Mengenal Atraksi Mistis Bambu Gila Khas Maluku

Bambu gila termasuk ke dalam jenis permainan tradisional

oleh Tifani diperbarui 18 Nov 2022, 00:00 WIB
Tarian khas Maluku, Bambu Gila, menjadi salah satu atraksi menarik dalam acara Pembukaan TAFISA Games 2016 di Pantai Karnaval Taman Impian Jaya Ancol, Sabtu (8/10/2016). (Bola.com/Arief Bagus)

Liputan6.com, Maluku - Bambu gila atau bara suwen merupakan salah satu kesenian adat khas Maluku. Bambu gila termasuk ke dalam jenis permainan tradisional, permainan ini cenderung ekstrem sekaligus unik.

Dikutip dari laman kebudayaan.kemdikbud.go.id, atraksi ini menggunakan bambu sebagai properti. Nantinya, bambu tersebut akan dibopong oleh para pemain yang biasanya berjumlah ganjil, misalnya lima atau tujuh orang.

Sebelum atraksi dimulai, pawang akan membacakan mantra dan mengembuskan asap kemenyan. Setelahnya, bambu berguncang dan pemain bergerak tak beraturan.

Konon, setelah dibacakan mantra, bobot bambu akan menjadi berat. Itulah yang membuat pemain bergerak ke sana dan ke mari. Masyarakat menganggap atraksi bambu gila mengandung hal mistis.

Pasalnya, tradisi Maluku ini turut melibatkan pawang atau dukun. Pawang bertugas membacakan mantra dan mengembuskan asap kemenyan.

 

Saksikan video pilihan berikut ini:

2 dari 2 halaman

Prosesi Panjang

Prosesi memainkan bambu gila cukup panjang, setelah perlengkapan atraksi tersedia. Kemenyan dibakar di atas tempurung kelapa sambil sang pawang membaca mantra.

Asap kemenyan itu lantas dipakai untuk melumuri ruas bambu. Selain kemenyan, pawang kadang menggunakan jahe yang diiris jadi tujuh bagian.

Irisan jahe itu dikunyah, lalu disemburkan ke tiap ruas bambu. Kemenyan dan jahe diyakini dapat memanggil roh leluhur dan jin supaya memberi kekuatan magis pada bilah bambu.

Jika semua sudah siap, pemain dan pawang memasuki arena permainan. Sebelum atraksi dimulai, pawang berdoa kepada Yang Maha Kuasa supaya pertunjukan berjalan lancar dan para pemain diberi keselamatan.

Sambil membakar kemenyam atau mengunyah jahe, pawang akan membaca mantra menggunakan bahasa Tanah, yakni salah satu bahasa tradisional di Maluku. Sambil membaca mantra, pawang melumuri ruas bambu menggunakan asap kemenyan atau menyemburkan irisan jahe.

Setelah memantrai bambu, pawang berteriak, "Gila gila gila!". Atraksi Bambu Gila pun dimulai. Permainan Bambu gila semakin meriah tatkala alat musik mulai dimainkan, seperti tifa dan tambur Maluku.

Bagi masyarakat Maluku Tengah atraksi bambu gila tak hanya sekadar menjadi sarana hiburan. Bambu gila juga digunakan untuk membantu pekerjaan yang dianggap berat, seperti memindahkan kapal dan menarik kapal.

Pada zaman dahulu, bambu gila konon digunakan untuk melawan musuh ketika terjadi peperangan. Di samping itu, bambu gila juga difungsikan sebagai bagian dari kehidupan spiritual masyarakat Maluku Tengah.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya