Perang Berkecamuk di Timur Ukraina, Negara G7 Pertimbangkan Bantu Senjata untuk Kyiv

Rudal, artileri, dan pesawat tak berawak Rusia menghantam sasaran di Ukraina timur dan selatan, kata Staf Umum di Kyiv pada Senin kemarin.

oleh Teddy Tri Setio Berty diperbarui 13 Des 2022, 18:08 WIB
Ilustrasi perang Rusia Ukraina. (Unsplash/Ahmed Zalabany @zalab8)

Liputan6.com, Jakarta Rudal, artileri, dan pesawat tak berawak Rusia menghantam sasaran di Ukraina timur dan selatan, kata Staf Umum di Kyiv pada Senin kemarin.

Presiden Volodymyr Zelensky mengajukan permintaan ke pertemuan negara G7 secara virtual untuk diberikan tank canggih, senjata artileri, dan senjata jarak jauh melawan invasi Rusia.

Dia juga mendesak G7 untuk membantu Kyiv mendapatkan tambahan 2 miliar meter kubik gas alam sehubungan dengan kekurangan energi yang mengerikan di Ukraina.

Pasalnya, jutaan orang terdampak efek hidup tanpa listrik dalam suhu di bawah nol derajat Celcius setelah Rusia menyerang infrastrukturnya, dikutip dari laman Straits Times, Selasa (13/12/2022).

Secara terpisah, menteri luar negeri Uni Eropa setuju untuk menambahkan 2 miliar Euro untuk mendukung militer Ukraina.

Tidak ada pembicaraan damai dan belum ada tanda berakhirnya perang serta konflik yang terbesar di Eropa sejak Perang Dunia II itu.

Moskow mengatakan ini bentuk "operasi militer khusus" terhadap ancaman keamanan yang ditimbulkan oleh tetangganya.

Sementara itu, Ukraina dan sekutu Barat menyebutnya sebagai perampasan tanah imperialis tanpa alasan.

Presiden AS Joe Biden mengatakan kepada Zelensky pada Minggu bahwa Washington memprioritaskan upaya untuk meningkatkan pertahanan udara Ukraina, kata Gedung Putih.

Zelensky mengatakan, dia telah berterima kasih kepada Biden atas seruan untuk bantuan "pertahanan dan keuangan yang belum pernah didapatkan sebelumnya."

Menteri pertahanan Inggris Ben Wallace mengatakan pada Senin bahwa dia akan memasok Ukraina dengan rudal jarak jauh untuk menargetkan lokasi peluncuran pesawat tak berawak Rusia yang telah menghantam infrastruktur jika Moskow terus menargetkan wilayah sipil.

2 dari 3 halaman

Rusia Serang Ukraina dengan Drone Kamikaze, Artileri, serta Serbuan Infanteri

Rekrutan memegang senjata saat pelatihan militer di lapangan tembak di wilayah Krasnodar, Rusia, 21 Oktober 2022. Presiden Rusia Vladimir Putin beberapa waktu lalu mengumumkan mobilisasi militer parsial. Akan ada 300.000 tentara cadangan dikirim berperang ke Ukraina. (AP Photo)

Pasukan Rusia menyerang beberapa wilayah Ukraina dengan drone kamikaze dan artileri berat, kata para pejabat pada Rabu (7/12).

Serangan itu menewaskan dua orang dan mencederai tujuh lainnya, sementara pertempuran hebat berlanjut di bagian timur, sehari setelah Moskow menuduh Kyiv menyerang sebuah lapangan udara di wilayah Rusia.

Di Kherson, pasukan Rusia menembaki daerah itu 51 kali sehari sebelumnya sehingga menewaskan dua orang, kata kepala administrasi militer regional Yaroslav Yanushevych, Selasa.

Gubernur Dnipropetrovsk Valentyn Reznichenko mengatakan semua drone Rusia dihancurkan oleh pasukan Ukraina dalam serangan semalam.

“Para anggota militer dari komando udara Timur melakukan pekerjaan yang luar biasa. Kami menembak jatuh seluruh delapan drone musuh yang diarahkan ke daerah ini,” tulis Reznichenko di Telegram.

Ia mengatakan serangan Rusia itu menarget distrik dan kota Nikopol, sehingga menyebabkan kerusakan pada jaringan pipa gas, rumah-rumah serta bangunan-bangunan pertanian. Tidak ada warga yang dilaporkan cedera.

"Nikopol yang dihantam paling parah. Hingga selusin rumah pribadi, bangunan pertanian, dan jaringan pipa gas rusak di kota itu. Beberapa toko, gedung perkantoran, dan perguruan tinggi rusak oleh serangan Rusia,” lanjutnya.

3 dari 3 halaman

AS: Iran Jadi Penyokong Militer Utama Rusia dalam Perang Ukraina

Seorang rekrutan menembakkan senapan mesin saat pelatihan militer di lapangan tembak di wilayah Krasnodar, Rusia, 21 Oktober 2022. Presiden Rusia Vladimir Putin beberapa waktu lalu mengumumkan mobilisasi militer parsial. Akan ada 300.000 tentara cadangan dikirim berperang ke Ukraina. (AP Photo)

Hubungan Rusia dan Iran telah menghangat menjadi kemitraan pertahanan yang sepenuhnya matang, kata Amerika Serikat.

Rusia memberikan tingkat dukungan militer yang belum pernah terjadi sebelumnya, kata juru bicara dewan keamanan nasional AS John Kirby.

AS telah melihat laporan bahwa kedua negara sedang mempertimbangkan produksi bersama drone mematikan, tambahnya.

Kerja sama antara Rusia dan Iran telah disorot baru-baru ini, dengan Ukraina menuduh Rusia menggunakan drone Iran dalam serangannya, demikian seperti dikutip dari BBC, Sabtu (10/12/2022).

Iran awalnya membantah mengirim drone ke Rusia, tetapi kemudian mengakui telah memasok beberapa sebelum invasi Ukraina.

Kirby mengatakan bahwa kemitraan antara Iran dan Rusia untuk memproduksi drone akan berbahaya bagi Ukraina, tetangga Iran, dan komunitas internasional.

"Rusia berusaha untuk berkolaborasi dengan Iran di bidang-bidang seperti pengembangan senjata, pelatihan," katanya, seraya menambahkan bahwa AS khawatir bahwa Rusia bermaksud untuk "memberi Iran komponen militer canggih" termasuk helikopter dan sistem pertahanan udara.

"Iran telah menjadi pendukung militer utama Rusia ..." Katanya. "Rusia telah menggunakan drone Iran untuk menyerang infrastruktur energi, merampas jutaan orang Ukraina dari listrik, panas, layanan penting. Orang-orang di Ukraina saat ini sebenarnya sekarat akibat tindakan Iran."

Infografis Reaksi Global terhadap Serbuan Rusia ke Ukraina. (Liputan6.com/Trieyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya