Cerita Prabu Diaz Warga Asal Cirebon di Balik Perjalanan Spiritual Biksu Thudong dari Thailand ke Indonesia

Potret keberagaman dan kerukunan antar umat beragama menjadi harapan para Bhante dalam perjalanan spiritualnya itu.

oleh Panji Prayitno diperbarui 19 Mei 2023, 07:00 WIB
Panglima Tinggi Laskar Macan Ali Nuswantara Prabu Diaz (tengah) salah satu warga muslim asal Cirebon yang mengawal perjalanan biksu dari Thailand ke Indonesia. Foto (Liputan6.com / Panji Prayitno)

Liputan6.com, Cirebon - Puluhan biksu thudong tengah menikmati waktu istirahat mereka di Cirebon. Beberapa agenda akan diikuti 32 Bhante sebelum meneruskan perjalanan mereka ke Candi Borobudur.

Perjalanan para Bhante Thudong mendapat sambutan hangat dari warga Indonesia khususnya Cirebon. Pada perjalanan tersebut, puluhan bhante thudong mendapat pengawalan salah satunya adalah masyarakat muslim asal Cirebon bernama Prabu Diaz.

Diketahui, Prabu Diaz mengawal langsung perjalanan para biksu dari Thailand. Potret keberagaman dan kerukunan antar umat beragama menjadi harapan para Bhante dalam perjalanan spiritualnya itu.

"Saya mempelajari Thudong dari tahun 2019 bersama Bhante Wawan yang kebetulan orang asli Cirebon. Sama-sama belajar ke India bahkan sempat lakukan perjalanan namun terbentur covid-19 akhirnya ditunda," kata Prabu Diaz yang merupakan Panglima Tinggi Laskar Macan Ali Nuswantara (LMA) Cirebon itu, Kamis (18/5/2023).

Sejak mempelajari thudong, Ia mulai perjalanan pada tahun 2020. Namun, covid-19 membuat para biksu menunda perjalanan mereka.

Semangat para biksu melaksanakan ritual thudong pun kembali muncul seiring dengan redanya covid-19. Hingga pada awal Januari, ia bersama pengurus thudong internasional memastikan untuk melakukan perjalanan spiritual ke Candi Borobudur Indonesia.

"November 2022 mulai semangat lagi dan Januari urus dokimen. Hingga pada tanggal 23 Maret 2023 kami berangkat dan sampai sekarang Alhamdulillah sampai Cirebon," kata Prabu Diaz.

Selama perjalanan, Prabu Diaz mengaku banyak suka duka yang dialami. Baik dari para biksu maupun tim pengawal yang mengikuti ikut thudong.

2 dari 2 halaman

Pluralisme Indonesia

Antusiasme masyarakat Cirebon menyambut kedatangan biksu yang jalan kaki dari Thailand ke Indonesia dan istirahat di Cirebon. Foto (Liputan6.com / Panji Prayitno)

Cuaca ekstrim kerap menjadi kendala para biksu dalam menempuh perjalanan spiritual mereka. Hingga pada perjalanannya, beberapa biksu memutuskan tidak melanjutkan thudong karena kondisi fisik.

"Saya harus tetap semangat karena memang sudah niat mau mengawal momen bersejarah ini. Ada 32 biksu yang masih meneruskan perjalanan dan saya makin semangat," ujar Prabu Diaz.

Semangat keberagaman tidak menyurutkan langkah kaki Prabu Diaz mengawal perjalanan para biksu. Pada 23 Maret 2023, ia berangkat dari Thailand Selatan menuju perbatasan Malaysia selama lebih dari 10 hari. 

Perjalanan kemudian dilanjutkan ke Singapura selama kurang lebih 10 hari. Dari Singapura ke Indonesia melalui jalur laut ke Batam. 

"Tanggal 9 sampai di Jakarta kemudian tanggal 11 Mei 2023 kami diterima dan dilepas oleh dirjen Binmas Kemenag. Sampai sekarang saya sudah di Cirebon. Para biksu istirahat 5 hari dulu sebelum lanjut ke Jawa Tengah," kata Prabu Diaz.

Kepada Liputan6.com, Prabu Diaz mengaku mengawal perjalanan biksu sebagai bagian dari upaya membuktikan diri. Prabu Diaz ingin menunjukkan kepada dunia bahwa Indonesia adalah negara yang memiliki nilai toleransi tinggi.

Prabu Diaz menerjunkan 100 anggota LMA untuk mengawal perjalanan para biksu memperingati hari Waisak pada awal Juni nanti. 

"Di Indonesia yang membantu kawal selain dari LMA ada dari Banser, TNI/ Polri dan organisasi lain semuanya muslim. Kami ingin buktikan bahwa Indonesia dengan Bhineka Tunggal Ika itu ada buka sekedar slogan," kata Diaz.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya