Menghapus Stigma Sumur, Dapur, Kasur bagi Perempuan Berkarir dalam Islam

Perempuan berkarir, boleh tidak? Ini penjelasan cendekiawan perempuan Ai Fatimah Nur Fuad, Ph.D

oleh Edhie Prayitno Ige diperbarui 03 Apr 2023, 08:39 WIB
Penjelasan cendekiawan perempuan Ai Fatimah Nur Fuad tentang peran perempuan

Liputan6.com, Jakarta - Peran perempuan di kalangan masyarakat saat ini sangat berbeda apabila dibandingkan dengan masa-masa sebelumnya. Hal tersebut dipengaruhi oleh perkembangan pola pikir, pendidikan yang tinggi, serta pengetahuan perempuan masa kini yang cakupannya semakin luas.

Pesan itu disampaikan oleh Cendekiawan Muslimah Muhammadiyah Ai Fatimah Nur Fuad dalam serial ‘Lenong Menunggu Buka Puasa 2023’ yang ditayangkan oleh akun Youtube BKN PDI Perjuangan menjelang berbuka puasa, Minggu, 26 Maret 2023.

“Dalam agama Islam perempuan diperbolehkan berkarir di luar rumah, namun tetap menjaga keseimbangan dengan tugasnya di dalam rumah. Hal itu karena ketika perempuan berkarir di luar rumah, itu akan mampu memberikan kemaslahatan kepada masyarakat, membantu orang lain, serta ikut mendidik generasi”, kata Ai Fatimah.

Dia menyebutkan perempuan yang ke luar rumah juga dapat meningkatkan pengalaman, keterampilan, serta manfaat lainnya.

“Jika suami dan istri sama-sama bekerja pendapatan berlipat ganda, kesejahteraan dalam rumah semakin meningkat,” kata Fatimah.

“Dalam agama Islam itu juga mengajarkan kesalingan, saling membantu, bekerjasama, saling meringankan beban. Ketika perempuan ke luar rumah berarti laki-laki juga memiliki akses untuk mengetahui tugas-tugas perempuan di dalam rumah, begitu juga perempuan ketika di luar rumah tahu apa saja tugas-tugasnya,” ujar Fatimah.

Fatimah menuturkan, Islam mendukung perempuan menjadi pemimpin, seperti misalnya di Indonesia ada NU (Nahdlatul Ulama), ada Muhammadiyah, serta organisasi lainnya yang juga mendukung perempuan menjadi pemimpin bahkan mendukung menjadi Presiden. Apalagi dalam memimpin di lingkungan pekerjaan masing-masing karena memiliki potensi yang diberikan oleh Tuhan dimana posisi perempuan sama seperti laki-laki.

“Batasannya itu tahu batas-batas moral, tahu batas-batas budaya, tahu batas-batas agama, sehingga bisa menyeimbangkan peranan ketika di luar rumah dan di dalam rumah, dua-duanya aman. Tidak ada di luar rumah aman, namun rumahnya berantakan,” kata Fatimah.

Fatimah menjelaskan bahwa perempuan tidak perlu merasa rendah diri dibanding laki-laki karena sudah diberikan kemampuan, potensi akal, potensi fisik yang membuat semua perempuan bisa maju sama seperti laki-laki.

Akademisi UHAMKA tersebut pun berpesan bagi para anak-anak muda terkhusus perempuan yang ingin berkarir untuk melihat terlebih dahulu apa saja manfaat dari berkarir, yakni lebih produktif, lebih maju dan berkembang dalam masyarakat. Sebagai contoh melihat perkembangan dalam bidang politik, sosial, dan budaya. Sosok perempuan dalam lingkup tersebut dibutuhkan agar apabila suatu kebijakan dibuat akan tampak berimbang dan lebih memberdayakan perempuan.

“Cara membahagiakan perempuan secara spiritual harus terpenuhi. Kita perempuan bisa menjalankan kewajiban-kewajiban agama dengan sempurna dan baik, sehingga suami tidak akan menghalangi perempuan untuk mencapai tingkat spiritualnya yang paling tinggi, beribadah dengan baik,” ujar Fatimah.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya