Zinedine Zidane, Juara Piala Dunia yang Akhiri Karier dengan Memalukan!

Satu insiden mengguncang laga final Piala Dunia oleh Zinedine Zidane. Kejadian ini terus membekas hingga saat ini.

oleh Anry Dhanniary diperbarui 13 Agu 2022, 15:37 WIB
Gelandang Prancis, Zinedine Zidane, meninggalkan lapangan usai menanduk bek Italia, Marco Materazzi, saat final Piala Dunia 2006 Stadion Olympic, Jerman (9/7/2006). Tandukan tersebut merupakan salah satu momen ikonik pada Piala Dunia 2006. (AFP/Roberto Schmidt)

Liputan6.com, Jakarta Jelang Piala Dunia 2022, ada baiknya kita melihat momen-momen terbaik yang pernah tersaji selama kejuaraan sepak bola antar negara-negara terbaik tersebut.

Tentu salah satu sosok yang paling diingat dalam Piala Dunia adalah Zinedine Zidane, salah satu pemain terbaik yang pernah tampil di lapangan hijau. Berbagai prestasi yang dicatatkan berhasil direbut dengan luar biasa.

Terselenggaranya Piala Dunia Qatar pun tak lepas dari kontribusi Zidane yang menjadi duta pencalonan negara Timur Tengah ini di tahun 2010 lalu.

Tapi apa yang membuat gelandang serang Timnas Prancis ini begitu spesial? Dan bagaimana sebuah nila setitik sempat mencoreng karirnya yang mengkilap di kancah internasional?

Siapa Zinedine Zidane?

Zidane lahir pada 23 Juni 1972 dengan nama lengkap Zinedine Yazid Zidane, dari keluarga imigran asal Aljazair. Ia tumbuh di kawasan yang sangat rawan kejahatan dan tingkat pengangguran tinggi di Marseille.

Kondisi tersebut membuat Zidane begitu dekat dengan keluarganya, salah satu pemicu tragedi dalam penutup kariernya bermain bola.

Zizou (nama panggilan Zidane) kecil dikenalkan dengan sepakbola sejak usia 5 tahun ketika sering main bola di jalanan bersama teman-temannya. Usia 10 tahun, ia akhirnya masuk ke tim junior dan dari situ terpantau berkat bakatnya yang di atas rata-rata.

Pemandu bakat klub-klub mulai banyak yang berdatangan untuk memantau langsung bakatnya, sesuatu yang jarang terjadi di sepakbola level bawah Prancis.

2 dari 5 halaman

Kenapa Zidane Begitu Unik?

Kemenangan Tim Nasional Prancis pada perhelatan Piala Dunia 1998 dan Piala Eropa 2000 tak lepas dari penampilan gemilang pemain gelandang serang ini. Namun yang paling mengesankan ketika pemain berketurunan Aljazair ini menunjukkan aksi sihirnya di Piala Eropa tahun 2000 silam (Foto: AFP/P. Hertzog)

Sebagai pemain sepak bola, Zidane memiliki talenta di berbagai sisi dan kemampuan yang unik. Contohnya sebagai berikut:

Kemampuan 2 kaki: Sangat sedikit pemain bola modern memiliki dua kaki yang kemampuannya sama bagusnya, sehingga sering kesulitan saat berada di situasi tertentu. Tapi tidak dengan Zidane yang diberkati dua kaki sama handalnya.

Mental Juara: Pemain bintang tidak selalu bersinar saat tampil di momen-momen menentukan, satu hal yang membedakan pemain hebat dengan seorang legenda. Bisakah menampilkan performa terbaiknya di final Liga Champions atau final Piala Dunia. Zidane sudah membuktikan hal itu, menampilkan permainan terbaiknya saat tertekan.

Teknik Kelas Dunia: Kalah melihat video-video penampilan Zidane selama berkarier di YouTube, pasti membuat kalian ternga-nga. Sebelum Lionel Messi atau Neymar "pamer skill", aksi Zidane sudah membuat dunia terpana. Tak hanya jago dribbling, ia juga handal melakukan tendangan voli akurat.

Leadership: Zidane sanggup disuruh "menggendong" seluruh tim di pundaknya, seperti yang diperlihatkannya saat membawa Prancis lolos ke final Piala Dunia 1998 dan juga Piala Dunia 2006.

Visi Bermain: Umpan-umpannya tak hanya bikin lawan terkejut, tetapi mungkin semua orang yang menyaksikan. Football IQ-nya sangat unik dan cepat beradaptasi membuat Zidane bisa selangkah di depan permainan lawan.

Penyelesaian: Total catatan 31 gol dalam 108 pertandingan sebagai gelandang di Timnas Prancis menjadi bukti Zidane punya insting sama hebatnya dengan para penyerang.

3 dari 5 halaman

Insiden yang Guncang Final Piala Dunia

Gelandang Prancis, Zinedine Zidane, menanduk bek Italia, Marco Materazzi, saat final Piala Dunia 2006 Stadion Olympic, Berlin, Jerman (9/7/2006). Tandukan tersebut menjadi salah satu momen ikonik pada ajang Piala Dunia 2006. (AFP/John Macdougall)

Salah ada satu kelemahan Zidane sepanjang karirnya bermain yaitu emosi saat keluarga disinggung. Ketika ada yang menjelek-jelekan keluarga atau tanah leluhurnya, Zidane yang tenang mendadak bisa berubah jadi beringas.

Kelemahan ini sudah terlihat sejak mengawali karirnya di Cannes. Sang pelatih menilai dirinya memiliki segudang bakat, tetapi kerap sulit mengendalikan emosi saat suporter dan rekannya mengeluarkan cemoohan soal keluarga atau rasnya.

Zidane pernah kena hukuman setelah memukul seorang pemain yang ngatain tentang dirinya yang anak keturunan.

Masalah emosi ini sempat reda tetapi akhirnya kembali meledak setelah dieksploitasi lawan dalam pertandingan penting yaitu final Piala Dunia melawan Italia di Piala Dunia 2006.

Ini adalah pertandingan resmi terakhir Zidane, ketika berhasil "menggendong" Prancis ke laga final. Les Blues diprediksi akan menjadi juara dan Zidane akan menyematkan dirinya sebagai pemain terbaik yang pernah ada.

Namun, semua berubah dalam sepersekian detik di babak extra time setelah bek Italia, Marco Materazzi, melakukan provokasi.

Menurut laporan media Eropa, Materazzi sebelumnya terus menjaga ketat Zidane dengan terus menarik jersey-nya. Zidane pun akhirnya menawarkannya bertukaran baju di akhir pertandingan.

Saat itulah, Materazzi disebut membalas dengan ucapan "Saya lebih pilih adik perempuan mu" yang sukses menyulut emosi Zidane.

Zidane langsung berbalik badan dan mengarahkan kepalanya ke dada Materazzi, membuat lawan terkapar kesakitan di atas lapangan. Tanpa basa-basi, wasit mengeluarkan kartu merah untuk sang maestro.

Laga akhirnya berlanjut ke adu penalti. Prancis tumbang 3-5 di tangan Italia.

Kehilangan sosok Zidane dinilai sangat vital karena pemilik nomor 10 itu adalah penendang penalti utama Prancis. Zizou sebelumnya sukses cetak gol lewat titik putih pada waktu reguler (skor jadi 1-1 setelah Materazzi mencetak gol penyeimbang).

Momen Zidane menyundul dada Materazzi menjadi salah satu kejadian paling ikonik dalam sejarah Piala Dunia. Esok harinya, foto ini yang muncul di halaman depan surat kabar seluruh antero negeri, bukannya Timnas Italia mengangkat trofi.

Tapi dalam beberapa bulan selanjutnya, momen buruk ini seakan terlupakan karena pecinta sepakbola lebih memilih untuk mengingat prestasi positif sang playmaker selama karirnya.

4 dari 5 halaman

Sempat Ditolak Masuk Premier League

Gelandang Juventus, Zinedine Zidane, berusaha melewati hadangan pemain Lazio pada laga Serie A di Stadion Olimpico, Roma, Minggu (5/4/1998). (EPA/Maurizio Brambatti)

Berbicara soal karier, Zidane memulai sejak masih belia. Beberapa minggu jelang usia 18 tahun tahun 1989, Zidane langsung melakoni debut seniornya bersama AS Cannes. Ia membawa timnya catatkan prestasi terbaik di Liga Prancis sebelum hijrah ke Bordeaux dan tampil impresif.

Zidane sempat ditawarkan ke klub Premier League, Newcastle United, pada 1996 tapi ditolak mentah-mentah oleh klub Tyneside tersebut karena dinilai belum siap dengan kerasnya Liga Inggris.

Juventus tak ingin lewatkan kesempatan itu dan akhirnya merekrutnya. Saat inilah nama Zidane akhirnya mencuat di dunia internasional. Kedatangannya langsung berujung gelar juara Serie A dua tahun beruntun.

Pada 1998, nama Zinedine Zidane pun disebut sebagai pemenang trofi Ballon d'Or. Membuatnya semakin tenar di jajaran pemain elit dunia.

Zidane akhirnya dijual ke Real Madrid pada 2001 dengan status pemain terbaik dunia. Tak sia-sia, banderol 77 juta Euro menghasilkan trofi juara LaLiga, Liga Champions, Piala Super UEFA dan 2 Piala Super Spanyol.

Zidane pun didapuk sebagai salah satu dari 11 pemain terbaik sepanjang masa yang pernah mengenakan seragam Los Blancos dengan torehan 155 kali penampilan.

5 dari 5 halaman

Raja yang Kembalikan Prancis ke Kejayaan

Pemain yang dipanggil Zizou ini sudah mencuat sejak dua tahun sebelumnya dimana ia mampu mempersembahkan dua gol untuk Tim Nasional Prancis pada laga final dan berhasil menjuarai ajang Piala Dunia 1998. (Foto: AFP/Gabriel Bouys)

Selain Newcastle, kesalahan besar juga dibuat oleh Aljazair yang dikabarkan sempat menolak memasukkan nama Zidane ke dalam skuadnya karena dinilai permainannya terlalu lamban. Namanya akhirnya dipanggil Prancis dan keputusan itu sangat tepat.

Zizou bermain 108 pertandingan untuk Les Blues dan mencetak 31 gol. Bintang utama saat Prancis menjadi kampiun di Piala Dunia 1998 dan Piala Eropa 2000, termasuk saat "menggendong" timnya ke final Piala Dunia 2006.

Nama Zidane disebut sebagai pemain terbaik yang pernah mengenakan seragam Timnas Prancis. Ia bahkan mendapat gelar kehormatan oleh Prancis dan juga Aljazair.

Kedekatan Zidane dengan tanah leluhurnya begitu besar dan mengakar. Bahkan, ada yang menyebut dia sudah pasti akan memperkuat Timnas Aljazair kalau saja mendapatkan panggilan.

Tapi entah apa yang terjadi kalau Zidane sampai memperkuat negara Afrika tersebut. Yang pasti, penampilan Zidane bersama Les Blues adalah hal yang baik untuk dunia sepakbola.

Prestasi Zidane lalu tak berhenti sampai di situ. Ketika memilih menjadi pelatih, tangan dingin Zizou sukses membawa Real Madrid banjir gelar termasuk hattrick kampiun Liga Champions.

Zidane sendiri saat ini tengah menikmati waktu santainya tanpa pekerjaan. Kendati demikian, dirinya kini dikenal sebagai salah satu sosok paling sukses dalam sejarah si kulit bundar.

Infografis Piala Dunia 2022. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya