Neraca Perdagangan Indonesia 2022 Diramal Surplus USD 60 Miliar

Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan neraca perdagangan Indonesia diperkirakan mengalami surplus USD 60 miliar tahun ini.

oleh Tira Santia diperbarui 25 Okt 2022, 15:30 WIB
Aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Jumat (29/10/2021). Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan neraca perdagangan Indonesia pada September 2021 mengalami surplus US$ 4,37 miliar karena ekspor lebih besar dari nilai impornya. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan neraca perdagangan Indonesia diperkirakan mengalami surplus USD 60 miliar tahun ini.

"Angka itu lebih besar dari surplus neraca perdagangan selama ledakan harga komoditas terakhir pada 2010 dan 2011 yang sekitar USD 22 miliar dan USD 26 miliar," ujar Menko Airlangga dalam acara Indonesia's Economic Priorities dikutip dari Antara, Selasa (25/10/2022).

Adapun selama Januari hingga September 2022 neraca perdagangan Indonesia telah mencatat surplus sebesar USD 39,87 miliar.

Menurut Airlangga, kinerja sektor eksternal yang kuat tersebut pun berhasil menopang konsumsi dan investasi secara konsisten. Dengan demikian pemerintah memproyeksikan ekonomi akan tumbuh sekitar 5,2 persen secara tahunan pada akhir tahun ini.

Hingga triwulan II-2022 ekonomi Indonesia berjalan dengan sangat baik dan berhasil berbalik arah dari pandemi COVID-19 sehingga mampu tumbuh 5,44 persen secara tahunan.

Selain itu ia menuturkan berbagai lembaga internasional pun memiliki perkiraan yang kurang lebih sama sama, salah satunya Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) yang tetap optimistis Indonesia akan tumbuh 5,3 persen tahun ini, meski ekonomi global hanya tumbuh 3,2 persen.

"Kemudian untuk tahun 2023 IMF memproyeksikan Indonesia mampu tumbuh di kisaran 5 persen dibandingkan dengan global yang hanya mampu tumbuh 2,7 persen," ucap Airlangga Hartarto.

Kendati demikian ia mengingatkan saat ini dunia sedang dihantui oleh pembentukan awan gelap yang sedang mengumpulkan kecepatan untuk kemungkinan terjadinya badai yang sempurna alias perfect storms.

Awan tersebut berasal dari lima faktor yakni COVID-19, konflik di Ukraina, harga komoditas, biaya hidup, dan perubahan iklim.

Meski begitu ia  meyakini seluruh dunia, termasuk Indonesia, bisa menghadapi badai tersebut dengan keyakinan yang lebih kuat pada strategi kebijakan tentang prioritas untuk mengatasi tantangan ke depan.

 

2 dari 4 halaman

Neraca Perdagangan Surplus Terus, Ekonomi Indonesia Makin Kuat

Aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Jumat (29/10/2021). Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan neraca perdagangan Indonesia pada September 2021 mengalami surplus US$ 4,37 miliar karena ekspor lebih besar dari nilai impornya. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati, menyebut kinerja sektor eksternal Indonesia masih relatif baik. Hal itu terbukti dari neraca perdagangan bulan September masih melanjutkan surplus selama 29 bulan berturut-turut.

Hal itu disampaikan Menkeu dalam Konferensi pers APBN KITA Edisi Oktober 2022 secara virtual, Jumat (21/10/2022).

“Kinerja sektor eksternal Indonesia masih cukup baik, kalau kita lihat neraca perdagangan kita mengalami surplus USD 4,9 billion. Ini adalah surplus 29 bulan berturut-turut, surplus akumulasi 2022 mencapai USD 39,3 billion,” kata Menkeu.

Menurut Menkeu, dari neraca perdagangan ini memberikan bantalan terhadap gejolak yang terjadi dari sektor global maupun dari arah global ekonomi.

Bahkan, nilai ekspor Indonesia masih tumbuh cukup tinggi yaitu 20,28 persen. Namun kita lihat trennya sudah mengalami penurunan dibandingkan beberapa bulan terakhir.

Sementara, dari sisi impor pertumbuhannya di angka 22,02 persen, dan ia juga melihat pertumbuhan ini lebih lemah dibandingkan dua bulan terakhir. Namun, neto ekspor terhadap impor masih relatif bagus.

“Tentu kalau kita lihat dari ekspor ini selain kuantitas juga harga terutama harga CPO yang mengalami penurunan, memberikan kontribusi terhadap penerimaan dari ekspor kita yang menurun meskipun batu bara masih cukup baik,” ujarnya.

3 dari 4 halaman

Pertumbuhan Ekonomi Kuat

Aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Kamis (14/4/2022). Kenaikan harga komoditas global di tengah perang Rusia-Ukraina tetap menjadi pendorong utama terjadinya surplus yang besar karena mendorong kinerja ekspor Indonesia. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Lebih lanjut, kata Menkeu, dalam jangka pendek pertumbuhan ekonomi Indonesia terutama kuartal ke-3 hingga bulan September ini diperkirakan masih akan sangat kuat.

Hal itu dilihat dari berbagai indikator seperti mobilitas, indeks penjualan ritel, dan spending indeks yang diukur mandiri semuanya masih dalam situasi yang positif dan ekspansif.

“Demikian juga dari sisi supply yaitu dari PMI manufaktur Indonesia mengalami penguatan, ini berarti 13 bulan berturut-turut Indonesia PMI nya terus menerus dalam zona ekspansi. Menggambarkan bahwa pemulihan ekonomi semenjak terjadinya pandemi sudah berjalan relatifly bisa terjaga momentumnya,” ujarnya.

4 dari 4 halaman

Konsumsi Listrik

PLN menyalurkan listrik perdana Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) 150 kiloVolt (kV) Bangkalan-Tx. (Dok PLN)

Selanjutnya, dari pertumbuhan konsumsi listrik mengalami pertumbuhan di sektor bisnis dan industri. Dua-duanya mengalami pertumbuhan yang positif, bahkan untuk bisnis tumbuhnya lebih tinggi yaitu 17,3 persen dibandingkan industri yang hanya tumbuh 8,1 persen.

“Dari sisi manufacturing kita juga melihat industri pengolahan, kapasitas produksinya juga mengalami kenaikan. Ini menggambarkan bahwa kuartal ke-3 ini GDP kita mungkin masih sangat kuat meskipun kita melakukan kenaikan harga BBM, namun pengaruhnya terhadap Gross masih relatif terjaga,” pungkasnya.

  

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya