laman The National, Minggu (22/10/2023).

Hal ini terjadi setelah ribuan orang berkumpul di seluruh Inggris kemarin, termasuk di Glasgow, Edinburgh, Dundee, Aberdeen dan Inverness, untuk menunjukkan solidaritas terhadap Palestina.

Dilaporkan pada Minggu (22/10) pagi bahwa pesawat tempur Israel menyerang sasaran di Gaza pada Sabtu malam hingga Minggu, serta dua bandara di Suriah dan sebuah masjid di Tepi Barat yang diduduki.

Militer mengakui masih ada ratusan ribu warga sipil Palestina di Gaza utara meskipun ada perintah evakuasi besar-besaran, yang akan mempersulit serangan darat.

Pada Sabtu, 20 truk bantuan diizinkan memasuki Gaza dari Mesir melalui Rafah, pertama kalinya bantuan masuk ke wilayah tersebut sejak Israel melakukan pengepungan total dua minggu lalu.

Para pekerja yang mengantarkan bantuan mengatakan jumlah bantuan yang diberikan terlalu sedikit untuk mengatasi krisis kemanusiaan yang semakin meningkat di Gaza, di mana separuh dari 2,3 juta penduduk di wilayah tersebut telah meninggalkan rumah mereka.

 

2 dari 2 halaman

Kondisi di Gaza Palestina

Tembakan roket diluncurkan dari beberapa lokasi di Gaza mulai pukul 06:30 pagi (0330 GMT) dan berlanjut selama hampir setengah jam, wartawan AFP melaporkan. (MAHMUD HAMS / AFP)

Rumah sakit yang penuh dengan pasien dan pengungsi kehabisan pasokan medis dan bahan bakar untuk generator, sehingga memaksa dokter melakukan operasi dengan jarum jahit, menggunakan cuka dapur sebagai desinfektan, dan tanpa anestesi.

Dalam sebuah postingan di Twitter kemarin, Medical Aid For Palestines membagikan gambar dan menyatakan bahwa “nyawa 130 bayi prematur berada dalam bahaya jika bahan bakar tidak segera sampai ke rumah sakit”.

Dikatakan: “Ada enam unit perawatan intensif neonatal di rumah sakit di Gaza, termasuk rumah sakit Shifa dan Nasser.

“Sejak 9 Oktober, pemerintah Israel telah memberlakukan “penutupan total” di Gaza, menghentikan masuknya bahan bakar dan listrik.”

Infografis Perang Hamas Vs Israel Kembali Berkecamuk. (Liputan6.com/Gotri/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya