Rombongan Politikus Inggris Kunjungi Taiwan Bikin China Geram, Disebut Pelanggaran Mencolok

Anggota parlemen Inggris bertemu dengan Perdana Menteri Taiwan Su Tseng-chang pada Kamis 1 Desember 2022, dan dijadwalkan untuk bertemu dengan Presiden Tsai Ing-Wen sehari setelahnya pada Jumat 2 Desember.

oleh Tanti Yulianingsih diperbarui 02 Des 2022, 20:06 WIB
Ilustrasi (iStock)

Liputan6.com, Taipei - Sejumlah politikus Inggris mengunjungi Taiwan.

Anggota parlemen Inggris bertemu dengan Perdana Menteri Taiwan Su Tseng-chang pada Kamis 1 Desember 2022, dan dijadwalkan untuk bertemu dengan Presiden Tsai Ing-Wen sehari setelahnya pada Jumat 2 Desember.

"Kami berharap dapat terus memperdalam hubungan persahabatan dan kerja sama antara Taiwan dan Inggris melalui pertukaran tatap muka ini, dan terus bekerja sama demi perdamaian, stabilitas, dan kemakmuran kawasan Indo-Pasifik," kata kantor Tsai.

Kedatangan mereka kabarnya membuat China geram.

Mengutip pemberitaan Al Jazeera, Jumat (2/12/2022), China menyebut perjalanan politikus Inggris untuk memperdalam hubungan dengan Taiwan yang memiliki pemerintahan sendiri sebagai 'pelanggaran mencolok' terhadap One-China policy (Kebiijakan Satu China).

China menuduh sebuah komite legislator Inggris yang mengunjungi Taiwan melakukan "campur tangan besar" dalam urusan internalnya dan memperingatkan bahwa hal itu dapat "ditanggapi dengan tanggapan yang kuat".

"Kunjungan yang sedang berlangsung ke Taiwan oleh anggota Komite Urusan Luar Negeri parlemen Inggris adalah pelanggaran mencolok dari prinsip Satu-China," Kedutaan Besar China di Inggris mengatakan dalam sebuah pernyataan yang diposting di Twitter pada Kamis 1 Desember 2022.

China mengklaim Taiwan, pulau yang memiliki pemerintahan sendiri secara demokratis, sebagai wilayahnya sendiri dan tidak mengesampingkan penggunaan kekuatan untuk mencapai tujuannya. Sementara Taiwan menolak klaim kedaulatan China.

"Pihak China mendesak pihak Inggris untuk mematuhi komitmennya, menghentikan tindakan apa pun yang melanggar prinsip Satu-China, dan berhenti mencampuri urusan dalam negeri China," kata juru bicara kedutaan dalam pernyataan tersebut.

"Langkah pihak Inggris yang merusak kepentingan China akan ditanggapi dengan tanggapan yang kuat dari pihak China."

Kunjungan itu mengirimkan "sinyal yang salah" kepada mereka yang ingin Taiwan merdeka, kata pernyataan itu.

 

2 dari 4 halaman

Klaim Kunjungan untuk Mempelajari Pergeseran Kebijakan Luar Negeri Inggris Menuju Kawasan Indo-Pasifik 

Ilustrasi bendera Inggris. (dok. Unsplash.com/Simon Lucas @simonlucas)

Kunjungan tersebut merupakan bagian dari pekerjaan komite dalam mempelajari pergeseran kebijakan luar negeri Inggris menuju kawasan Indo-Pasifik, yang dianggap London sebagai prioritas ekonomi dan diplomatik sejak meninggalkan Uni Eropa.

"Indo-Pasifik, dan kekuatan hubungan kita di kawasan ini, sangat penting bagi Inggris. Di kawasan Indo-Pasifik, suara Taiwan unik dan tak ternilai,” kata ketua komite Alicia Kearns dalam sebuah pernyataan menjelang kunjungan lima hari tersebut.

Komite, yang meneliti kebijakan pemerintah, termasuk legislator dari Partai Konservatif yang berkuasa serta oposisi Partai Buruh dan Nasionalis Skotlandia.

“Benar sekali bahwa negara-negara demokrasi terlibat dalam dialog satu sama lain,” kata ketua komite Alicia Kearns menanggapi pernyataan China tersebut.

"Sementara Partai Komunis China telah memilih untuk menghentikan dialog dengan memberikan sanksi kepada anggota parlemen Inggris, saya percaya bahwa terlibat dengan, dan mendengarkan, teman-teman kita di seluruh Indo-Pasifik adalah penting."

 

3 dari 4 halaman

Hubungan Tegang Inggris-China

Ilustrasi Bendera China (AFP/STR)

Pada Maret 2021, China memberlakukan sanksi terhadap sembilan warga Inggris, termasuk beberapa anggota parlemen terpilih, karena menyebarkan apa yang dikatakannya sebagai "kebohongan dan disinformasi" tentang dugaan pelanggaran hak asasi manusia di Xinjiang.

Hubungan diplomatik Inggris dengan China telah tegang selama beberapa tahun, di tengah pertikaian tentang hak asasi manusia, kebijakan ekonomi, dan protes massal yang mengguncang bekas jajahan Inggris di Hong Kong pada 2019 dan menyebabkan penerapan undang-undang keamanan nasional.

Minggu ini Perdana Menteri Rishi Sunak mengatakan bahwa apa yang disebut "era emas" hubungan antara London dan Beijing telah berakhir dan bahwa China merupakan "tantangan sistemik" terhadap "nilai dan kepentingan" Inggris.

4 dari 4 halaman

Awal Tensi Tinggi China-Taiwan Sejak Kunjungan Nancy Pelosi

Ketua DPR AS Nancy Pelosi (kiri) melambai di samping Presiden Taiwan Tsai Ing-wen di Kantor Kepresidenan di Taipei. (Foto oleh Handout / Kantor Kepresidenan Taiwan / AFP)

Pada bulan Agustus, Ketua Dewan Perwakilan Rakyat AS saat itu, Nancy Pelosi, mengunjungi Taiwan, memicu latihan perang skala besar yang belum pernah terjadi sebelumnya dari Tiongkok dan semakin mempererat hubungan antara Beijing dan Amerika Serikat.

AS memiliki hubungan formal dengan China, tetapi di bawah kebijakan "ambiguitas strategis" memberi Taiwan sarana untuk mempertahankan diri.

Beijing telah meningkatkan tekanan di pulau itu sejak Tsai pertama kali terpilih sebagai presiden pada tahun 2016, tetapi semakin banyak politikus dari AS dan Eropa yang menunjukkan kesediaan untuk melakukan perjalanan ke Taipei meskipun China keberatan.

Infografis Klaim China Vs Indonesia Terkait Laut China Selatan. (Liputan6.com/Trieyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya