112 Orang Meninggal di Meksiko Sejak Maret 2023 Akibat Gelombang Panas

Khususnya selama 10 hari terakhir, Meksiko telah mencatat rekor suhu panas ekstrem.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 30 Jun 2023, 11:06 WIB
Ilustrasi suhu panas ekstrem. (Dok. Pixabay/RosZie)

Liputan6.com, Mexico City - Setidaknya 112 orang meninggal di Meksiko akibat suhu ekstrem sejak Maret 2023. Demikian laporan otoritas kesehatan negara itu.

Negara bagian Meksiko, Nuevo Leon, dilaporkan paling terpukul, dikonfirmasi terdapat 64 kematian di sana. Kematian juga dilaporkan terjadi di Tamaulipas, Veracruz, Tabasco, Oaxaca, Quintana Roo, Sonora, dan Campeche.

"Sedikitnya 1.559 orang menerima perawatan medis terkait masalah yang berhubungan dengan temperatur pada periode yang sama," ungkap laporan yang sama, seperti dilansir CNN, Kamis (29/6/2023).

Khususnya selama 10 hari terakhir, Meksiko telah mencatat rekor suhu panas ekstrem. Beberapa lokasi menunjukkan rekor bulanan atau bahkan sepanjang masa, di mana suhu mencapai 45 derajat Celcius.

Di Tamaulipas, pihak berwenang setempat mengumumkan pada Rabu (28/6) bahwa puluhan orang tewas selama gelombang panas. Peristiwa tersebut mendorong Gubernur Americo Villarreal Anaya memerintahkan pembentukan kelompok kerja guna mengembangkan rencana tanggapan.

2 dari 2 halaman

Kubah Panas

Ilustrasi bendera Meksiko (pixabay)

Otoritas Kesehatan Tamaulipas pada Selasa (27/6) sore men-twit bahwa suhu panas ekstrem akan terus berlanjut di seluruh negara bagian. Dia menyarankan warga untuk menghindari paparan sinar matahari yang terlalu lama dan tetap berada di tempat yang sejuk dan berventilasi baik.

Suhu yang sangat panas di Meksiko dan negara bagian selatan Amerika Serikat disebabkan oleh "kubah panas" atau heat dome.

Dilansir BMKG, heat dome terjadi saat atmosfer memerangkap udara panas dan menyebabkan terjadi tekanan terhadap udara tersebut sehingga menimbulkan panas yang lebih tinggi di atas permukaan Bumi.

Kubah panas yang mendorong rekor baru suhu diperkirakan akan lebih sering terjadi, bahkan lebih panas, karena krisis iklim.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya