Toshiba Bakal Go Private Setelah 74 Tahun Tercatat di Bursa Saham

Toshiba mengumumkan konsorsium yang dipimpin oleh perusahan ekuitas swasta Japan Industrial Partners (JIP) telah membeli 78,65 persen sahamnya. Dengan pembelian itu, Toshiba berpotensi go private.

oleh Agustina Melani diperbarui 23 Sep 2023, 17:42 WIB
Salah satu perusahaan tertua dan terbesar di Jepang, Toshiba akan akhiri 74 tahun di pasar saham seiring sekelompok investor telah membeli saham mayoritas. (Foto: Istimewa)

Liputan6.com, Jakarta - Salah satu perusahaan tertua dan terbesar di Jepang, Toshiba akan akhiri 74 tahun di pasar saham seiring sekelompok investor telah membeli saham mayoritas.

Dikutip dari BBC, ditulis Sabtu (23/9/2023), Toshiba mengumumkan konsorsium yang dipimpin oleh perusahan ekuitas swasta Japan Industrial Partners (JIP) telah membeli 78,65 persen sahamnya. Memiliki lebih dari dua pertiga saham perusahaan memungkinkan grup itu menyelesaikan kesepakatan senilai USD 14 miliar untuk menjadikannya private company atau perusahaan tertutup. Berdasarkan kesepakatan itu, sahamnya bisa ditarik di bursa saham paling cepat akhir 2023.

CEO Toshiba Taro Shimada menuturkan, perusahaan sekarang akan mengambil langkah besar menuju masa depan baru dengan pemegang saham baru.

Perusahaan ini didirikan pada 1875 sebagai produsen peralatan telegraf. Saham Toshiba mulai diperdagangkan pada Mei 1949 ketika Bursa Efek Tokyo kembali dibuka saat Jepang bangkit dari kehancuran akibat perang dunia kedua.

Sektor dari elektronik rumah tangga hingga pembangkit listrik tenaga nuklir, dan selama beberapa dekade setelah perang dunia kedua menjadi simbol pemulihan ekonomi negara dan industri teknologinya.

Pada 1985, Toshiba meluncurkan apa yang disebutnya sebagai komputer massal pertama di dunia.

Namun, perusahaan yang berbasis di Tokyo ini hadapi sejumlah kemunduran besar dalam beberapa tahun terakhir.

“Bencana yang menimpa Toshiba adalah konsekuensi dari tata kelola perusahaan yang tidak memadai di kalangan petinggi,” ujar Chief Executive of Business Eurotechnology Japan, Gerhard Fasol kepada BBC.

 

2 dari 3 halaman

Bayar Denda

Orang-orang berjalan melewati sebuah indikator saham elektronik sebuah perusahaan sekuritas di Tokyo (29/8). Bursa saham Asia turun setelah Korea Utara (Korut) melepaskan rudalnya ke Samudera Pasifik. (AP Photo/Shizuo Kambayashi)

Pada 2015, perusahaan itu mengaku telah kerek laba lebih dari USD 1 miliar selama lebih dari enam tahun dan membayar denda 7,37 miliar yen yang merupakan denda terbesar dalam sejarah Jepang pada saat itu.

Dua tahun kemudian, perusahaan tersebut mengungkapkan kerugian besar pada bisnis tenaga nuklirnya di AS, Westinghouse, dengan penurunan nilai sebesar 700 miliar yen.

Untuk hindari kebangkrutan, Toshiba jual bisnis chip memori pada 2018 yang dipandang sebagai mahkota permata dalam portofolio perusahaan.

Sejak itu Toshiba telah menerima beberapa tawaran pengambilalihan termasuk dari grup ekuitas swasta Inggris CVC Capital Partners pada 2021 yang ditolaknya.

Pada tahun yang sama, perusahaan itu kedapatan berkolusi dengan pemerintah Jepang untuk menekan kepentingan investor asing.

“Toshiba di mata banyak orang Jepang dan khususnya pemerintah, adalah harta nasional yang merupakan bagian dari masalah ini,” kata Fasol.

Perusahaan itu kemudian mengumumkan rencana memecah perusahaan menjadi tiga bisnis terpisah. Dalam beberapa bulan, rencana tersebut direvisi, dan dewan direksi mengatakan akan membagi perusahaan menjadi dua unit.

Sebelum rencana pembubaran baru terlaksana, pengurus perseroan sedang mempertimbangkan tawaran JIP untuk menjadikan perusahaan itu tertutup.

“Perusahaan perlu mengubah dirinya secara radikal setelah memisahkan banyak unit bisnis intinya, terutama grup semikonduktornya,” ujar Analis ITR Corporation Marc Einstein.

Sementara itu, Toshiba juga merupakan nama paling ikonik yang ikuti tren perusahaan Jepang yang melakukan go private untuk hindari “keharusan bertanggung jawab” kepada pemegang saham.

3 dari 3 halaman

Penutupan Bursa Saham Asia pada 22 September 2023

Orang-orang berjalan melewati layar monitor yang menunjukkan indeks bursa saham Nikkei 225 Jepang dan lainnya di sebuah perusahaan sekuritas di Tokyo, Senin (10/2/2020). Pasar saham Asia turun pada Senin setelah China melaporkan kenaikan dalam kasus wabah virus corona. (AP Photo/Eugene Hoshiko)

Bank sentral mempertahankan suku bunga di -0,1 persen dan membatasi imbal hasil obligasi pemerintah Jepang bertenor 10 tahun di sekitar nol.

Gubernur Bank of Japan (BoJ), Kazuo Ueda menuturkan, kebijakan moneter yang sangat longgar diperlukan hingga Jepang melihat inflasi berkelanjutan 2 persen. Inflasi Jepang tetap berada di atas target sejak April 2022 dengan angka inflasi terbaru 3,2 persen pada Agustus.Demikian dikutip dari CNBC, Jumat, 22 September 2023.

Indeks Nikkei 225 melemah 0,52 persen ke level 32.402,41. Indeks Topix tergelincir 0,3 persen ke posisi 2.376,27. Indeks Hang Seng bertambah 2,12 persen. Indeks CSI 300 naik 1,8 persen ke posisi 3.738,93.

Di Australia, indeks ASX 200 menguat 0,05 persen ke posisi 7.068,8. Indeks Kospi Korea Selatan tergelincir 0,27 persen ke posisi 2.508,13. Indeks Kosdaq merosot 0,39 persen ke posisi 857,35, ke level terendah sejak 31 Mei.

 

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya